Namun, penerapan remedial nan ideal di sekolah sepertinya hal muluk. Tidak mustahil, mungkin. Tetapi butuh energi luar biasa besar agar pelaksanaan remedial berjalan ideal di sekolah. Belum perlulah berdalih pada tugas mengajar 24 jam plus tugas tambahan dan administrasi, faktor ketersediaan waktu untuk pelaksanaan remedial saja masih sulit. Hal ini mengingat ruang belajar terbatas dan jadwal belajar yang ketat.
Ya, bisa saja remedial tanpa harus membuat pertemuan. Bisa lewat tugas mandiri, tutor teman sebaya, dan beberapa metoda lainnya. Hey, bukankah itu juga dengan kondisi-kondisi tertentu kan. Tak bisa dipukul rata semuanya bisa melakukan.
Nah, kondisi ideal dan kondisi ril yang berbeda sangat menjadi masalah. Sementara, konsep ketuntasan maksimal terus menghantui. Yah, lakukan sajalah apa adanya. Sekadarnya sebagai syarat. Hingga akhirnya, remedial lebih dikenal sebagai perbaikan nilai an sich. Konsep perbaikan terhadap kesulitan pembelajaran tak lagi terperhatikan. Dan lewat sekolah, anak-anak kita mengenal kesempatan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dalam menghadapi ujian; nyaris untuk semua ujian mungkin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI