Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lato-Lato dan Sakit Gigi

9 Januari 2023   10:37 Diperbarui: 9 Januari 2023   10:54 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan lato-lato. Pelajaran momentum | foto dari quizizz.com

Di klinik itu wajah si Ayah mulai jutek. Bukan masalah petugas klinik, antrian dan lama nunggu. BPJS sekarang cukup profesional. Dan si Ayah sudah bisa menikmati prosesnya.


Lalu apa yang membuat wajah si Ayah berubah menakutkan itu?

Lato-lato.

Iya, di luar, nunggu antrian pendaftaran, ada ibu bawa anak yang mainin lato-lato.

Beuh, pengen ngomel. Beneran aja. Yang ke klinik itu umumnya orang sakit. Jadi gampang esmosi kan. Apalagi di antara barisan antrian itu ada yang.....sakit gigi. Rasanya lebih baik sakit hati dibanding sakit gigi ditambah denger lato-lato.

Memang sih anak itu main lato-latonya gak kencang dan cepat. Tapi tetap saja sekalu dua bandul itu bertemu, kan seperti dua orang beradu kepala. Seperti itu juga kepala jadi panas karena telinga mendengar dentumannya.

'Nikmati saja. Anggap saja sebuah simfoni kebahagiaan masa kecil'.

Nikmati pale lo. . Masa kecilku kan gak gitu-gitu amat. Palingan ngeselin orang saat nyalain petasan. Atau bangunin sahur. Kan itu sudah pada tempat dan waktunya ngeselin orang. Bener gak?

Si Ayah sudah siap saja. Kalau dia masuk ke ruangan tunggu selepas pendaftaran, artinya seruangan sama si Ayah, si Ayah mau tegur. Sambil nunggu itu kepala si Ayah sudah berputar membuat skenario cara menegur. Dari yang soft sampai hard. Dari yang lembut sampai yang dibungkus emosi.

Terlihat si ibu dan anak lato-lato itu membuka pintu. Kedatangan mereka disambut dengan tatapan tajam si Ayah yang diduk di sudut terjauh. Tajam seperti silet.

Tapi.....

Tatapan tajam itu sekonyong hilang. Diganti senyum. Bahagia. Karena yang terpampang nyata di sana adalah si anak yang ceria, tersenyum dengan tangan digandeng atau menggandeng ibunya. Tidak ada lato-lato. Hanya tatapan menyala penuh keingintahuan khas anak-anak. Dan senyum lucu anak kecil.

Ah, si Ayah mengapresiasi ibunya.

Lalu muncul skenario bagaimana cara si Ibu itu 'menyingkirkan' lato-lato dari tangan anaknya? Apakah dia melakukan pendekatan persuasif. Atau langsung dengan lembut membawa lato-lato dari tangan anaknya dan memasukkannya ke dalam tasnya? Atau.....

'Pak Rifki!!!! Silakan ke ruangan lab di ujung Pak'.

Yah....keburu dipanggil sebelum dapat jawaban si Ibu itu.

Salut buat si Ibu

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun