Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Backpakeran: Kesederhanaan untuk Zero Emisi

23 Oktober 2021   17:56 Diperbarui: 23 Oktober 2021   17:59 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di atas kapal penyebrangan orang ke Tomok Samosir dari pelabuhan Ajibata. Cukup Rp. 12 ribu | Foto: dokpri

Tentunya Pemerintah lah yang harus lebih banyak berperan dalam merencanakan dan merealisasikan segala rencananya itu dengan matang agar hal itu tercapai. Peran Pemerintah yang kuat dan tegas dalam hal ini amat sangat diperlukan.


Contoh ketegasan pemerintah ini dapat dilihat seperti apa yang dilakukan oleh Kerajaan Bhutan yang sudah mencapai Carbon Neutral, bahkan justru Carbon Negative. Penjelasan dari Perdana Menteri Kerajaan Bhutan, Tshering Tobgay, di saluran youtube TED, membuka mata bahwa zero emission bisa dicapai jika Pemerintah secara bijak dan serius menerapkan aturan-aturan yang jelas dan terarah yang ramah lingkungan. Aturan yang kemudian diimplementasikan dengan nyata. 

Seperti halnya aturan yang dijadikan undang-undang bahwa 60 persen dari negaranya “under forest cover”. Di bawah kehijauan hutan. Kasarnya 60 persen dari negaranya penuh pepohonan.

Iya, itu sih Bhutan. Negara dengan luas seuprit, 38,500an km2 dan populasi sedikit. 750 rebu orang. Gak bisa lah dibandingkan dengan kita yang berluas 1.9 juta km2 dan berpenduduk lebih dari 270 juta.

Etapi, bisa lah kita meniru langkah-langkah positif Bhutan dengan segera. Mobil listrik? Bisa kan langsung diterapkan tanpa diisi intrik-intrik bisnis dan politik yang memakan waktu dan tenaga. Energi baru terbarukan? Seberapa serius dan maksimalkah kita memanfaatkan tenaga surya, tenaga angin dan tenaga ombak yang begitu berlimpah sebagai pengganti bahan bakar fossil yang boros karbon? Sementara itu, Undang-undang perlindungan hutan harus lebih serius ditegakkan.

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidenreng Rappang (Sidrap) | Foto: news.okezone.com
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidenreng Rappang (Sidrap) | Foto: news.okezone.com

Jadi beneran, target Nol Emisi di tahun 2060 bisa dicapai, jika dan hanya jika Pemerintah – tentu saja dengan para pihak terkait seperti parlemen dan lain-lainnya, serius dan bekerja bersama mewujudkannya. Sebagai warga negara, kita mah gampang. Tinggal patuh mengikuti arahan saja kok. Kita – sebagai warga negara – tanpa diminta pun sedang dan bahkan SUDAH mendukung Net-Zero Emission kok. Iya, dengan pola hidup keseharian: NGIRIT.

Zero Emmisions? Ngirit aja lagee…..

Gitu tuh tagline kalo diiklankan. Saya pikir, pola hidup ngirit selama ini sebagai pensiunan, telah mendukung target pemerintah itu kok. Pola hidup ngirit yang tanpa direncanakan memperhitungkan jejak karbon itu, dengan sendirinya ternyata telah membantu mengurangi emisi karbon. 

Padahal ya, pola hidup ngirit itu adalah mengikuti kearifan orang tua dulu. Ya, selain juga karena faktor lain: takdir. Uhuyy. Ngirit itu boleh lah disebut secara elegan sebagai pola hidup sederhana, low profile, tidak belagu. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan ngirit yang saya lakukan minggu kemaren yang jika diteliti ternyata telah cukup signifikan mengurangi jejak karbon. Itulah kegiatan wisata backpackeran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun