Tikar yang kemudian menjadi penghias cantik salah satu dinding kamar.
Turun ke sungai, menuju gunung dan lalu danau
Waktu serasa pendek. Ternyata kita sudah terlalu lama berada di Rumah Betang sederhana itu. Betah. Dengan keunikannya. Dengan ruangan leganya. Dengan keramahannya. Dengan penerimaannya. Dan dengan ...tikar bambunya.
Ya. Kunjungan ke Rumah Betang adalah kunjungan antara. Karena kami akan mengunjungi dua obyek wisata yang jarang dikunjungi. Menyusuri Sungai Kapuas dengan perahu kecil panjang menuju hulu Pegunungan Betung Kerihun, berkemping di kelebatan hutan di pinggir sungau, mampir di air terjun tak terjamah. Dan nanti berakhir di Danau Sentarum. Ceritanya di sini.
Ini adalah perjalanan terseru saya. Seru, karena tidak menyangka saya bias mengunjungi sebuah rumah tradisional sederhana namun sarat makna nun di sebuah daerah pedalaman di Indonesia. Destinasi wisata yang tidak terlalu popular namun penuh potensi.. Apalagi berjumpa dengan masyarakat yang ramah dan penuh keahlian. Seru juga karena kesempatan langka. Siapa coba yang bisa mendapatkan kerajinan yang dibuat oleh seorang nenek berusia 100 tahun? Dan seru, karena Pegipegi atau jalan-jalan ke Rumah Betang ini menjadi awal saya berkativitas relawan sekalian jalan-jalan ke tempat wisata yang menarik tapi belum terlalu popular.
Oh ya, sekedar tips. Perjalanan akan sangat menyenangkan jika didampingi pemandu orang asli Dayak yang juga staf Kehutanan, sehingga bisa menggali cerita yang banyak tentang adat, budaya dan hal menarik lainnya serta tahu tentang lokasi yang dikunjungi. Informasi dari Taman Nasional Betung Kerihun akan sangat membantu.
Mengenai waktu, saya lebih menyukai liburan yang tidak terlalu rame, jadi lebih terasa liburannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H