Timeline media sosial terakhir ini ramai dengan "saling memberi sapa" antar pendukung dua kontestan Pilpres. Terakhir yang menjadi "pengikat sapa" adalah tentang Jokowi yang menjadi imam shalat Magrib saat mengunjungi lokasi gempa di Lombok. "Saling sapa" itu terasa "hangat", bahkan saking "hangat"nya terasa "panas". Terkadang "panas" itu menggelegak. Mudah-mudahan saja gelegak itu tidak lalu berubah menjadi ledakan. Karena....ah, energinya rasanya ya...begitulah.
Padahal nih di Lombok juga, menyebar di lokasi yang terkena dampak gempa, banyak anak-anak bangsa yang justru tidak terlalu banyak mengeluarkan kata, langsung bertindak nyata. Membuat dapur umum. Membantu evakuasi. Mendampingi korban. Melakukan pengobatan. Dengan keahlian dan kemampuan masing-masing, mereka langsung turun tangan. Juga menjadi jembatan dari anak-anak bangsa lainnya yang berada entah di sini atau di sana, yang juga ikut turun tangan dengan caranya: berdonasi dana atau natura.
Mereka bergerak dengan satu niat: memberi.
Lalu, tanyakan saja kepada mereka, apakah mereka memiliki maksud di balik gerakan "memberi" itu? Apakah ada udang di balik batu?
Satu dua mungkin memang memiliki ekspektasi timbal balik. Tetapi, jumlah terbanyak justru hanya ingin memberi dengan berbagai alasan: membantu, berbagi, simpati dan mungkin yang terpenting bagi para korban gempa di Lombok adalah Recovery.
 "No one is useless in this world who lightens the burdens of another" - Charles Dickens
Ya. Kutipan itu diartikan bebas sebagai "tidak ada seorangpun yang tidak berguna di dunia ini selama dia meringankan beban orang lain". Itu juga yang saya temui dalam lingkaran kecil pertemanan dan aktivitas komunitas.
Pertemanan dari pendakian bersama di Gunung Kerinci membawa saya kepada satu grup whatsapps bernama Limitless Love. Bukan komunitas, tetapi sebuah grup. Cair. Dengan anggota yang masuk dan keluar. Dengan "project" yang berbeda-beda. Namun dengan aura yang tetap terjaga: cinta yang tak terbatas. Spiritnya sama dengan kutipan di atas, sekecil apapun usaha, kita bisa meringankan beban orang lain. Dan lalu grup yang sangat majemuk itu, terdiri dari berbagai ras, agama dan PILIHAN POLITIK, ini pun mengelola energi baiknya itu untuk meringankan beban orang lain. Dan kemudian di grup lalu lalang informasi kebutuhan korban di Lombok, jumlah kasur, selimut, pembalut, susu bayi dan lain-lai. Juga siapa donatur dan berapa donasi terkumpul - tanpa mempermasalahkan donasi sekecil apapun. Termasuk berpuluh-puluh sarung, peci dan sajadah yang akan berpindah lokasi, dari Jakarta ke tempat bencana, yang diberikan donatur yang berbeda agama. Empati. Simpati. Ikhlas. Menjadi energi kebaikan.
Limitless Love adalah hanya satu di antara begitu banyak gerakan-gerakan sederhana sejenisnya, yang bergerak secara personal, menggunakan saluran media sosial, bergerak di zona ikhlas untuk memberi, membantu. Mengerahkan energi baik yang dipunyai. Dan menularkannya menjadi kebaikan bersama.