Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Perjalanan Malam Ramadan Anak Kecil dalam Empat Tahun

10 Juni 2018   14:02 Diperbarui: 10 Juni 2018   14:21 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak kecil: mengajarkan banyak hikmah | Foto: Rifki Feriandi

Malam Ramadan itu apa lagi kalau bukan solat terawih. Solat sunat yang lebih suka disebut si Ayah "Teraweh" - dengan "e" - ini akan mengambil sebagian besar waktu malam kita, sebelum beranjak ke peraduan. Apalagi untuk anak kecil yang sedang belajar berpuasa. Seperti si Ade, misalnya.

Sejak usia kecil, si Ade sudah diajarin tentang berpuasa dan ibadah-ibadah yang melingkupinya. Ibadah utamanya, berpuasa, si Ayah tanamkan dengan mulai dari berpuasa makan tapi masih boleh minum, berpuasa dengan jangka waktu tertentu, lalu menjadi setengah hari, dan berujung penuh seharian. Beriring dengan puasa, si Ade pun dikenalkan dengan ibadah malam berupa solat terawih. Meskipun si Ade perempuan, tidak menutup partisipasi si Ayah untuk terus mendampinginya dalam mempelajari solat terawih. Dan tidak terasa, sudah empat tahun berjalan sejak awal si Ayah mendampingi si Ade terawih. Ternyata, seru perjalanan terawihnya itu, yang terekam dalam status si Ayah.

2014: Selalu bersama Ayah dan...berselfie

Si Ade berusia empat tahun. Entahlah apa ini saat pertama, tapi si Ayah mengajaknya ke mesjid Al Kautsar - mesjid komplek yang cukup besar. Sengaja memilih mesjid ini, bukan musola terdekat, dengan harapan agar dia bisa bertemu lebih banyak orang. Di saat pertama ini, si Ade tetap selalu bersama si Ayah. Solat bersebelahan dengan Ayah di saf laki-laki. Tentunya janggal ada perempuan berkerudung menyempil di jajaran bapak-bapak. Tapi, biarlah si Ayah memutuskan hal itu. Alasannya ya demi keamanan si Ade sendiri, karena dia belum bisa dilepas sendirian. Kebetulan malam itu kita tidak bersama si Ibu yang berhalangan.

Di usia ini si Ade tentunya belum bisa konsentrasi. Jadinya si Ayah biarkan dia merasa nyaman dulu berada di lingkungan mesjid. Kecuali solat Isya, saat terawih dia dibiarkan sesuai keinginannya. Mau solat ya diapresiasi, tapi kalau lagi bosan si Ayah biarkan dia tiduran. Demi menyatunya saf, si Ayah biasanya mengambil posisi paling ujung kiri atau kanan, sehingga si Ade berada di sisi paling luar. Jadi saf laki-lakinya menyambung kan. Meski dibiarkan, satu yang si Ayah jaga: dia tidak boleh berkeliaran. Si Ayah juga memberi "instruksi" larangan-larangan lain, dengan bahasa anak tentunya, seperti tidak boleh teriak-teriak, berlari-larian dan berjalan di depan orang yang lagi solat. Dan jika bosan, terutama waktu mendengar ceramah, si Ayah ajak dia....selfie :) .

Tidak diijinkan nonton hape atau youtube, jadilah si Ayah mengajak Ade ...narsis saat berterawih di Mesjid Al Kautsar Vila Dago | Foto: RifkI Feriandi
Tidak diijinkan nonton hape atau youtube, jadilah si Ayah mengajak Ade ...narsis saat berterawih di Mesjid Al Kautsar Vila Dago | Foto: RifkI Feriandi
2015: Tentang dua hal: mengobrol dan nasi goreng

Ramadan di usia si Ade lima tahun.

Hari pertama, dia berhasil solat berpisah. Di barisan ibu-ibu dengan pedenya. Beberapa ibu melihat dia dengan tersenyum. Beberapa orang tidak lepas nyubit pipi tembemnya. Tiap selesai solat, si Ayah selalu menengok ke belakang. Takut ada apa-apa. Jadinya, saat tirai pemisah dibuka untuk kultum, saya lihat dia lucu dengan pipi menyembul dari mukena biru angry bird nya sedang mengobrol dengan ibu-ibu yang mengapit kiri kanannya.

Hari lainnya, si ibu yang dulu ngajak ngobrolnya gak ada. Dia terlihat cukup bosen. Akhirnya dia masuk ke barisan bapak-bapak, berakhir di pangkuan ayahnya. Pulangnya dia merengek 'Pengen nasi goreng'. Sayangnya, abangnya tidak berjualan. Akhirnya, dilahaplah dimsum entah tiga atau empat biji.

Hari lainnya lagi ketika berterawih di musola, dia betemu temannya Aurel. Jadi si Ayah tenang solatnya. Waktu pulang si Ayah bertanya. 'Ade tadi berisik gak? Ngobrol ya?'. "Sedikiiit kok" jawabnya sambil menempelkan jari telunjuk ke jempolnya. Si Ayah tidak melarangnya, karena menganggap itu masih di tataran normal dan tidak mengganggu. Lagipula, dia sedang bersama temannya.

Hari lainnya berterawih kembali di mesjid Al Kautsar. Kali ini bersama si Kakak. Seru buat mereka berdua. Ayahnya tidak terlalu memperhatikan. Jadi khusuk dan tenang.Biarkanlah si Kakak menjadi seorang kakak yang tahu kapan mengajak mengobrol, bercanda dan serius solat.

Hari lainnya lagi biasa cuman sampai selepas kultum karena dia lapar, pengen nasi goreng.

Sisanya: bareng Aurel yang sudah jadi sobatnya. Awal pergi dia langsung berkata. Kira-kira begini.

'...nanti kita jangan berisik ya. Kalo mau ngobrol ntar kalau udah solat'.

Dia ingat sekali petuah ayahnya, meski saat ditanya sepulang mereka berdua cekikikan, dan menjawab standar ."..ngobrol tapi sedikit".

2016: Ketika mulut berbicara

Anak kecil: mengajarkan banyak hikmah | Foto: Rifki Feriandi
Anak kecil: mengajarkan banyak hikmah | Foto: Rifki Feriandi
Saat si Ade mulai dibiasakan berpuasa penuh hari. Wajar dia terlihat lemas. Di usia ini, si Ade mulai penuh solat di barisan perempuan, meski terkadang dia suka curi-curi alasan ingin bersama si Ayah. Ini terjadi jika dia tidak bertemu dengan anak-anak seusia dia, dan berada di tengah-tengah ibu-ibu. Namun, ada hal menarik ketika dia mulai menunjukkan apa yang dipikirkannya dengan bertanya.

Seperti saat menonton Planet Earth di BBC Earth sambil menunggu Adzan. Si Ade bertanya melulu. Ya, si Ayah jawab sih. Tapi lama-lama si Ayah cape juga menjawabnya.

'Kamu kok nanya-nanya mulu sih De' kata si Ayah. Eh si Ade menjawab telak.

'Gak apa apa atuh Yah, namanya juga anak-anak. Anak-anak kan kerjaannya bertanya'

Seusia itu pun dia sudah pintar mencari alasan. Suatu saat dia berkata ke si Ayah dengan memelas.

'Yaaa Ayah. Ade gak usah solat Maghrib ya' kata si Ade sehabis berbuka.

'Emang kenapa De', tanya Ayah

'Soalnya nanti kan Ade ikut solat teraweh. Kan solat teraweh banyak tuh solatnya. Jadi sekarang gak usah solat ya. Kan solatnya dikit' gitu kata dia.

Ayahnya tepok jidat. Wajar lah, anak kecil suka merajuk. Tapi ini sepertinya saat tepat buat si Ayah menekankan posisi solat wajib dan solat sunat, dan memberikan suntikan semangatya.

2017: Aku bukan anak-anak

DI usia tujuh tahun, si Ade sudah lepas dari si Ayah. Tujuh tahun sudah bukan usia "anak ayah" lagi. Jadinya, si Ayah pun melepas dia di barisan perempuan dengan tenang. Dia pun sudah tahu apa yang bisa membuat dia nyaman berteraweh. Terkadang si Ayah pun lihat dia berbicara dengan orang dewasa atau kakak-kakak kuliah. Bahkan dia sudah bisa memulai obrolan dan berkenalan.

Satu yang membuat si Ayah bahagia. Dia ternyata berpikiran dewasa.

Suatu saat, di parkiran selepas teraweh.

'Wah, gak ada uang kecil' kata si Ayah sambil ngecek dompet. 'Yang ini saja ya De', lanjut si Ayah sambil ngeliatin uang kertas yang ada di dompet.

'Iya lah Yah. Kasih saja. Gak usah dipikirin uangnya. Pikirin saja pahalanya' jawab si Ade.

Makjleb. Jawaban super dari si Ade. Pelajaran ikhlas dari anak kecil.

Tangannya tetap selalu si Ayah genggam, meski dia sudah besar | Foto: Rifki Feriandi
Tangannya tetap selalu si Ayah genggam, meski dia sudah besar | Foto: Rifki Feriandi
Anak Ayah sudah besar. Tapi....Ayah akan tetap selalu menggenggam tangannya jika sedang bepergian bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun