Ramadan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Saat itu banyak dimaknai berbeda. Ada yang bersiap-siap membuat kue-kue, ada juga yang sibuk belanja. Kedua-duanya sama, untuk tujuan lebaran. Sementara banyak yang justru fokus dalam ibadah, berupa itikaf di mesjid. Yang sama mungkin cuman satu: MUDIK.
Iya, mudik menjadi ritual yang tidak ditinggalkan. Semua usaha dilakukan untuk bisa mudik. Namun, tidak semua rencana bisa diwujudkan. Terkadang, urusan banyak faktor menghalangi keluarga untuk pulang ke kampung tercinta.
"Terus, kalau tidak mudik, ke mana dong kita?", begitu mungkin pertanyaan yang muncul di kepala anak-anak.
Nah, si Ayah mengajukan enam tempat pilihan di Jakarta untuk anak kecil saat tidak mudik.
1. Tempat-tempat di Jakarta yang belum pernah dikunjungi
Sudah berapa lama kah Anda tinggal di Jakarta atau sekitarnya? Pernahkah Anda pergi ke suatu tempat yang bernama Pecenongan? Pernah dengar sebuah tempat yang bernama Gang Kahfi tempat perbaikan patah tulang? Atau seperti bagaimana sih yang namanya Benhil itu.
Mungkin selama tinggal itu kita lebih banyak menghabiskan waktu dari rumah ke kantor, tanpa eksplor daerah-daerah di Jakarta. Ada beberapa nama tempat yang mungkin akrab sekali di telinga, tetapi "Suwer, belum pernah ke sana". Alasannya kan klasik. Macet.

2. Pasar basah
Apa sih? Masa ke pasar?
Hei, banyak anak-anak yang hidup di kota itu tidak tahu bagaimana suasana pasar basah itu. Orang tua, biasanya ibunya, biasanya melarang mereka ke pasar basah. Ya, ibu-ibu biasanya sudah menjudge sendiri kalau anak-anak tidak akan suka ke pasar basah. (Betul tidak, ibu-ibu?). Belum masalah kotor, becheck dan penuh sampai keringat keluar yang menghentikan kepenasaran anak-anak.

Apakah anak-anak akan suka?
Oh tentu saja tidak. Setidaknya ada penolakan di awal. Biasa lah. Tapi tunggu saja sampai selesai, dan kita akan lihat interest mereka.
3. Kampung Sebelah
Anak-anak sekarang sepertinya terimbas rutinitas orang tua. Jika orang tua rutin pergi rumah-kantor begitu terus, maka anak pun menjalani rutinitas rumah-sekolah. Apakah mereka kenal dengan tetangga di kompleksnya? Iya dong. Eh tapi, bisa juga tidak. Tergantung seberapa gaul keluarga itu.
Nah, saat liburan dan tidak mudik itu, kenapa tidak ajak anak berjalan kaki atau bersepeda berkeliling kompleks perumahan sendiri. Dan berhentilah jika bertemu dengan tetangga-tetangga yang ditemui, sekalian bersilaturahim. Dan jika sudah terbiasa dengan lingkungan perumahan sendiri, kenapa tidak meluaskan jangkauan dengan berkeliling ke perumahan atau bahkan ke kampung sebelah. Iya, kompleks biasanya berada dbersebelahan dengan kampung. Dan suasana kampung mungkin akan mengagetkan buat anak kecil.

4. Taman-taman di Jakarta
Tempat lain yang menjadi pilihan ayah untuk anak kecilnya pada saat tidak mudik adalah taman. Ya, Jakarta itu punya banyak taman. Sayangnya, taman itu menjadi tidak ada dalam daftar tujuan karena ...ya macet. Siapa sangka coba di daerah Mayestik ada sebuah taman yang menarik, loh. Selama ini pasti tidak tersadari, karena ya kita lewat saja.
Nah, pada saat tidak mudik ini, tentukan lokasi taman yang ingin sekali dikunjungi. Bawa anak ke sana, baik itu naik sepeda, kendaraan umum atau kendaraan pribadi. Gelar tikar. Buka bekal dari rumah. Jangan lupa bawa bola atau pesawat kertas. Dan biarkan anak-anak bebas berlarian di atas rumput dan melakukan "kegilaan" mereka, yang siapa tahu tidak pernah ada kesempatan mereka perlihatkan. Who knows, mereka sebenarnya memiliki talenta yang tersembunyi loh.

Adakalanya anak-anak perlu diperkenalkan dengan suasana yang sangat berbeda dengan apa yang tiap saat mereka dapatkan. Ini untuk memberikan pendidikan empati dan mengolah emosi. Bukankah emotional intellegence - kecerdasan emosi - ternyata memiliki peranan penting dalam keberhasilan kehidupan?
Ajaklah mereka ke Panti Asuhan. Biarkan mereka mengobrol dengan anak-anak yang telah kehilangan salah satu - atau semua - orangtuanya. Bawalah apa yang sudah tidak lagi dipakai dan masih layak. Pakaian, buku atau mainan. Lepaskan mereka untuk bermain bersama. Ajak mereka berkeliling melihat suasana panti dan keterbatasan yang dimiliki. Beri penjelasan dengan bahasa anak. Peluk dia dan ucapkan kasih sayang dari ayah dan ibu.
Atau, mampirlah di panti anak cacat, anak berkebutuhan khusus, tuna netra dan sejenisnya. Ayah mulai dengan mengajak berkeliling dan mengobrol. Kenalkan anak kepada kondisi kekurangan pancaindera dan anggota tubuh. Buatlah suasana menggembirakan di panti itu. Ajak teman-teman yang lain - yang juga tidak mudik - untuk melakukannya secara bersama. Dan bersamaan itu pula, bawalah donasi sebaik mungkin untuk membantu mereka.
Dan....kunjungi panti wredha. Panti tempat orang jompo berada ini utamanya butuh keceriaan. Setelah lepas dari keluarga dan anak-cucu yang entah ke mana tidak berkunjung, mereka membutuhkan "kunjungan" dan kebahagiaan yang dipancarkan oleh anak-anak. Biarkanlah anak-anak sejenak menjadi cucu-buyutnya. Dan biarkanlah anak-anak meresapi bahwa nantinya ayah ibunya pun akan menjadi tua. Biarkanlah mereka meresapi apakah ayah ibunya nantinya akan berakhir di panti atau berada dalam lindungan mereka kelak.

6. Tempat wisata
Ah, ini mah sudah mainstream sekali. Manfaatkan saja kemudahan perjalanan karena sepi Lebaran untuk bisa menikmati tempat wisata dan wahananya, sebelum masa liburan - besok atau lusanya - muncul dan membuat kita harus mengantri ke mana pun.
Jadi, tidak mudik?
Yuk nak. Maen yuuuk
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI