Itulah.Â
Tapi entahlah, saat itu, itu saja belum cukup kayaknya. Apa mungkin karena ada kekhawatiran "gimana kalau marbotnya kecepatan mukul bedugnya?" , "gimana kalau muadzinnya lagi ngantuk salah lihat jam?" atau "gimana kalo yang adzannya iseng karena lapar, jadi dimajuin biar cepat buka?".
Faktanya kita cukup percaya dengan adzan dari mesjid terdekat saja. Tidak usah khawatir. Marbot dan petugas masjidnya sudah sangat paham dengan waktu tiba untuk beradzan.Dipastikan, mitos ini hanya tinggal kenangan. The good old day. Mitos itu tidak mungkin terulang, ya karena teknologi dan informasi.
Bukankah sekarang radio sudah tidak terlalu didengar lagi? Bukankah saluran televisi sudah banyak sekali bahkan sampai bingung mau milih yang mana? Bukankah media sosial lebih banyak berperan? Bukankah informasi jadwal berbuka sekarang sudah banyak tersedia baik itu di internet ataupun di masjid? Dan bahkan, bukankah sekarang masjid itu jauh lebih banyak, yang bahkan dua masjid itu bertetanggaan letaknya?
Jadi, tidak terbayang jika Si Ade sebagai kid jaman now duduk di depan radio mencari lima saluran radio yang mengumandangkan adzan agar bisa memulai berbuka. Kalo ada, dijamin itu mah si Ayah: kids jaman old rasa now :)