Kemarin, di hape saya muncul pesan yang sama dari dua pengirim berbeda. Pesan yang sudah bisa ditebak, tidak diteruskan atau dishare oleh si penerima, ya saya, karena terus terang belum dikonfirmasi kebenarannya. Padahal, kalau ditelusuri pesannya bagus. Tentang air bersoda dan bahayanya minum air bersoda pada saat buka puasa.
Tapi, meski isinya bagus tapi belum jelas kebenarannya, nanti kita terikut dosa menyebarkan berita bohong dong. Buah pala buah kedondong. Jangan dong. Buah kwini buah kelapa. Ini bulan puasa.
Tapi baiklah.
Mengutip dari okezone, ramuan minuman bersoda itu tercipta karena ketidaksengajaan. Katanya, awalnya John Pemberton, seorang apoteker pada 8 Mei 1886, membuat ramuan penghilang sakit kepala. Saat itu pemerintahnya tidak membolehkan memproduksi obat yang mengandung alkohol.
Lalu dia bersama temannya membuat ramuan dari daun koka (wikipedia secara khusus menyebut coca bukan cocoa yang artinya coklat) dan biji kola (cola acuminata). Temannya tidak sengaja mencampurkannya dengan air berkarbonasi. Tara, jadilah coca-co...eh, minuman bersoda.
Tidak ada hukum yang difatwakan si Ayah untuk haram meminumnya - lagian siapa sih Ayah itu. Ini hanya karena si Ayah tidak memberi peluang anak-anak untuk mencicipi minuman itu, karena si Ayah tidak pernah memberi contoh. Malahan, si Ayah berlaku sebaliknya, memperlihatkan ketidaksukaan dengan minuman bersoda. Ya tidaklah. Bukan dengan cara memalingkan wajah seperti ketika kita tidak suka bertemu mantan yang baru mutusin. Tapi ya reflek saja.
Ketika gelas beradu dengan bibir yang basah - sering dijilat karena haus :) , dan setitik minuman soda itu sudah mulai terasa di lidah, indera pencecap berkata: "warning, ada rasa yang tidak biasa, pahit gila". Di kala lidah orang lain berkata bahwa minuman bersoda yang sama rasanya manis dan enak, si Ayah mah malah merasakan pahit. Padahal pahitnya kehidupan pun tidak seperti itu, eaa.
Lalu, jika tidak sempat diludahkan - Â kalo dalam ruangan kan tidak boleh meludah - setetes minuman soda yang sudah bercampur air liur itu masuklah ke gerbang kerongkongan. Lalu mulailah reaksinya. Cegukan. Iya, kadang cegukannya itu beruntun beberapa kali, sambung menyambung menjadi satu. Dan reaksi di diri si Ayah ternyata menular. Kalo saat itu bersama teman-teman, mereka pun bereaksi. Ketawa. Kejam, ya?
Ada juga sih artikel yang menulis beberapa kegunaan dari minuman bersoda. "Antara Mengerikan atau Menguntungkan". Begitu. Salah kegunaannya adalah " jago banget membersihkan peralatan masak, terutama dengan noda membandel dan karat yang susah hilang". Yaelah, kegunaan. Itu bukan kata Ayah loh. Baca saja di sini. Agar lebih fair, cari juga di youtube-nya.
Reaksi si Ayah itu ternyata "didikan" dari keluarga, dimulai dari Papap, kakeknya si Ade. Tidak ada satu pun di keluarga si Ayah yang suka minum soda, dan merokok .....(dan berenang ;)). Tidak ada yang berhasil minum soda tanpa cegukan.
Bahkan jika minuman itu tidak dalam bentuk minuman kaleng merek Amrik punya, seperti dengan nama keren-keren seperti lemon squash, tetap si Ayah pasti cegukan. Sering ketika membeli paket KFC atau A&W lupa mengganti minuman, lalu si Ayah cegukan, maka dengan tatapan sedih dia harus mengikhlaskannya terbuang. Sayang ya. Mubazir.
Makanya, jika ada pelayan datang, si Ayah dengan sedikit berbisik dan berkata: "Jeniper. Jangan beri aku soda".
Untungnya, si Ayah tidak mengajarin Ade untuk berlaku yang sama. Sehingga, ketika pelayan datang si Ade tidak berbisik dan berkata: "Dawegan. Jangan beri aku soda". Wkkk.... Iya, kesukaan si Ade adalah dawegan a.k.a kelapa muda, dingin, segar dan menyehatkan. Dan tanpa gula. Manis alami. "Seperti Ade. Manis kan?".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H