Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tidak Ada Polemik Warung Buka di Bulan Puasa dari Cara Pandang Anak Kecil

25 Mei 2018   16:09 Diperbarui: 25 Mei 2018   16:24 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemberitahuan Warung | Foto: http://kippermais2016.blogspot.co.id/

Sangat berbeda dengan respon dia dua tahun lalu kala dia masih begitu polos dan belum memahami hakikat berpuasa itu. Kini, dia sepertinya sudah paham bahwa berpuasa juga ada hakikat menahan diri. SI Ayah asumsikan bahwa dia juga mengerti bahwa "menahan diri" itu berasal dari dalam diri sendiri saat mengatasi sesuatu kondisi dari luar.

Memaksakan kondisi luar agar sesuai dengan keinginan diri itu bukan "menahan diri", kan? Itu lebih kepada manja karena belum mengerti, belum memahami. Persis yang Ade lakukan dua tahun lalu.

"Loh, anak kecil itu harus diajari kebenaran dong. Kasih tahu hukum yang benar. Memberi makan orang kafir di bulan puasa itu dilarang".

Wajar-wajar saja jika mungkin ada yang akan berpikir demikian. Dalam tahap usia si Ade ini, si Ayah memutuskan untuk lebih mengenalkan kepada hakikat dan makna puasa terlebih dahulu. Tentunya dimasukkan sisi akhlak baiknya, seperti teladan dari Rasulullah. Perkara hukum, bukannya diabaikan tetapi timingnya belum tepat.

Apalagi, pendapat para ulama terhadap hukum memberi makan orang kafir di bulan puasa - yang menjadi landasan polemik membuka warung di bulan puasa - ini juga masih berbeda-beda. Ada yang melarangnya, tapi banyak yang membolehkannya. " Pendapat kedua ini yang lebih mendekati kebenaran", dikutip dari Rumaysho.com. Dan mengenai hukum, si Ayah lebih menyandarkan diri kepada umaro untuk bertindak.

"Jadi, Ade takjilnya mau apa?", celetuk Ayah.

"Hmm.. Nanti saja deh Yah", jawab Ade. Mungkin kalo dia jawab sekarang, dia jadi lapar. Atau dia menghindari polemik, apakah beli kolek atau cilok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun