Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hardiknas 2018 Gaya Pendaki Kerinci

4 Mei 2018   15:28 Diperbarui: 4 Mei 2018   15:55 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terima kasih para donatur | Foto: iTrex

Adakah hubungannya antara mendaki dengan gerakan sadar literasi?  

Mendaki ya naik gunung, kotor-kotoran,  berkeringat,  muncak. Sementara gerakan literasi ya berkutat dalam perbukuan,  melek huruf dan pembinaan.

Dua aktivitas dari dua kutub yang sepertinya berbeda itu ternyata bisa disatukan, loh. Mau bukti? ITrex salah satunya.

iTrex atau Indonesian Trekkers adalah komunitas anak muda yang menyukai aktivitas pendakian. Komunitas ini dibentuk beberapa tahun lalu untuk mewadahi hobi yang sama, utamanya bertualang di alam bebas. Dikomandani Adriansyah Sinaga, komunitas yang juga diisi pelari-pelari jarak jauh ini telah berhasil menjejak beberapa gunung di Indonesia. Sebut saja Gunung Ceremai , Gunung Prau dan Gunung Lawu. Dua gunung dalam daftar Indonesia 7 Summit pun telah berhasil didaki: Gunung Semeru dan Gunung Rinjani.

31764716-10211053874694682-7495580631535976448-n-5aec19edab12ae5a3c3567b2.jpg
31764716-10211053874694682-7495580631535976448-n-5aec19edab12ae5a3c3567b2.jpg
Di akhir bulan April 2018 ini, iTrex telah melakukan pendakian di gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Puncak Cartenz di Papua, yaitu Gunung Kerinci yang juga merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia (3805 mdpl). Dengan 24 orang pendaki, kali ini iTrex tidak hanya fokus terhadap pendakian, namun juga menciptakan peluang agar dapat memberikan manfaat untuk masyarakat di daerah yang dituju. 

Semacam aksi "giving back to the society". Untuk menghadirkan rumah baca ini, ITrex melakukan pengumpulan dana dari donatur, baik otu anggota ITrex ataupun relasi-relasi di sekitar anggota ITrex. tidak hanya fokus terhadap pendakian, namun juga menciptakan peluang agar dapat memberikan manfaat untuk masyarakat di daerah yang dituju, semacam aksi "giving back to the society". Untuk kesempatan kali ini, perwakilan iTrex - Rifki Feriandi beserta kontak Kerinci - Tommy Rakasiwi, telah melakukan penelitian singkat bersama warga Kerinci dan memutuskan bahwa kesempatan masyarakat untuk mengakses pengetahuan masih terbatas. Jaringan data dari operator gsm masih belum terjangkau dengan baik. Oleh karena itu, iTrex dan warga Kerinci mengharapkan adanya fasilitas semacam rumah baca yang selanjutnya akan dikelola oleh warga.

Anggota komunitas iTrex di dalam Rumah Baca Kincai Mengalun | Foto: Adriansyah Sinaga iTrex
Anggota komunitas iTrex di dalam Rumah Baca Kincai Mengalun | Foto: Adriansyah Sinaga iTrex
Lokasi yang dipilih adalah di Desa Batang Sangir yang masih dalam wilayah Kecamatan Kayu Aro,  Kabupaten Gunung Kerinci. Desa ini berada tidak jauh dari Pintu Rimau,  pintu masuk ke arah Pintu Rimba,  awal pendakian Gunung Kerinci. Dari lokasi Rumah Baca,  Gunung Kerinci terlihat jelas.

Dengan semangat berinvestasi untuk anak Indonesia agar lebih berpengetahuan,  Alhamdulillah terkumpul dana sebesar 50 juta rupiah lebih dalam waktu tiga bulan. Jumlah yang melebihi target. Dana sebesar penuh digunakan untuk pembelian buku,  pengiriman buku, pembuatan rak buku,  pengolahan buku serta alat-alat pendidikan.

"Dengan kegiatan ini, kami berharap iTrex dapat memberikan kontribusi yang positif, dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, terutama dari segi literasi", jelas Adriansyah yang juga lebih dikenal sebagai Todi.

Paketu iTrex beserta beberapa anggota tim di depan Rumah Baca | Foto: iTrex
Paketu iTrex beserta beberapa anggota tim di depan Rumah Baca | Foto: iTrex
Meski tidak dikhususkan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional, pada tanggal 1 Mei 2018, selepas turun dari Gunung Kerinci di akhir Minggu dan berkunjung ke Danau Gunung Tujuh,  seluruh anggota ITrex berkesempatan mengunjungi Rumah Baca yang diberi nama Kincai Mengalun. Dalam kunjungan itu kami diterima dengan hangat oleh Pak kades Jamio beserta ibu,  Pak Sekdes Nani,  Ibu-ibu PKK dan PAUD serta anak-anak muda Desa Batang Sangir yang kelak akan menjadi pengurus rumah baca.

Delapan puluh persen buku yang dikirim adalah buku baru, pembelian dari donasi | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
Delapan puluh persen buku yang dikirim adalah buku baru, pembelian dari donasi | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
Dalam perbincangan hangat dan akrab, Pak Kades mengemukakan kebahagiaannya karena akhirnya Batang Sangir memiliki rumah baca untuk umum. 'Semoga kami bisa mengelola dengan baik dan menjadi percontohan bagi Desa lain bagaimana tercipta kolaborasi antara pihak luar, pemerintahan desa dan masyarakat'.  Pak Kades dan Pak Sekdes pun bercerita tentang berbagai rencana aksi yang akan diwujudkannya sehingga rumah baca Kincai Mengalun akan terasa manfaatnya.

Alat peraga pendidikan dan mainan anak pun melengkapi kolesi rumah baca | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
Alat peraga pendidikan dan mainan anak pun melengkapi kolesi rumah baca | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
Acara akrab ini berjalan singkat,  namun sangat membekas di hati anggota iTrex sendiri. Berikut beberapa testimoni mereka.

"Saya sungguh berterima kasih pada ITrex karena telah diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari pembangunan rumah baca ini. Saya berharap tempat ini dapat meningkatkan minat baca masyarakat sekitar",  Steve Wirawan  - iTrex.

"Kemarin saya berkunjung ke rumah baca Kincai Mengalun. Saya melihat betapa indah dan bahagianya dapat membantu anak-anak yang ingin membaca dan belajar tetapi mereka tidak memiliki media untuk melakukan itu. Dari situ saya dapat belajar sebagai generasi muda bangsa ini yang mendapatkan kesempatan lebih beruntung dari mereka yaitu memiliki fasilitas untuk membaca dan belajar baik dari buku, internet maupun media lainnya bahwa tidak ada lagi alasan untuk bermalas-malasan belajar dan saya sangat ingin menjadi orang yang sukses dan dapat berguna bagi bangsa ini agar dapat membantu mereka-mereka yang kesusahan di negeri ini yang memiliki kekayaan alam yang melimpah,tetapi menjadi kesulitan hidup di negeri sendiri", Ryan Qastari - pendaki termuda iTrex, 18 tahun.

Ada lebih dari 1700 judul buku dalam lebih dari 20 kategori. Lengkap | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
Ada lebih dari 1700 judul buku dalam lebih dari 20 kategori. Lengkap | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
"Ketika inisiatif untuk mendirikan rumah baca di Kerinci muncul, kami semua sangat bersemangat untuk mendukung mengingat pentingnya membaca untuk membentuk generasi muda terutama di daerah-daerah yang jauh dari ibu kota seperti Kerinci. Ketika kami semua tiba di Rumah Baca Kincai Mengalun, kami semua tidak menyangka kalau rumah baca yang didirikan akan sebagus itu. Dan selengkap itu dari dana yang terkumpul! Saya kira tidak ada satupun dari rekan-rekan komunitas iTrex yang tidak merasa terharu campur bangga ketika melihat rumah baca ini dan kami juga sangat menghargai semua kerja keras dan inisiatif dari iTrex, Pejabat Desa dan masyarakat untuk pendirian rumah baca ini. Semoga penduduk desa Batang Sangir juga terbantu dengan adanya rumah baca Kincai Mengalun dan koleksi bukunya terus berkembang', Marcellinus Jerry Winata iTrex

"Saya bukan orang yang suka membaca dan saya sangat tahu dampaknya untuk diri saya. Salah satu alasan saya membantu mengumpulkan dana untuk rumah baca kerinci adalah karena saya ingin anak-anak bangsa, generasi penerus bangsa Indonesia bisa lebih baik saya, suka membaca, berwawasan dan memiliki sudut pandang yg luas. Semoga usaha kita tidak berhenti disini", Fransisca 'Ci Angel' Angeline iTrex

Ruangan Rumah Baca diapit Ruangan Posyandu dan PAUD, berada di depan Mesjid Al Furqon. Pemandangan langsung ke Gunung Kerinci. Strategis dan Indah | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
Ruangan Rumah Baca diapit Ruangan Posyandu dan PAUD, berada di depan Mesjid Al Furqon. Pemandangan langsung ke Gunung Kerinci. Strategis dan Indah | Foto: Fichry Zulfisyahrin iTrex
Wow!”. Iya, ini adalah kata pertama yang sontak keluar dari mulut saya saat tiba di Rumah Baca Kincai Mengalun. It’s just beyond my expectation. Indeed. Rasa senang dan terharu berbaur disaat yang bersamaan dan saya berusaha untuk menahan air mata. Sebagai bagian dari komunitas iTrex saya merasa bersyukur dapat memperoleh kesempatan berharga untuk dapat membantu adik adik kita di desa Batang Sangir dengan cara menjadi donatur dan juga kepanjangan tangan dari donatur lain yang berasal dari lingkungan disekitar kami berada. Sungguh kami tidak menyangka melihat hasil dari sumbangan yang diberikan dapat mengisi bangunan perpustakaan dengan buku buku beragam dari bermacam macam ilmu pengetahuan dan sudah tersusun rapih sesuai dengan tingkatan strata pendidikan yang ada. Bahkan,tidak hanya berfungsi sebagai rumah baca, tetapi juga ada ruangan lain yang digunakan sebagai sarana PAUD untuk mendidik adik adik kecil kita yang berada di sekeliling rumah baca Kincai Mengalun. Kami berharap dengan adanya Rumah Baca Kincai Mengalun, mimpi dan harapan adik adik kita semakin nyata dan mereka akan menjadi individu yang membanggakan dari Kabupaten Kerinci bagi kemajuan bangsa kita tercinta, Indonesia", Norman Hasiholan - iTrex.

Penulis (kemeja putih) bersama Pak Kades Batangsangir (kiri), Pak Sekdes (kanan), ibu-ibu PAUD, ibu PKK, remaja-remaja desa dan perwakilan mahasiswa KKN | Foto: Melani iTrex
Penulis (kemeja putih) bersama Pak Kades Batangsangir (kiri), Pak Sekdes (kanan), ibu-ibu PAUD, ibu PKK, remaja-remaja desa dan perwakilan mahasiswa KKN | Foto: Melani iTrex
"Rumah Baca Kincai Mengalun tampak sederhana, namun bersih tertata.  Namun, dibalik  kesederhanaan ini terpatri sebuah cita-cita, yang tampak sangat biasa bagi kita, tapi tidak bagi anak-anak Desa Batang Sangir. Suatu hal berharga yang langka bagi mereka. Di ruangan seukuran kelas itu berjejer buku-buku di dalam rak-rak yang tersusun rapi, seperti di perpustakaan kecil di sekolah kita dulu. Rumah Baca Kincai Mengalun membuka kesempatan bagi anak-anak Batang Sangir untuk mengakses buku-buku yang selama ini tidak mereka dapatkan dengan mudah. Bacaan yang akan menstimulasi pikiran mereka untuk menyadari bahwa ada banyak hal di luar sana yg dapat mereka capai jauh di luar benteng hidup Bukit Barisan yang mengelilingi kampung mereka, untuk mendobrak keterisolasian yang mengungkung  kehidupan mereka dari generasi ke generasi. Untuk menyadari bahwa mereka mempunyai potensi yg akan mengubah harapan menjadi kehidupan yang lebih baik.

Selaras dengan nama yg disematkan, Taman Bacaan ini akan mengalunkan harapan disudut-sudut imajinasi anak-anak Kincai di Batang Sangir untuk berani berharap, suatu hal yang mewah bagi mereka. Benih-benih harapan yang akan mendorong suatu perubahan untuk mengejar ketertinggalan. Kita akan melihat sebuah kehidupan yang lebih baik disana, suatu saat nanti.

Di kesejukan pagi kampung yang indah dan damai ini, aku teringat sebuah kalimat, tubuhmu mungkin tidak akan pergi kemana-mana hari ini atau esok, tapi buku akan membawa imajinasimu kemana saja dan kapan saja kau inginkan. Imajinasi membawaku kembali ke hari-hari lalu. Mengalahkan ketakutan diri di puncak tertinggi pulau Sumatra. Berbagi sedikit disini. Di kaki Gunung Kerinci. Sekepal tanah surga", Winnetou 'Uda Ewin' Chaniago iTrex.

Terima kasih para donatur | Foto: iTrex
Terima kasih para donatur | Foto: iTrex

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun