Fintech - Financial Technology. Istilah yang terkesan garang, keren nan membingungkan yang  terkadang membuat orang awam mengerutkan dahi. Padahal, bukankah arti Fintech bisa ditelusuri dari akar katanya: Financial dan Technology?
Mengacu kepada paparan Pak Muliaman D. Hadad, Ph.D - Ketua Dewan Komisioner OJK - pada kuliah umum tentang Fintech IBS, salah satu definisi Fintech dari satu sumber adalah "a line of business based on using software to provide financial services". Sebuah lini bisnis yang berdasarkan pemakaian perangkat lunak (teknologi) dalam menyediakan layanan keuangan (perbankan).Â
Dalam paparan pembuka acara Sharing Knowledge bertema "Fintech Solusi Literasi di Era Digital" bersama penerima Danamon Enterpreneur Award 2017, Pak Ajisatria Suleiman - Executive Director Asosia FIntech Indonesia - sebagai moderator juga mengulas sedikit bahwa Fintech sebenarnya sudah berjalan lama. Jika disebut sebagai sebuah generasi, sekarang itu Fintech berada di generasi 3.0 atau 3.5. Masih ingat bukan awal layanan keuangan ketika seseorang bisa memesan produk melalui telepon dan membawa kekayaannya ke seluruh dunia tanpa khawatir dan tanpa masalah (melalui ATM atau kartu kredit). Lalu kemudian masuk perdagangan secara elektronik dan internet sampai munculnya internet banking. Itulah FIntech 1.0 dan 2.0. Dengan munculnya teknologi telepon selular dan telepon pintar, maka mulailah generasi Fintech 3.0.
Fintech 3.0 muncul bercirikan penyediaan berbagai alternatif pembiayaan alih-alih perbankan tradisional. Dalam istilah Jack Ma - juga dikutip dari presentasi Pak Muliaman - "internet Finance led purely by outsiders". Dan itulah yang dilakukan oleh Adrian Gunadi, CEO Investree, pemenang The Best Fintech of the Year 2017 Danamon Award.Â
Dengan pemikiran sebuah "pinjam meminjam uang secara sederhana antar kawan atau saudara", beliau kemudian mengembangkan Investree sebagai salah satu alternatif pembiayaan, dengan biaya yang efisien dan terjangkau masyarakat. Dalam beberap tahun saja, Investree sudah melayani pembiayaan dari mulai 5juta rupiah sampai ukuran milyaran. Uniknya, Investree tidak bertindak sebagai pemilik modal, tetapi menghubungkan antara pemilik podal dan konsumen yang membutuhkan pembiayaan.
Saya pikir, Pak Adrian sangat jeli sekali melihat peluang. Beliau berhasil melakukan Disruptive Innovation ketika beliau"berhasil mentransformasi suatu sistem atau pasar dengan memperkenalkan kepraktisan, kemudahan aksesm kenyamanan yang ekonomis". Selain itu, beliau juga memperlihatkan kehati-hatian yang sangat tinggi dimulai dari meminta advis resmi dari OJK atau dari pakar hukum tentang keabsahan usaha alternatif perbankan tersebut.Â
Rencana bisnis sebuah start-up financial technology dibuat dengan sangat matang termasuk didentifikasi dan mitigasi resiko. Dan hal lain yang patut diacungi jempol adalah ketika beliau mempertimbangkan  Generasi sekarang, dengan karakteristik sharing / "berbagi" - yang diimplementasikan dalam bentuk crowd funding.
Tanda-tangan elektronik yang dipakai selama ini hanyalah sebuah "foto" atau "image" dari tanda tangan basah, yang kemudian ditempelkan di dalam dokumen eletronik. Padahal, langkah demikian banyak diragukan dengan kenyataan bahwa tanda tangan itu bisa saja dipakai oleh siapa saja, bukan hanya oleh penandatangan. Padahal, maksud dari tanda tangan adalah bahwa si penanda tangan tahu dan bisa mempertanggungjawabkan dokumen yang ditandatanganinya.Â
Untuk itu, PrivyID menyediakn sebuah tanda tangan yang unik, di mana hanya penanda tangan yang bisa melakukannya, meski dalam bentuk elektronik. Dengan metoda enskirpsi matematik yang mungkin bagi orang awam terasa rumit, Pak Marshal berhasil membuat sebuah tanda tangan elektronik yang justru mudah digunakan. Tentunya semuanya dengan mengandalkan teknologi.Â
Dengan kalimat yang terasa pas jika dibuat slogan: "tingalkan persepsi tanda tangan itu adalah urek-urekan seperti di atas kertas", PrivyID menjadi sebuah sistem tanda tangan yang diakui di Indonesia. Dan PrivyID telah menyelamatkan wajah bangsa Indonesia, dengan menjadi pioneer tandatangan elektronik, sebelum dilangkahi oleh negara lain (seperti halnya kartu kredit dengan Visa dan Mastercardnya).Â
Ketika jeli melihat peluang
Kesempatan akan menjadi ladang
Dan rejeki pun mengalir datang
Jadi, tidak usahlah gamang
Bukan wacana
Wujud nyata
Prestasi Anda
Ayo bekerja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H