'Children are the priority. Change is the reality. Collaboration is the strategy'
Nemu kutipan seperti di atas pada saat perhelatan Kompasianival baru saja usai itu bak panas-panasan lalu nemuin rujak. Maknyus. Empat kali baca kutipan itu seperti halnya empat kali nambah rujak. Gak bosen. Adem di tenggorokan. Apalagi di Kompasianival 2017, antara rujak dan kolaborasi itu ada korelasinya. Â
Really?
Iyes. Sambil empat kali mencicipi rujak serut bikinan seorang cowok keren - thanks Mas Reno - itulah saya perhatikan kolaborasi generasi tercipta. Kolaborasi cowok-cowok keren yang mengalihkan perhatian dari acara panggung utama.Â
Kenapa cowok keren?Â
Karena cowok-cowok ini, subyektif dari keren beneran atau tidak, secara obyektif keren dalam melakukan kerjasama a.k.a kolaborasi generasi. Kolaborasi dengan anak-anak sebagai generasi selanjutnya. Karena bukankah cowok-cowok yang dekat dengan anak-anak itu keren?
Lihatlah Bang Zulfikar Akbar. Terlepas dari tampangnya yang memang keren, bukankah beliau tambah keren ketika menggendong Shadia, puterinya, ke panggung sewaktu menerima penghargaan sebagai Kompasianer of the year 2017? Dan dia tidak hanya melakukannya sebagai show off, karena di meja yang mengelilingi rujak itu saya saksikan dia begitu perhatian kepada anaknya - dan tentunya juga istrinya. Saya menafsirkan itu sebagai sebuah kolaborasi ayah - anak agar semangat literasi tidak luntur. Pembiasaan berada dalam lingkungan kepenulisan.Â
Kedekatan Mas Reno Dwiheryana dengan Boci | Foto: Rifki Feriandi
Lalu lihatlah Mas Reno Dwiheryana. Cowok keren yang ikhlas hati membuat rujak serut yang super duper wuenak. Wajah ramah berkacamata yang gampang ditebak bagi yang baru pertama ketemu karena sesuai profil di akunnya itu terlihat sangat menikmati bermain bersama anak kecil, Boci. Bermain pesawat kertas. Lepas, tanpa risi tidak sungkan. Entahlah apa karena masa kecilnya kurang bahagia, tapi saya lihat Mas Reno sepenuh hati berinteraksi dengan asyiknya bersama anak kecil itu sehingga anak itu nyaman berada di lingkungan beda generasi. Mereka berdua berkolaborasi di selingi tertawa dan berdiskusi. Padahal anak kecil yang bernama lengkap Boldizsar Yudhistiro Botka itu bukanlah anaknya.
Atau kedekatan Boci dengan Yozh Satrya Aditya | Foto: Indah Noing
Atau lihatlah kedekatan Boci dengan Yozh Satrya. Tanpa jarak. Dekat. Kolaborasi keren cowok keren kan?
Asyiknya Viki dan Dani nongkrongin Mas Ag Prasetyo bersketsa | Foto: Mbak Indah Noing
Kemudian, lihat jugalah Mas Ag Prasetyo yang tangannya asyik bekerja di meja yang diisi buku-buku kumpulan puisinya. Beliau membuat sketsa. Sepintas terlihat seperti wajah seorang perempuan muda. Eh, seperti anak perempuan lebih tepatnya. Apakah itu justru figur anak yang justru sedang nongkrong duduk di depannya dan melihat apa yang sedang dikerjakannya dengan pandangan penuh perhatian. Bukankah itu kolaborasi ciamik tanpa sadar antara Mas Agung dan si kecil - yang ternyata bukan anaknya juga melainkan Viki atau Viktoria Wilujeng Botka, yang seolah berkata bahwa literasi tidak hanya sekedar kata-kata.Â
Kolaborasi generasi dalam menyerbu rujak yang
Lagi, kolaborasi generasi kembali terjadi tanpa kaitan darah. Ketika seorang anak cowok, Dani atau Satrio Daniel Botka berkomunikasi dengan orang dewasa semacam Kong Ragile atau Bang Thamrin Sonata.
Kolaborasi tiga - eh dua generasi, 17 tahun, 18 tahun, 47 tahun :) | Foto punya Pak Thamrin Dahlan
Bukankah abang-abang di atas termasuk cowok-cowok keren yang ikhlas berkolaborasi lintas generasi? Dan jangan dikira, Pak Thamrin Dahlan pun saya kategorikan sebagai cowok keren dalam kolaborasi generasi. Bukankah Bang Zulfikar yang merasa berusia 17 tahun atau saya yang merasa berusia 27 tahun adalah seperti anak-anak itu, Boci, Viki, Dani? Bukankah pula Pak TD sudah menanamkan sebuah pelajaran penting kepada generasi selanjutnya bahwa literasi itu berjalan tidak dibatasi usia.Â
Dan.....tidak dibatasi gender.Â
Susah dapat foto Mbak Indah bareng anak-anak, karena ketiganya
Karena siapakah Boci, Viki, Dani dalam cerita di atas? Mereka adalah putera dan puteri dari Kompasianer Indah Noing. Saya pribadi beri kredit tinggi kepada Mbak Indah dan keluarga karena telah melakukan kolaborasi nyata antar generasi dalam segi literasi. Dani - anak tertuanya, menjadi pewawancara cilik dan pernah mewawancarai beberapa Menteri. Viki - anak kedua, mengikuti jejak kakaknya dalam menulis, termasuk catatan perjalanan dan tutorial kreasi anak-anak. Mereka bertiga - Dani Viki Boci - difasilitasi untuk membuat perpustakaan jalanan, Davinci, yang menggelar buku-bukunya di akhir pekan dengan diselingi beberapa kegiatan, seperti mendongeng. Itu semua dilakukan oleh mereka, anak-anak.
Davinci by putera-puteri Mbak Indah | Foto: fb Indah Noing
Bukankah apa yang dilakukan cowok-cowok keren di atas dan juga Mbak Indah Noing adalah sebuah kolaborasi generasi nyata yang beyond blogging? Kolaborasi sebagai sebuah strategi perubahan ke arah lebih baik kids jaman now.
ko*la*bo*ra*sin (perbuatan) kerja sama (dengan musuh dan sebagainya) - KBBI
Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah keberhasilan.
-- Henry Ford
Biarkanlah si Ayah berkolaborasi dengan si Ade mencari yang adem-adem di dalam mall :) | Foto: Rifki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya