Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

12 Hal Terpuji dari Lapangan Gasibu Baru

12 November 2016   15:27 Diperbarui: 12 November 2016   17:10 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persib nu aing. Ari aing nu saha? Sugaaaan | Foto: Rifki Feriandi

Bandung sekarang memiliki sebuah lapangan yang cantik. Bukan lapangan baru sih, cuman lapangan lama yang selesai direnovasi. Itulah Lapang Gasibu, yang terletak persis di depan Gedung Sate, Bandung. Setelah melalui perbaikan yang bagi sebagian orang terasa sangat lama, termasuk cukup lama antara “launching” air mancur dengan selesainya Gasibu secara keseluruhan, masyarakat sekarang bisa menikmati lapangan dengan track lari keren berwarna biru.

Secara pribadi, saya mencatat 12 hal yang patut dipuji dari Lapangan Gasibu baru ini.

  • Ramah penyandang disabilitas

Lapangan Gasibu, terutama area publik di luar track lari, sepertinya sudah didesain dengan mempertimbangkan kemudahan akses bagi penyandang disabilitas fisik, dalam hal ini pengguna kursi roda. Lantai miring penghubung (ramp) terlihat ada di banyak lokasi, bersebelahan dengan lantai berundak. Ramp terlihat dari jalur trotoar ke area dalam, menuju toilet dan mushola serta beberapa platform. Ini keren dan patut dipuji.

Ramp untuk difabel | Foto: Rifki Feriandi
Ramp untuk difabel | Foto: Rifki Feriandi
  • Kolam batu

Kolam kok batu? Belum tahu ya jika kolam batu itu lebih mengasyikkan. Secara visual-arsitektur-lansekap, itu keren. Juga bagi anak-anak serta orang tua. Arena tempat anak-anak berkreasi kotor-kotoran, dengan didampingi orang tua yang duduk-duduk selonjoran di kolam. Tidak perlu takut basah, karena memang tidak berair. Kolam batu ini menurut saya pribadi bagus sekali untuk merangsang kreativitas anak-anak. Keren pokona mah lah.

Tidak perlu takut kotor untuk berkreasi dan dekat dengan anak | Foto: Rifki Feriandi
Tidak perlu takut kotor untuk berkreasi dan dekat dengan anak | Foto: Rifki Feriandi
  • Pohon-pohon dipertahankan

Meski dengan renovasi yang lumayan besar, pohon-pohon tetap dipertahankan sehingga keteduhannya masih tetap terasa. Ini sangat penting mengingat temperatur lapangan akan menjadi lebih panas dengan berkurangnya serapan air dari jalur lari dan juga dipasangnya lantai di beberapa area yang awalnya ramah resapan air. Meski hal ini keren dan patut dipuji, alangkah baiknya untuk dipikirkan penanaman pohon tambahan sehingga area sentral lebih sejuk.

Teduh, pohon dipertahankan | Foto: Rifki Feriandi
Teduh, pohon dipertahankan | Foto: Rifki Feriandi
  • Wall of fame

Kalau di Hollywood dikenal walk of fame, lantai dengan tapak tangan pesohor, maka Gasibu mungkin bisa mengenalkan wall of fame. Tidak perlulah berupa tapak tangan, tetapi cukuplah gambar-gambar figur-figur penting yang ditatahkan dalam pelat perunggu. Famous figure yang ditampilkan di Gasibu bukanlah selebritas Jawa Barat, melainkan figur sentral yang dicatat dalam sejarah karena pernah menjabat sebagai gubernur Jawa Barat. Wall of fame a.la Gasibu itu patut dipuji karena sadar atau tidak telah mengenalkan figur-figur penting Jawa Barat kepada masyarakat.

Sebagai warga Bandung dari lahir sampai kuliah, saya hanya mengenal beberapa figur seperti Yogi S Memet, Nuriana dan terutama Aang Kunaefi. Di Gasibu saya akhirnya mengenal figur-figur pelaku sejarah sebagai gubernur Jawa Barat mulai dari Mas Sutardjo Kertohadikusumo, Datuk Djamin Sutan Maharaja Besar Desember, Murdjani, R. Mas Sewaka, Ukar Bratakusumah, Sanusi Hardjadinata, Ipik Gandamana, Mashudi dan Solihin G.P. serta yang belakangan Danny Setiawan.

Wall of fame, keren untuk berfoto dan memahami sejarah | Foto: Rifki Feriandi
Wall of fame, keren untuk berfoto dan memahami sejarah | Foto: Rifki Feriandi
  • Bandung di lingkung ku gunung

Bandung dikelilingi gunung. Demikian arti kalimat itu. Memang kentara, jika melihat peta, Bandung itu berada di “periuk / mangkok” alam, dengan gunung-gunung membentuk dindingnya. Namun, bisa ditebak bahwa masyarakat Jawa Barat dan Bandung hanya mengenal beberapa gunung, seperti Gunung Gede, Ciremai dan yang paling terkenal adalah Gunung Tangkuban Parahu. Nah, jika diteliti – dan mungkin banyak yang tidak memperhatikan, bahwa Lapang Gasibu yang baru ini memberi informasi nama gunung, ketinggian dan arah gunung itu berada dari Lapang Gasibu. Informasi gunung-gunung itu ditorehkan di beton penutup gorong-gorong, sehingga logis jika sering diinjak para pelari dan pengunung. This is really cool loh. Saya jadi tahu bahwa ternyata kebanyakan gunung berada di Utara dan Selatan Bandung. Jadinya, saya sekarang mengenal nama dan arah lokasi gunung-gunung lain, semisal Gunung Bukit Tunggul, Gunung Patuha, Gunung Wayang, Gunung Tilu, Gunung Masigit, Gunung Talaga Bodas, Gunung Bukit Tunggul dan Gunung Burangrang.

Mana Gunung yang kamu ketahui? | Foto: Rifki Feriandi
Mana Gunung yang kamu ketahui? | Foto: Rifki Feriandi
  • Tempat duduk

Yang juga berbeda di Lapang Gasibu baru ini adalah terdapatnya tempat duduk-tempat duduk yang memang sepertinya sengaja disediakan, baik itu dalam bentuk kursi ataupun dalam bentuk tembok atau perubahan lantai. Sepertinya mulai terjadi perubahan dalam penyediaan fasilitas publik yang ramah. Keren atuh.

Lumayan bisa duduk | Foto: Rifki Feriandi
Lumayan bisa duduk | Foto: Rifki Feriandi
  • Platfform

Entahlah ini disebut apa, cuman saya melihat dua area dengan posisi lebih tinggi dibanding lainnya. Kedua area ini bisa digunakan untuk melihat Lapang Gasibu secara lebih utuh (halah). Tapi sepertinya area ini bisa juga dipakai sebagai lokasi sesuatu pementasan, karena bentuknya seperti panggung. Mudah-mudahan saja platform yang tersedia ini bisa dipergunakan oleh masyarakat terutama anak muda, sehingga kreativitas mereka bisa ditampilkan di depan umum dan berujung kepada meningkatnya kepercayaan diri anak muda.

Ayo anak muda, manfaatkan
Ayo anak muda, manfaatkan
  • Open mushola

Selama ini, sebuah mushola biasanya hanya dibuat seadanya, memanfaatkan ruangan yang tidak terpakai, kecil, tertutup, lembap, dan seadanya. Bau apek biasanya muncul dari karpet basah yang tidak dipelihara. Di Lapang Gasibu baru ini, memang mushola masih ditempatkan berdekatan dengan toilet. Tapi saya pikir itu tidak apa, karena melihat musholanya jauh lebih layak. Musholanya terbuka, tidak ada dinding yang menutupinya, sehingga udara dan angin bisa dengan mudah lalu lalang. Bentuk “ruangan”nya pun menurut pendapat saya bagus, dan sepertinya ada tangan-tangan seorang arsitektur terlibat. Jadi, wajar dong jika ini perlu dipuji.

Musola di area sekitar tiga kolom putih itu | Foto: Rifki Feriandi
Musola di area sekitar tiga kolom putih itu | Foto: Rifki Feriandi
  • Ramah rumput

“Jangan meninjak rumput”. Begitu bukan yang sering dibaca di taman-taman umum. Padahal, dalam era narsis seperti sekarang ini, apa pun obyek yang bagus buat foto, termasuk pohon-pohon romantis – akan terus dikejar. Untuk mengindari diinjak-injaknya rumput dan berantakannya taman, Lapang Gasibu malah menyediakan “jalan” / pathway menuju pohon ini. Jadinya, kita bisa berfoto – termasuk dengan posisi memeluk seperti penyanyi India – tapi taman pun terjaga. Keren lah.

Mau dekat-dekat ke pohon, jangan nginjak rumput ya | Foto: Rifki Feriandi
Mau dekat-dekat ke pohon, jangan nginjak rumput ya | Foto: Rifki Feriandi
  • Area tempat anak muda beratraksi

Di Lapang Gasibu lama, sepengetahuan saya hanya tersedia lapangan parkir saja sebagai tempat anak-anak muda beraksi. Itu pun hanya sebatas main badminton. Namun dalam desain barunya, Gasibu menyediakan satu area khusus cukup lapang untuk anak muda beraksi. Ya cukuplah untuk berimprovisasi main skateboard atau sepatu roda. Tempat ini pun menyediakan tangga yang bisa digunakan sebagai tempat duduk untuk anak-anak muda menonton aksi mereka. Ini cool, tahu kalo anak-anak muda itu butuh “panggung” untuk mengekpresikan kebolehannya – terutama jomblo. Aih

Perlihatkan kebolehanmu di sini | Foto: Rifki Feriandi
Perlihatkan kebolehanmu di sini | Foto: Rifki Feriandi
  • Pengetahuan geografis

Another geogrpahic lessons. Di area dekat dengan tiang bendera, lantainya ternyata ditata sedemikian rupa dengan nama-nama kota yang berada dalam provinsi Jawa Barat. Kuningan, Bogor, Tasikmalaya. Ini menambah pengetahuan anak-anak – dan dewasa – akan geografi sederhana secara fun. Meski sangat menyedihkan jika dalam waktu beberapa bulan saja beberapa lantai sudah terkelupas, tapi hey … setidaknya kita tahu bahwa Bekasi masih masuk Jawa Barat. Ups, punten.  

Apakah kotamu ada di sini? | Foto: Rifki Feriandi
Apakah kotamu ada di sini? | Foto: Rifki Feriandi
  • Ramah goweser

Yang ini mah cukup menggemaskan. Lapang Gasibu dulu juga sudah menyediakan tempat sepeda. Cuman sekarang ini, tempat sepedanya kekinian. Digantung gitu loh. Seperti yang biasa dilakukan goweser-goweser keren itu loh. Saya norak banget ya, tapi itu patut dipuji.

Sepeda itu digantung. Eh, gimana pengennya deng | Foto: Rifki Feriandi
Sepeda itu digantung. Eh, gimana pengennya deng | Foto: Rifki Feriandi
Itulah 12 hal yang saya pribadi puji dari Lapangan Gasibu baru. 

Tambahin satu lagi deh. Di dekat gorong-gorong, lingkar dalam jalur lari, tersedia juga jalan setapak dengan batu-batu kerikil kecil yang menonjol. Ini dimaksudkan untuk pijat refleksi. Jadi, lakukan secara benar ya. Lepas dulu sepatunya, baru nginjak batu. Ok. Kalo gak buka sepatu, suwer gak cool banget.

Jalur batu refleksi | Foto: Rifki Feriandi
Jalur batu refleksi | Foto: Rifki Feriandi
Lalu, kenapa lintasan lari yang berwarna biru itu tidak dipuji?

Sedikit personal sih alasannya, utamanya karena warnanya itu gejreng banget. Alasan lainnya, ya katanya tidak bisa menyalurkan air diserap tanah di bawahnya. Informasi itu saya dapat dari tukang yang sedang melakukan pekerjaan persiapan material jogging track beberapa minggu sebelumnya. Sedikit bukti adalah adanya genangan pada saat saya berkunjung saat itu setelah hujan.

Sebelum (kanan), sesudah (kiri) | Foto: Rifki Ferinadi
Sebelum (kanan), sesudah (kiri) | Foto: Rifki Ferinadi
Anyway, menutup tulisan, saya tampilkan sebuah foto yang menarik dari tulisan di punggungnya. Pesan penting buat Bobotoh Persib yang terdeteksi jomblo.

Persib nu aing. Ari aing nu saha? Sugaaaan | Foto: Rifki Feriandi
Persib nu aing. Ari aing nu saha? Sugaaaan | Foto: Rifki Feriandi
Persib nu aing? Ari aing nu saha?

Di sisi ini perlu call a frien deh. Eh, call Kang Emil saja :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun