Bandung dikelilingi gunung. Demikian arti kalimat itu. Memang kentara, jika melihat peta, Bandung itu berada di “periuk / mangkok” alam, dengan gunung-gunung membentuk dindingnya. Namun, bisa ditebak bahwa masyarakat Jawa Barat dan Bandung hanya mengenal beberapa gunung, seperti Gunung Gede, Ciremai dan yang paling terkenal adalah Gunung Tangkuban Parahu. Nah, jika diteliti – dan mungkin banyak yang tidak memperhatikan, bahwa Lapang Gasibu yang baru ini memberi informasi nama gunung, ketinggian dan arah gunung itu berada dari Lapang Gasibu. Informasi gunung-gunung itu ditorehkan di beton penutup gorong-gorong, sehingga logis jika sering diinjak para pelari dan pengunung. This is really cool loh. Saya jadi tahu bahwa ternyata kebanyakan gunung berada di Utara dan Selatan Bandung. Jadinya, saya sekarang mengenal nama dan arah lokasi gunung-gunung lain, semisal Gunung Bukit Tunggul, Gunung Patuha, Gunung Wayang, Gunung Tilu, Gunung Masigit, Gunung Talaga Bodas, Gunung Bukit Tunggul dan Gunung Burangrang.
- Tempat duduk
Yang juga berbeda di Lapang Gasibu baru ini adalah terdapatnya tempat duduk-tempat duduk yang memang sepertinya sengaja disediakan, baik itu dalam bentuk kursi ataupun dalam bentuk tembok atau perubahan lantai. Sepertinya mulai terjadi perubahan dalam penyediaan fasilitas publik yang ramah. Keren atuh.
- Platfform
Entahlah ini disebut apa, cuman saya melihat dua area dengan posisi lebih tinggi dibanding lainnya. Kedua area ini bisa digunakan untuk melihat Lapang Gasibu secara lebih utuh (halah). Tapi sepertinya area ini bisa juga dipakai sebagai lokasi sesuatu pementasan, karena bentuknya seperti panggung. Mudah-mudahan saja platform yang tersedia ini bisa dipergunakan oleh masyarakat terutama anak muda, sehingga kreativitas mereka bisa ditampilkan di depan umum dan berujung kepada meningkatnya kepercayaan diri anak muda.
- Open mushola
Selama ini, sebuah mushola biasanya hanya dibuat seadanya, memanfaatkan ruangan yang tidak terpakai, kecil, tertutup, lembap, dan seadanya. Bau apek biasanya muncul dari karpet basah yang tidak dipelihara. Di Lapang Gasibu baru ini, memang mushola masih ditempatkan berdekatan dengan toilet. Tapi saya pikir itu tidak apa, karena melihat musholanya jauh lebih layak. Musholanya terbuka, tidak ada dinding yang menutupinya, sehingga udara dan angin bisa dengan mudah lalu lalang. Bentuk “ruangan”nya pun menurut pendapat saya bagus, dan sepertinya ada tangan-tangan seorang arsitektur terlibat. Jadi, wajar dong jika ini perlu dipuji.
- Ramah rumput
“Jangan meninjak rumput”. Begitu bukan yang sering dibaca di taman-taman umum. Padahal, dalam era narsis seperti sekarang ini, apa pun obyek yang bagus buat foto, termasuk pohon-pohon romantis – akan terus dikejar. Untuk mengindari diinjak-injaknya rumput dan berantakannya taman, Lapang Gasibu malah menyediakan “jalan” / pathway menuju pohon ini. Jadinya, kita bisa berfoto – termasuk dengan posisi memeluk seperti penyanyi India – tapi taman pun terjaga. Keren lah.
- Area tempat anak muda beratraksi
Di Lapang Gasibu lama, sepengetahuan saya hanya tersedia lapangan parkir saja sebagai tempat anak-anak muda beraksi. Itu pun hanya sebatas main badminton. Namun dalam desain barunya, Gasibu menyediakan satu area khusus cukup lapang untuk anak muda beraksi. Ya cukuplah untuk berimprovisasi main skateboard atau sepatu roda. Tempat ini pun menyediakan tangga yang bisa digunakan sebagai tempat duduk untuk anak-anak muda menonton aksi mereka. Ini cool, tahu kalo anak-anak muda itu butuh “panggung” untuk mengekpresikan kebolehannya – terutama jomblo. Aih