Entahlah apa tepat pemikiran penulis jika generasi sekarang bisa dikatakan generasi rumah sakit.
Dukungan advokasi melalui media sosial
Satu hal lain yang Yuli kemukakan dalam diskusi itu adalah seringnya peserta BPJS tidak mengetahui tentang hak-haknya sebagai peserta BPJS Kesehatan secara benar. Mereka lebih sekedar memegang atau memiliki kartu BPJS Kesehatan tanpa adanya penjelaskan secara tuntas dan gamblang. Alasannya terkadang juga tidak masuk akal, karena ada 5 bundel yang perlu dijelaskan kepada masyarakat. Namun, Yuli tidak tinggal diam. Beliau bergerak memberi advokasi sekemampuan beliau sebagai seorang relawan. Dan itu juga yang beliau ajak untuk dilakukan oleh media sosial: membantu mengadvokasi masyarakat melalui tulisan. Ya, melalui tulisan di media sosial, baik itu blog, facebook, twitter dan sejenisnya. Advokasi masyarakat sehingga masyarakat terbantu akan hak-haknya, tanpa melepaskan kewajiban penuh penjelasannya dari pihak Pemerintah atau BPJS sendiri.
[caption caption="Diskusi Ketapels bersama Duo Kartini Inspiratif | Foto: Gaper Fadli"]
Sebagai relawan, Yuli ternyata telah dampak dan pengaruh positif terhadap masyarakat yang membutuhkan. Tidak salah jika di berandanya selalu saja ada status masuk: “Tolong dibantu ibu Yuli Supriati”. Di sini, kutipan dari seorang profesor sejarah di Universitas Princeton itu sangatlah tepat akan apa yang dilakukan oleh seorang Yuli Supriati: “Hidup adalah tentang bagaimana membuat dampak atau pengaruh positif, bukan tentang bagaimana membuat penghasilan”.
Selamat Hari Kartini. Semoga Yuli menginspirasi lebih banyak perempuan Indonesia dan memberi dampak kepada khalayak untuk membantu yang membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H