Setelah selesai semua, barulah aku sadar. Ternyata aku sudah menguasai kamar si Kakak selama tiga jam lebih. Dan kamarnya sekarang persis seperti kamar si Ade saat dia membuat banyak kreasi (hmm...untung ya si Ade tidak mengikuti aku yang tuna-kreasi wkwkwk). Kamarnya seperti kapal pecah, dengan potongan-potongan kertas dan kardus dan teman-temannya. Dan itu dilakukan oleh aku, ayahnya si Ade. Dan itu dilakukan secara menyenangkan tanpa beban. Hadeuh, si Ayah kembali jadi anak-anak lagi. Dan inilah hasil dari “menjadi anak-anak selama tiga jam” itu: model Bunderan HI, mobil, sepeda, badut kaki tinggi, background gedung tinggi, dan tempelan foto Ayah dan si Ade sedang berselfie di Semanggi.
Besoknya, si Ade surprise banget melihat ada mobil dan sepeda. Dia tidak menyangka. Dikiranya semuanya sudah selesai sebelum dia tidur.
Sebelum pergi ke sekolah, aku beri semangat si Ade. Aku jelaskan kalau nanti tidak menang tidak perlu sedih. Yang penting kita sudah berusaha dan kita menikmati kegiatan nanti. Untung dia sudah mulai mengerti karena dia sudah pernah mengalami kegagalan kalah lomba. Dan ....enjoylah kita berkegiatan dengan membawa alat peraga yang dibuat sendiri. Enjoy jugalah kita berdua bercerita. Enjoy juga aku menjadi figur seorang ayah yang ikut bercerita – di antara sekian banyak ibu-ibu dan dua tiga orang bapak-bapak.
Hasil dari usaha tiga jam sebagai anak itu adalah si Ade mendapat piala menjadi juara satu. Piala bagi aku cukup senyum bahagia istri dan sebuah ciuman dan pelukan erat dari si Ade. Ah senangnya.
Begitu ceritanya Ri.
Tangsel, 11 April 2016
[caption caption="Event My Diary Fiksiana"]
P.s: Baca karya peserta lain di Akun Fiksiana Community: Inilah Hasil Karya Peserta Evet My Diary. Silakan bergabung di: FB Fiksiana Community.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H