[caption caption="Tipikal foto reuni | Rifki Feriandi"][/caption]
(Baper = Bawa Perasaan)
Bulan September – Oktober, bahkan berlanjut ke November, bisa dikatakan adalah bulannya reuni – selain bulannya kawinan. Itu terlihat dari kenyataan banyaknya pertemuan nostalgia yang diadakan akhir-akhir ini, terutama di kota-kota besar. Reuni yang diadakan mulai dari reuni 5 tahun, 10 tahun, 20 tahu, 25 tahun ... bahkan reuni 30 tahun atau lebih. Bukan saja reuni bertemu teman sejawat dan teman SMP atau SMA, tetapi bisa terjadi reuni 40 tahun sejak lulus ..... TK.
Reuni sejatinya adalah pertemuan kangen-kangenan, bertatap muka, bersua wajah setelah sekian lama sekian period dan sekian era entah hilang ke mana. Karena esensinya adalah pertemuan pertama setelah tidak pernah melihat bertahun-tahun, sangat logis jika seruan yang pertama kali muncul adalah kalimat spontan yang rasanya amat sangat jujur diucapkan.
Contoh nyata adalah apa yang dialami penulis sendiri, saat mengikuti reuni 30 tahun sejak lulus SMP. Hmmm... Jadul nian. Coba tebak apa yang dialami penulis saat itu?
Ya, begitulah. Bertemu dengan sahabat lama, dia kaget saya pun kaget. Saya kaget melihat dia tidak banyak berubah, sementara dia kaget karena saya .... banyak berubah.
“Rifki!!!”, teriaknya sambil bersalaman dan berpelukan lalu cipika cipiki. Berpelukan dan cipika cipiki sesama pria bagi kami seusia begini adalah simbol persaudaraan yang sangat erat, jauh dari kesan maho. Maaf.
Lalu, sahabatku melakukan aksi tidak terduga meski ya diprediksi akan terjadi. Dia mengelus-elus perutku. Beuh! Mengelus-elus perut saya. Emang saya hamil apa? Sakitnya tuh di sini.....harusnya.
Tapi, ya buat apa baper - bawa perasaan. Memang kenyataan berkata sangat jujur, meski kejam saudara. Perut saya buncit kok. Boro-boro six pack, yang ada beneran one pack. One pack karung goni lah, mirip. Ya, gak jauh juga lah bedanya sama perut ibu-ibu hamil enam bulanan. Sudah mah perut maju, pantat malah mundur. Ditambah pipi tembem, kepala botak, rambut tipis yang tersisa pun berwarna abu-abu. Apa yang bisa dibanggakan. Jadi, terimalah kenyataan kejam itu. Tidak usah bawa perasaan. Lebih baik, mainkanlah suasana. Responslah dengan riang dan canda, demi mengantar suasana menuju persahabatan erat.
“Yah, gimana lagi. Bagja hate (bahagia hati). Enak makan, enak minum, enak tidur nih. Minum saja saya mah jadi daging”, begitu kira-kira respons saya. Lalu obrolan berlanjut lebih erat. Ya, setidaknya sudah ada topik pemecah kebekuan bertemu setelah sekian tahun. Topik perut gendut – yang merupakan topik terkejam reuni dibanding pertanyaan tentang keluarga, kerjaan, anak, bisnis dll, karena masalah gendut sudah termasuk SARA – Suku Agama Ras dan Anggota Badan - pun lalu bisa saja berlanjut dengan sharing cara hidup sehat, bagaimana menyiasati kondisi sibuk dan olah raga dan lain-lain. Pembicaraan yang inspratif dan praktis serta gratis dan implementatif karena sudah ada bukti. Dengan tanpa baper- bawa perasaan, yang seharusnya “sakitnya tuh di sini”, berbalik menjadi “bahagianya tuh di sini”.
[caption caption="Jajaka jadul bertemu setelah 30 tahun | Rifki Feriandi"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/11/04/picsart-11-04-09-41-34-56397171c623bd1a06b66aa1.jpg?v=400&t=o?t=o&v=770)
Di lain cerita, saya bertemu beberapa teman wanita. Ya, karena usianya pun sama, mereka sudah sangat dewasa dengan berbagai profesi, umumnya berkisar di bidang pendidikan. Dan ternyata, setelah tiga puluh tahun berlalu, barulah saya tahu bahwa beberapa dari mereka adalah secret admirer – meski mereka tidak mau atau tidak berani mengakui :). Karena cowok menjadi secret admirer sudah terlalu mainstream, maka merekalah yang menjadi secret admirer saya, saat itu. Sudah tentu ada sesuatu yang menarik yang menjadi sebabnya. Bukankah Secret admirer = penyimpan hasrat tak terungkap. Sebab yang menumbuhkan hasrat itu terdiri dari beberapa sisi: tampan, baik, sopan, pintar. Itu sepertinya yang mereka pikir ada di diri saya (punten, kepalang narsis :) ). Padahal, suwer saya tidak merasa seperti itu. Da, aku mah apa atuh. Perasaan mah saya teh nothing, ya pemalu, ya cengeng, ya pendiem, pramuka wae hobinya teh jadi anggota: manut. Minderwardegheizcomplex. Tapi konon katanya, seorang cowok yang tidak merasa tampan, tidak merasa baik, sopan teh ituternyata lebih menarik. Gubrak.
Nah, dalam reuni kedua pihak itu bertemu, bukan? Yang dulu menyimpan hasrat dan yang dulu menebar hasrat. Sayangnya pertemuannya itu salah waktu, yaitu tiga puluh tahun kemudian. Yang terjadi adalah sebuah seruan – sejenis pertanyaan tak perlu jawaban dan cenderung penyesalan.
“Rifki!!! Kok, jadi begini. Kasepan baheula (gantengan dulu)”.
Beuh deui wae. Menohok ke ulu hati...harusnya. Sakitnya juga di sini.... harusnya. Bukankah mendingan dibilang “pernah jelek” dibanding “penah ganteng”?. Pernah ganteng berarti dulu sempat ganteng, tapi sekarang tidak lagi. Oh, NOOOO!!!
Tapi, kembali, ya buat apa baper - bawa perasaan. Memang kenyataan berkata sangat jujur, meski kejam saudara. Kalau dulu ya boleh lah saya mirip Al atau Varrel atau anak-anak artis yang ganteng-ganteng. Tetapi tiga puluh tahun kemudian masih mengharapkan kegantengan yang sama? “Mikiiir” – kata Cak Lontong. Tidak perlu disedihkan. Jadi, terimalah kenyataan kejam itu. Tidak usah bawa perasaan. Lebih baik, mainkanlah suasana. Responslah dengan riang dan canda, demi mengantar suasana menuju persahabatan erat. Biarkanlah dulu mereka mengagumi kita karena ganteng secara fisik, sekarang perlihatkanlah kita ganteng secara budi pekerti. (Hmmm...daleeeem).
Sebaliknya, jangan juga baper – bawa perasaan – yang dulu ada di hati untuk ditumbuhkan di saat ini. CLBK – Cinta Lama Bersemi Kembali. Sudahlah. Biarkanlah itu menjadi sebuah cerita nostalgia, kisah indah untuk diceritakan kepada anak cucu. Tidak usahlah diungkit lagi. Tidak usahlah dicomblangin lagi. Bukankah kisah cinta Siti Nurbaya tidak cocok disetting dengan kisah antara Cinta dan Rangga.
Namun, silakan baper – bawa perasaan – jika anda dan dia adalah sama-sama Jones (Jones bisa berarti Jomblo Ngenes atau Jodoh Kenes).
Jadi, Anda diundang reunian? Datang saja lah. Tidak usahlah baper – bawa perasaan. Bawalah sisi positif dirimu. Bring your positivity. Dan tularkan kepositifan ke teman-teman yang lama tidak bertemu. Dan nikmatilah kebahagiaan.
Yesterday is not ours to recover, but tomorrow is ours to win or lose – Lyndon B Johnson
Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That is why it is called the present – Kung fu Panda
[caption caption="Sumber:http://www.keepcalm-o-matic.co.uk/p/keep-calm-and-enjoy-reuni/"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/11/04/keep-calm-and-enjoy-reuni-56397202d39273f904f3822e.png?v=400&t=o?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI