"Sakit gak, De?" saya coba tanya dia. Dengan mantap dia menjawab, "Nggak." "Cieee...," itu yang saya katakan di batin. Keren dia. Gak ada tangis. Gak ada sakit. Yang ada malah tanya, "Lah, tadi kok Ade gak liat Youtube waktu diperiksa. Mana hape Ayah?" Saya hanya ketawa saja. Bahagia mendengarnya. Bahagia juga mendengar dokternya berkata kalau gigi Ade putih dan gak ada bolong sama sekali - karena Ade tidak suka permen kali. Dan bahagia juga saat Ade dengan sedikit sombong berkata, "Yah. Besok di sekolah Ade mau bilang sama teman-teman kalo ke dokter gigi itu gak sakit." Cieeee..... cie.....
######
Temans. Sentuhan tangan orang tua menurut saya adalah faktor utama hilangnya ketakutan anak saya dan munculnya kenyamanan dia sehingga pemeriksaan dokter berjalan lancar. Sentuhan tangan seorang bapak mungkin juga memberikan dampak kenyamanan lebih besar, mengingat frekuensi sentuhannya yang tidak seintensif seorang ibu. Juga dampak rasa terlindungi oleh figur bapak mungkin juga lebih dalam dirasakan. Serta perbedaan respon si anak pun berpengaruh: jika dengan ibu cenderung manja menjurus menjadi lebih cengeng, tapi tidak dengan bapak.
Itulah kenapa pada saat-saat darurat seperti ini, peran seorang bapak mungkin lebih dibutuhkan.Â
Yah, setidaknya dengan ayah membawa anak ke dokter juga sedikit membantu ibunya yang mengasuh dia seharian. Lagi pula, seorang ayah biasanya lebih bisa mengelola rasa panik dibanding ibu, jika suatu kondisi tertentu berubah tidak seperti yang diinginkan.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H