Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Danau Sentarum di Mata Traveller Amatir

27 Juli 2015   06:34 Diperbarui: 27 Juli 2015   06:34 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menutup perjalanan, penulis nikmati suguhan foto-foto yang terpampang di dinding posko / penginapan. Satu foto yang amat dan sangat menarik perhatian adalah foto jalan tanah warna merah retak-retak. Itu adalah foto  Danau Sentarum yang sama. Iya. Danau Sentarum difoto di lain waktu. Iya, difoto di saat musim kemarau di mana air danau sebegitu luas akhirnya hilang  menciptakan danau yang kering. Itulah Danau Sentarum. Salah satu Wet Land di dunia. Danau yang hanya penuh berisi air hanya sepuluh bulan dalam setahun. Dua bulan dalam setahun, air danau menyusut, karena semua persediaan airnya tersedot balik ke Sungai Kapuas ... untuk memberi hidup masyarakat Kapuas. Jadi, air danau itu tidak hilang begitu saja, tidak hilang karena menguap, tetapi alam memberi keseimbangan.

Dari foto ini, penulis lalu berpikir dan kemudian dikonfirmasikan bahwa pohon-pohon "perdu"yang penulis lewati saat datang menggunakan speed boat, sejatinya adalah pucuk-pucuk dari puncak pohon yang tinggi. Ya, kedalaman danau itu identik dengan ketinggian pohon yang ada. Masya Allah.

Kondisi seperti itu menjelaskan kebingungan penulis saat datang ketika mendapatkan papan seperti ini" "Melayani: Carter speed ke danau  Sentarum. Ojek -mobil dan motor". Dan inilah titik awal dan titik kami kembali dari Bukit Tekenang. Ini adalah Kampung Baru, Lanjak, Kecamatan Batang Lupar, Putussibau.

Dan inilah aku.... si traveller amatir itu. Ya, kalo mudaan dikit eh kalo kecilnya mah mirip lah sama Diego, temannya Dora the Explorer.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun