Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bonbinban - Wisata tak Lekang Waktu di Bandung

22 Juli 2015   06:51 Diperbarui: 22 Juli 2015   06:51 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin. Hari keempat Lebaran. 

Silaturahim keluarga? Sudah. Makan jajanan nikmat yang lewat depan rumah? Sudah, malah dapat bonus tambahan: perut kempes kembali mekar. Tinggal jalan-jalan. Terutama jalan-jalan dengan tema wisata anak.

Ternyata mencari wisata anak di Bandung itu tidak gampang, saudara. Apalagi karena saya memberi syarat tambahan: tidak macet. Syusyah, tahu. Pilihan tinggal tersisia beberapa di dalam kota: mal (coret, mainstream banget), berenang (coret, sudah), ke Museum Geologi (coret, tutup - aneh), Kebon Binatang dan Taman Lalu Lintas. 

Bonbinban - Kebon Binatang Bandung

Tempat wisata ini menjadi pilihan paling masuk akal. Terletak di sebelah kampus ITB, Bonbinban berada di dalam kota yang berarti jarak jangkaunya tidak terlalu jauh. Macet? Oh bisa jadi macet juga, terutama jika kita salah ambil rute. Tapi suasana lalu lintas sekitar jam sepuluhan sat itu tidak terlalu ramai.

Setelah parkir di depan Masjid Salman - dengan tarif 15 ribu tanpa karcis, kami disambut penjual jasa becak mini, kuda tunggang dan delman. Jalan Ganesha yang kami lalui pun dipenuhi pedagang, baik itu makanan - termasuk jualan sosis bakar yang gampang terekspos debu jalanan, maupun kerajinan tangan. Di depan loket, kami disambut seorang calo. Namun, melihat loketnya tidak terlalu penuh - jangan tertipu dengan banyak orang di daerah loket karena mereka kebanyakan adalah keluarga yang berkumpul sebelum masuk, saya akhirnya beli tiket seharga 25 ribu.

Kumpulan satwa sehat dan menarik

Sesuai namanya, bonbinban memang berisi pilihan satwa-satwa menarik yang perlu dikenalkan kepada khalayak. Kebanyakan adalah satwa yang memang dilindungi karena populasinya yang tinggal sedikit. Termasuk di dalamnya adalah singa-harimau dan berbagai jenis monyet.

Di luar itu juga terdapat satwa yang memang menarik untuk ditampilkan, seperti berbagai macam unggas, juga rusa.

Yang membahagiakan adalah bahwa satwa-satwa yang ada berada dalam kondisi sehat, meskipun kehijauan rumputnya sedikit berkurang akibat kemarau.

Interaksi dengan satwa

Kita rasanya harus bersyukur habis karena masih diberi berkah berinteraksi langsung dengan satwa langka. Hal seperti ini akan sangat jarang ditemui di negara lain. Interaksi seperti menunggang unta dan gajah - meski riskan juga karena tidak ada pengaman dari kemungkinan jatuh, adalah salah satu contohnya. Bukan hanya itu, melihat satwa itu dari jarak sangat dekat dan lalu memberi makannya adalah satu anugrah.

Dari kedekatan ini kita bisa tahu langsung jika misalnya unta itu ternyata tidak menyukai kacang dan gajah mengambil kacamg dengan cara menghisapnya melalui belalainya. Kita juga akan temui jika kotoran gaja itu ternyata gede :)

Di Bonbinban ini, sepertinya gajah adalah satwa paling populer dan dijadikan klimaks tontonan. Hal itu terutama terlihat berkerumunnya masyarakat di sekitar lintasan gajah tunggang. Faktor lain yang mendukung adalah satwa gajah nya pun jinak-jinak, sehingga membuat anak-anak pun excited.

Budaya ngariung balakecrakan

Ngariung berarti berkumpul. Balakecrakan maksudnya adalah menikmati makan bersama. Berkumpul bersama sambil makan botram Ini adalah budaya atau tradisi masyarakat Sunda di hari Lebaran. Bahkan dalam.berwisata pun, mereka memanfaatkannya untuk berkumpul. Tidak perlu surprise jika kita temukan kelompok keluarga-keluarga duduk lesehan bahkan setelah pintu masuk kebun binatang.

Dua hal menarik dari lesehan ini adalah tentang samak dan menu. Samak atau tikar adalah keharusan untuk lesehan ini, jika tidak tentunya pakaian kita kotor. Kekhasan Bonbinban adalah tersedianya tikar-tikar untuk disewa bagi mereka yang tidak membawa tikar. Ya, memang sebagian pengunjung membawa tikar dari rumahnya masing-masing baik itu tikar sederhana maupun ada juga yang membawa tikar karpet bagus.

Pererat chemistry

Fungsi dari ngariung itu tentunya untuk mempererat persaudaraan, memperpanjang tali silaturahim. Tidak hanya dari acara ngariung, keindahan persaudaraan dan ikatan hati terlihat dari tangan-tangan yang bergandengan, baik antara adik dengan kakak dan juga antara ayah dengan nak atau paman dengan ponakan.

Dan juga......suami dengan istri ...... (mungkin)
Budaya seni dan kreatifitas

Awal masuk Bombinban saya menduga akan disuguhi musik dangdut dengan goyang super heboh - yang terkadang menjadi alasan saya atau beberapa bagian masyarakat menghindari tempat wisata publik. Namun, ternyata saat itu kami disuguhi pertunjukan seni asli Sunda, berupa kendang penca. Begitu membanggakan. Reueus.

Di luar seni seperti ini, kita juga jumpa kreatifitas anak bangsa dalam menghidupi kehidupannya dengan menjual mainan-mainan anak-anak yang menarik.

Fasilitas umum

Salah satu hal yang terkadang menjadi kendala di tempat wisata adalah mengenai kondisi fasilitas umum. Memang ditemui fasilitas umum berupa toilet - yang sangat penting bagi hajat hidup orang banyak - jumlahnya cukup sedikit. Antrean mereka yang kebelet pipis cukup panjang.

Antrean panjang juga ditemui di beberapa jongko makanan yang cukup populer. 

Sementara itu, sampah cukup banyak terlihat berceceran. Di satu lokasi terlihat bahwa sampah ditemui di sebelah tempat sampah yang masih kosong - artinya pengunjung belum sadar membuang sampah pada tempatnya, dan di lokasi lain justru terlihat tong sampahnya penuh dan bagian besar sampah tergeletak di sebelahnya - sepertinya sampah hari sebelumnya yang belum terangkut.

Inilah kami

Taqabalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan bathin.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun