Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tips Menjaring Ide-ide yang Berkeliaran

31 Juli 2011   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi seorang penulis yang sedang menemukan keasyikan menulis, terkadang ide akan datang dengan gampangnya. Bahkan sang ide itu bisa berdatangan secara berduyun-duyun di saat yang tidak tepat dan tempat yang tidak memikat. Padahal bisa diyakini bahwa ide-ide itu bisa dituangkan sebagai tulisan bermanfaat. Lalu, harus bagaimanakah agar ide-ide 'liar' itu tidak hanya numpang berseliweran di benak lalu hilang terbuang? Akan sangat rugi sebagai penulis jika menyia-nyiakan ide yang bejibun, di saat orang lain justru 'kehilangan' ide. Dari pengalaman dua tahun berpura-pura menjadi penulis, karena bukan berprofesi jurnalis, saya menemukan satu langkah agar ide itu tidak terbuang percuma. Satu langkah saja. Satu langkah itu adalah: tuliskan saja ide apa yang ada di benak. Sederhana kan? Saya yakin, langkah itu bukanlah tips yang baru dan bukanlah sebuah tips yang diharapkan. Semua orang juga tahu tentang itu. Tapi coba kita renungkan, bukankah tips yang amat-sangat sederhana itu, dan bisa dilakukan semua orang itu, ternyata jarang kita lakukan? Tentu saja ada berbagai alasan kenapa tips ini tidak dilakukan. Entah karena merasa 'gampang lah, ntar sekalian dibikin tulisan kalo nyampe rumah', atau karena 'repot dong, apa musti nyari kertas dulu kalo idenya datang gak sopan waktu kita asyik jongkok di toilet', atau bahkan 'masa sih harus ngomong dengan pipi bersemu jingg: 'Ntar dulu Yang, saya harus tulis ini dulu' kalo ide itu datang di saat yang kurang ajar, saat melakukan sunnah Nabi'. Tentu saja alasan-alasan lainnya akan terus berhamburan. Dan itu wajar dan sah-sah saja kawan, karena manusia memang bisanya mencari beribu alasan, yang bahkan alasan-alasan di atas amat-sangat masuk akal. Tapi, bukankah kita tidak mau kehilangan ide-ide orisinil itu kan? Bukankah kita tidak ingin ide-ide kita akhirnya terbuang percuma begitu saja, dan lalu dipungut orang lain dan kemudian kita akan berkicau kesal kala membaca tulisan orang lain itu - yang adalah tulisan dari ide kita (padahal sih idenya mungkin saja sama). Jika memang itu yang dikhawatirkan, ya lakukan saja tips itu, tidak usah banyak ngomong. Tuliskan saja ide-ide itu, termasuk jika si ide itu datang sewaktu ML (meski jika itu terjadi, kau sedang berada dalam kondisi 'selingkuh' - aktivitas anggota badan tidak sinkron dengan pikiran, tangan ada di mana ... benak pun ada di mana...). Kenapa ide harus ditulis? 'Hei, manusia itu pelupa. Dijamin, kita sudah lupa apa yang kita bahkan lakukan bermenit lalu kan'. 'Lalu, masa ke mana-mana harus bawa kertas dan bolpen?'. Hmm...bukankah para jurnalis senior dulu melakukan hal itu, membawa-bawa notes kecil ke mana mereka pergi? Jika mereka bisa dan mau, kenapa kita masih ngeyel. Manja kali ya kita ini. Lagian di jaman teknologi seperti ini, notes seperti itu bisa berwujud handphone kan? Dan bukankah handphone sudah menjadi teman sehidup semati, dibawa ke mana pun kau pergi kan? Jadi, tulislah ide itu di handphonemu saat ide itu muncul, baik ketika sedang di kereta, di ojek, atau sedang menunggu bis, atau mengantri di bank. Tulislah juga ide itu beberapa saat setelah ide itu datang - sebelum kemudian lupa menghilang. Selesaikan dulu hubungan suami istri baru tulis ide di handphone yang tergeletak di samping kasur, selesaikan dulu pembicaraan dengan tamu atau tetangga baru menulis. Tulislah ide itu dalam satu kalimat singkat saja, baik itu sebagai tema atau judul. 'Ah, males nulisnya', mungkin ada yang berkata begitu. Ya it's OK lah. Ide yang tidak ditulis juga tidak apa-apa, tidak menyebabkan dunia ini kiamat. Tapi sebagai konsekuensinya adalah kita harus 'nrimo' pada saat kita berada dalam kondisi blank tidak ber-ide dan janganlah bersungut-sungut, serta sabar dan berdo'a 'mudah-mudahan ide yang datang dua hari lalu itu mampir lagi'. Jadi, sudah ada berapa ide-kah di catatanmu? Cag, 31 Juli 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun