Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

New F1 di India. Kenapa gak di Indonesia?

11 April 2011   09:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:55 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah absennya Bahrain menyelenggarakan F1 tahun ini karena situasi dalam negeri yang genting, terdengar kabar melegakan bagi rakyat India. Penungguan India berbuah manis dengan pengumuman FIA di Paris bahwa race ke-18 tahun ini akan dilakukan di Greater Noida, negara bagian Uttar Pradesh, India tanggal 30 Oktober 2011. Padahal sebelumnya pemerintah India khawatir akan imagenya yang cukup menurun akibat penyelenggaraan Commonwealth Games yang buruk.

Di luar ucapan selamat yang disampaikan kepada pemerintah India, saya jadi bertanya: 'Jika India bisa, kenapa Indonesia tidak?'.

Seperti diketahui khalayak, pentas Formula One amatlah digemari seantero bumi. Lomba balap darat tercepat ini bisa menarik jutaan mata memandangi sirkuit baik secara langsung ataupun tidak langsung. Keuntungan finansial bagi penyelenggara tentunya tidak sedikit. Sponsor perlombaan, baik itu sponsor lokal apalagi sponsor internasional akan berlimpah. Liputan kamera teve maupun media lainnya tertuju ke arena dan negara penyelenggaranya. Lalu, kenapa tidak di Indonesia?

Entahlah, sepertinya akan sulit menjawabnya. Terlalu banyak pro kontra tentang positif negatifnya penyelenggaraan F1 di Indonesia. Yang pro sepertinya melihat dari keuntungan yang akan didapat Indonesia. Namun yang kontra pun mengungkapkan alasan yang masuk di akal, terutama tentang belum berprestasinya pembalap Indonesia.

Secara analisa amat-sangat dangkal, saya kok melihat dua hal:


  • Kita memang penuh perhitungan atau belum tercapainya kesepakatan tentang apa untung dan ruginya F1 bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia sehingga gamang dalam memutuskan. Mudah-mudahan ini bukan karena tidak adanya kemauan kuat dari pemerintah untuk menyambar peluang emas ini, entah karena terlalu banyak berpikir atau karena memang melempem, tidak punya niat sama sekali.
  • Bisa jadi terlalu banyak pihak yang ingin dan akan ikut campur, diiringi tidak ada personal kuat yang bisa menyingkirkan mereka-mereka yang membawa-bawa kepentingan golongan, sehingga tidak adanya keputusan. Definitive maju atau tidak, atau sampai menunggu ada “orang kuat”.

Terlepas dari pro kontra itu, saya kok sepertinya menunggu sebuah gebrakan fenomenal dari pemerintah. Sebuah gebrakan yang ditunggu masyarakat yang bisa membangkitkan nasionalisme dan kebanggaan masyarakat akan negaranya sera meningkatkan harga diri bangsa di percaturan dunia. Sebuah langkah visioner seperti Bung Karno tatkala membangun Gelora Senayan sebagai fasilitas Ganefo. Memang banyak kontroversi melingkupinya, namun

bahkan sampai sekarangpun - sekitar 50 tahun kemudian, kita masih bisa merasakan manfaat Gelanggang Olah raga besar itu.

Bukanlah saya ingin mengembalikan masa lalu ke masa kini. Biarlah masa lalu menjadi cermin. Namun kita bisa berkaca, bahwa bangsa harus mempunyai jati diri, dan harus nyata bertindak jika tidak ingin dilecehkan. Tidak perlu lah se-ekstrem Bung Karno – yang frontal berhadapan dengan IOC dan PBB, tapi lakukanlah sesuatu dengan tegas dan berani. Jika memang keuntungan Formula One begitu kentara, lakukanlah usaha yang keras agar Indonesia dapat menjadi tuan rumahnya. Dan tunjukanlah usaha itu kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa mendukungnya untuk mengelola resiko yang nanti akan dihadapinya. Jika pentas rally dunia lebih cocok untuk dikembangkan dan ditonjolkan, lakukan hal itu dan tunjukanlah usaha ke arah mendunia itu. Di bidang sosial, jika memang MRT adalah pemecah masalah kemacetan, lakukanlah usaha keras, tunjukanlah keinginan kuat memecahkan masalah. Tunjukanlah juga bahwa itulah yang terbaik saat ini, meskipun ada beberapa resiko negatif yang akan muncul. Ajaklah masyarakat untuk sama-sama berpartisipasi dalam memanage resiko itu. Dan kuatlah, sehingga bisa mengusir segala bentuk gempuran orang-orang yang mengeruk keuntungan untuk kepentingan golongan.

Saya pribadi mengharapkan bahwa sepuluh tahun mendatang, saya, anak saya atau cucu saya bisa menikmati sebuah hasil atas sebuah keputusan berani yang diambil hari ini. Entah dalam bentuk transportasi masal yang cukup nyaman, atau infrastruktur yang lebih berkualitas karena diperbaharui kualitasnya menjelangn F1, atau dalam bentuk stadium formula atau stadium racing yang yahud. Setidaknya kita bisa melihat bahwa tidak hanya founding father kita saja yang bisa menanamkan sesuatu untuk masa depan.

Dan, jika tidak ada sesuatu yang dilakukan? Ya tidak ada sesuatu juga yang dihasilkan. Dan catatan sejarah kemudian hanya akan melewatinya sekilas, bahkan mungkin amat-sangat sekilas bahkan nyaris tidak terdengar.

Jadi ingat sebuah kutipan: "Tough times never last, but tough people do." - Robert Schuller

Cag, 11 April 2011

Catatan sebelumnya:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun