Catatan terakhir adalah tulisan-tulisan Mas Anas banyak juga yang berupa penafsiran pribadi atas sesuatu hal yang cukup penting dalam suatu agama. Ini hal yang logis. Namun, hemat saya ada beberapa area di dalam agama yang penafsiran-penafsiran pribadi selayaknya harus diselaraskan dengan penafsiran-penafsiran dan kesepakatan para ulama - tentunya ulama yang disepakati mumpuni dan ahli, karena hal itu menyangkut aqidah. Lha kalau tidak ada dan tidak perlu merujuk kepada kesepakatan ulama, apa jadinya dunia ini.
Saya juga sedikit mencatat bahwa di satu sisi EA menghindari pembicaraan diskusi yang mengarah kepada pelecehan fisik dan bukan pada inti tulisan - seperti istilah "Anak-anak dilarang masuk", tapi dalam komentar-komentar terakhir saya melihat EA mulai tidak melayani diskusi dari mereka yang tidak seirama, meskipun sebenarnya itu masih dalam topik bahasan isi tulisan.
Ups. Siapa sih saya ini yang berani-beraninya menelaah dan mengkritisi tulisan orang? Di kompasiana lagi?
Ah, ya gak apa-apa. Kalau tidak begini, gimana tulisan kita bisa dibaca orang dong, he...he.... Siapa tahu tulisan saya bisa menjadi penyegar kebosanan pembaca melihat semua tulisan yang muncul di kolom teraktual adalah milik EA (ayoo!!! ayooo!!!! klik tulisan ini sebagai teraktual). Dan bukankah lebih baik menulis seperti ini, daripada saya mengikuti Enrianto Anas-isme (hmm... sorry EA) sebagian, yaitu membuat sebuah judul yang memanaskan kuping, tapi tanpa ada tulisannya sama sekali. Hanya judul. (Kalau begitu, dimana smart-nya ya?)
Saya buat tulisan ini, siapa tahu EA bisa mengikuti jejak saya, membuat tulisan, dengan judul yang menarik, teduh dan berisi (Gubraks....), sehingga membuat kompasiana menjadi komunitas yang damai, berisi dan menarik. Dan setidaknya membantu admin yang kewalahan menyensor komen-tulisan yang masuk. Bukankah dengan judul yang menarik, teduh dan berisi akan mengantar kita kepada pembicaraan yang berkualitas, membangun - konstruktif. Saya sih tidak apa-apa digolongkan sebagai anak-anak oleh EA - meskipun satu dua saya menempatkan diri sebagai seorang dewasa, dan lebih baik saya membuat kontra-tulisan yang sejuk dibanding terbawa emosi membaca beberapa tulisannya yang berjudul sangat kental mengolah emosinya.
Bagi saya, tidak ada gunanya membuat sebuah tulisan berjudul panas dan mengolah emosi. Saya tidak mau pengunjung kompasiana tidak membaca tulisan saya yang mungkin bernilai atau inspiratif hanya karena mereka jengah membaca judulnya. Lagipula, lebih baik membuat sebuah kebaikan - membuat judul yang sejuk kan sebuah kebaikan. Karena kebaikan akan menghasilkan kebaikan lainnya.
Cag ah ("Cag ah" = "Mari, yook" dalam bahasa Sunda)
7 Feb 2011
Bola atau gila, dan postinganmu kan kubaca