Mohon tunggu...
Ikky Chain
Ikky Chain Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa aktif yang hari-harinya mengahabisi waktu bermainnya dengan membaca menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku yang Pelupa, Salah Siapa?

21 Desember 2021   16:32 Diperbarui: 21 Desember 2021   16:54 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, Aku menyadari bila diri ini  sering lupa. Mungkin saja, Aku ini kurang takut, padahal Aku ini penakut. Sungguh mungkinkah kebenaran menjauhi Aku.

Ini catatan tentang untuk diri ini yang pelupa. Meskipun, kita tak dapat memungkiri bila kodrat manusia sebagai ciptaan Allah SWT merupakan mahluk yang terkadang lupa dan bahkan berbuat kesalahan. Yah, bila sudah kodrat, maka tentu bukan hal yang lumrah ketika manusia berbuat kesalahan atau lupa. Lupa adalah sifat yang boleh dialiaskan dengan berhenti mengenal. Lupa ini sifat yang banyak tidak disukai orang. Karena lupa membuat mereka menjadi bosan.

Sebagai catatan, manusia bila digali sejarah nenek moyangnya, maka akan menyadari bahwa 'Lupa' adalah sifat yang diturunkan. Lho, emang iya? yah ia. Karena bila kita memahami ilmu biologi tentang genetika, maka kita akan tahu, bahwa ada sifat yang dapat diturunkan kepada turunan.

Akan tetapi, pandangan lain menyatakan bahwa lupa kadang menjadi penyebab kita terjerumus ke dalam kesesatan. Meskipun kodrat, tapi kita perlu memahami bahwa tidak semua lupa dapat maklumi. Contohnya ketika nabi Adam AS diturunkan dari Surga ke Bumi karena lupa-nya dia atas pesan tuhan.

Ceritanya, nabi Adam AS memakan buah khuldi yang jelas dilarang padanya untuk memakan buah tersebut. Meskipun karena ia mendapat godaan dari iblis, tapi tentu ini adalah salah satu sifat lupa yang membuat nabi Adam AS diturunkan ke Bumi.

Dari kisah nabi Adam, kita semua dapat belajar bagaimana berupaya untuk semaksimal mungkin menjauhi apa yang dilarang oleh tuhanku. Akan tetapi, kadangkala kita (manusia), susah untuk menolak sesuatu yang notabenenya menyenangkan ataupun mengenakkan.

"Itulah Aku, kadang kalau sudah menyenanangkan atau mengenakkan, biasanya cepat lupa kalau itu nggak benar. Sebenarnya sering berupaya menghindari apapun motivnya, tapi yang namanya senang dan enak itu pasti dicari. Meskipun itu bertentangan dengan perintah tuhanku".

"Kadang inginnya, jangan deh takut dosanya besar, tapi kalau sudah didepan bahagianya atau apalah, kebawaannya lupa terus. Muncul sebenarnya pertanyaan, ini salah kita manusia atau bukan? kok gampang lupa?".

Aku nggak tahu salahku atau siapa. Meskipun pelupa adalah sifat yang diturunkan, tapi tetap saja salah yah tetap salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun