Mohon tunggu...
Ikky Chain
Ikky Chain Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa aktif yang hari-harinya mengahabisi waktu bermainnya dengan membaca menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PMII Milik Mereka Saja: Menyoal Slogan PMII Maju dan Mendunia

16 Desember 2021   14:50 Diperbarui: 16 Desember 2021   14:59 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sejak didirikannya pada 17 April 1960 menjadi salah satu organisasi yang memikat jiwa anak-anak muda Nahdlatul Ulama utamanya kalangan mahasiswa. Bahkan saat itu, banyak aktivis mahasiswa Nahdlatul Ulama yang berada di organisasi sebelah atau setingkat PMII, berbondong-bondong untuk pindah dan membesarkan organisasi PMII.


Salah satu nama yang populer adalah Mahbub Djunaedi. Mahbub Djunaedi kala itu merupakan pengurus besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), lalu kemudian memilih untuk pindah ke PMII yang baru saja berdiri. Sejak saat itu, Mahbub Djunaedi mendapatkan amanat untuk menjadi ketua umum pertama karena dianggap dapat membesarkan PMII. Terbukti dengan kecakapannya dalam memimpin organisasi, Mahbub Djunaedi mampu menjadikan PMII menjadi salah satu organisasi yang diperhitungkan di negara Indonesia. Kader-kader PMII kala itu juga mampu bersaing dalam mengisi pemerintahan di Indonesia.

Seiring dengan perjalanannya, PMII pun tersebar ke seluruh wilayah yang ada di Indonesia dan kini telah menjadi organisasi yang juga memiliki kader di beberapa negara, seperti Germany, Canada, Arab Saudi, Mesir dan beberapa yang tidak disebutkan.

Menjadi organisasi terbesar di Indonesia, PMII juga melahirkan kader-kader yang memiliki kualitas baik dan menjadi terpandang di belahan tanah air Indonesia. Kita dapat menoleh ke banyaknya masyarakat yang  secara demokratis memilih PMII menjadi bagian dari mereka, seperti membangun gerakan kritik untuk kemaslahatan dan beberapa rangkaian aktivitas masyarakat lainnya yang juga menaruhkan harapan tambahan gagasan dari kader-kader PMII.

Karena besarnya, berpengaruhnya untuk bangsa, dan terpandang baiknya oleh masyarakat, PMII kemudian akhirnya menjadi alat untuk mencapai kepentingan pribadi beberapa petinggi. Tidak elok sebenarnya, apabila hal ini penulis ceritakan. Akan tetapi, semua itu tidak dapat lagi kita tutup. Bukan saja internal kita, tapi telah jauh keluar dan menjadi cerita aktivis organisasi sebelah.

Dijadikan alat untuk kepentingan pribadi, PMII kadang didengar bukan lagi milik Indonesia tapi miliki orang tertentu. Berbagai sisi, orang-orang seperti itu menjadikan PMII tidak saja untuk kepentingan pribadi, tetapi bahkan tega membunuh karakter adik-adiknya hanya untuk kepentingan kelompoknya yang saya aliaskan dengan sebutan karoco.

Sahabat-sahabat tentu mengalami hal ini, bagaimana sahabat kadang diabaikan karena bukan bagian dari karoco mereka, bagaimana kepengurusan sahabat digugat karena dianggap membahayakan rating mereka. Segala hal dihalalkan, meskipun pada faktanya, mereka tak menyadari bila tindakan itu seperti halnya menganggap PMII adalah milik mereka.

Sebenarnya singkat saja berPMII ini dalam hal perpolitikan, sebab bila kiyai atau sesepuh bilang sudahi konflik sesama, maka berakhir konflik itu, menyatu lagi akhirnya. Bila dianggap dapat memecah belah, kiyai kita itu meresponnya cepat. Maka dari itu, terkadang kita semua heran, bila momen politik seperti kongres dan agenda serangkainya berakhir, masih ada rasa dendam di elit-elit PMII.

Hal yang sama seperti kongres PMII XX, sebelum pembukaan kongres, Kiyai sudah ingatkan, "Jangan banyak konflik, jangan fanatik jauh, jangan jauh membenci orang berbeda pilihan". Belum lagi ketua pembina nasional, Sahabat senior Abdul Muhaimin Iskandar. Penulis ingat persis saat sambutannya, abang Muhaimin pesannya gini "Jaga kolaborasi, dan jaga persatuan, hindari perbedaan berlarut-larut". Simpel lagi kan? sesepuh kita di PMII dan NU itu nggak mau kita itu pecah, ada kelompok A dan B.

Masih mengungkit kongres XX PMII, berkat dari kongres PMII kini juga muncul beberapa elit mengatasnamakan bahwa PMII ini milik mereka "Hadang sana, hadang sini" kalau berbeda kemarin pasti karir  ke-PMII'annya dihadang-hadang. Ada yang baru terpilih sebagai pengurus baru, ditelatkan keluarnya pengakuan kepengurusan. Parahnya lagi, hingga mengedarkan kabar caretaker atau penggantian paksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun