Mohon tunggu...
Ikky Chain
Ikky Chain Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa aktif yang hari-harinya mengahabisi waktu bermainnya dengan membaca menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Randi dan Yusuf, Aktivis Versi Alm Munir

12 September 2021   21:26 Diperbarui: 12 September 2021   21:58 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Muh. Rifky Syaiful Rasyid

Tujuh belas tahun yang lalu  tepat 7 September 2004 merupakan peristiwa kematian aktivis HAM, Munir Said Thalib. Sampai kini kasus pembunuhan atas Munir pun belum juga tuntas lantaran dalang atau aktor intelektual pembunuhan itu belum tertangkap.

Aktivis mana yang tidak mengenal Munir, ia merupakan salah satu aktivis yang pernah ditawarkan jabatan besar, menjadi Jaksa oleh Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Namun Munir bukanlah aktivitis yang gila akan jabatan, ia bahkan menjawab Gus Dur bahwa karir tertinggi seorang aktivis bukanlah menjadi seorang pejabat, melainkan mati.

Pernyataan Munir sebenarnya memberikan gambaran kepada kita mengenai aktivis yang sebenarnya, bukan mengincar tahta atau harta, tetapi benar-benar memperjuangkan dan siap mati untuk keadilan.

Sampai saat ini, peristiwa pembunuhan Munir masih terus menjadi perbincangan para aktivis atas belum terungkapnya dalang dari pembunuhannya. Banyak versi telah hadir untuk menggambarkan peristiwa terbunuhnya Munir tapi masih saja menjadi tanda tanya besar karena samar-samar-nya informasi yang diberikan. Kita dibingungkan dengan simpang siurnya kejadian itu, seakan hadir untuk menenggelamkan dalang dari pembunuhan itu.

"Karir tertinggi seorang aktivis bukanlah menjadi pejabat, tetapi mati"

Selain tragedy terbunuhnya aktivis Munir,  Randi dan Yusuf juga mencapai karir tertingginya menjadi seorang aktivis yang dimaksud Munir, yaitu 'Mati' karena memperjuangkan keadilan. Randi dan Yusuf merupakan aktivis yang gugur pada 26 September 2019 saat melakukan aksi demonstrasi menolak RUU KUHP dan beberapa RUU lainnya yang saat ini telah di 'sah' kan.  

Sama halnya dengan Munir, Kematian Randi dan Yusuf saat itu menjadi kejadian yang membuat hampir seluruh aktivis ikut  bersedih. Ditambah lagi actor dari pentolan senjata yang menewaskan Randi dan Yusuf belum juga diketahui pasti. Segala cara sudah dilakukan saat itu, baik visum, atau mungkin meramalkan sudah dilakukan, biasanya dalam bahasa daerah saya 'mepe onto-onto'

Apa yang dialami oleh tiga aktivis itu, seakan memberikan pembelajaran jika sebenarnya menjadi aktivis adalah melawan pejabat berkepentingan atau bisa saja dijadikan sebagai lawan pejabat. Terbukti dengan kematian mereka seperti hal yang diinginkan ditambah belum terungkapnya actor intelektual pembunuhan aktivis Munir, Randi dan Yusuf.

Pembunuhan tiga aktivis itu telah menyelimuti sejumlah misteri kematian mereka. Ada penyelidikan, ada persidangan, ada terpidana. Namun, dalang di balik kematian mereka tak pernah benar-benar terjerat bahkan untuk sekadar terungkap tuntas. Kini bahkan terbunuhnya mereka terancam akan segera kedaluwarsa bila tak ada penuntutan dalam waktu dekat atau status perkaranya tak berubah menjadi pelanggaran HAM berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun