Mohon tunggu...
Rifka
Rifka Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

berjalan dengan pikiran, berbicara dengan hati, dan bersyukur dengan segenap jiwa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulis Tidaklah Harus Selalu Buku

18 November 2014   21:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:29 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar, menulis tidaklah harus selalu buku. Di era digital dan nyaris tanpa batas ini kita bisa saja menulis di berbagai media, terutama media online yang salah satunya adalah Kompasiana. Kompasiana sebagai media jurnalis warga menyediakan area bagi kita untuk merealisasikan minat dan menyalurkan bakat kita dalam menulis. Selain itu, blog competition seperti yang diadakan Kompasiana bersama dengan Tanoto Foundation ini juga efektif bagi siapapun yang ingin mengabadikan gagasan, pendapat, ataupun pemikirannya melalui sebuah tulisan, tak terkecuali guru. Sesuai dengan tema yaitu pentingnya guru menulis, tentu saja kesempatan terbesar untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini adalah guru. Sebab, para  gurulah yang mengetahui dan menghayati betul alasan mengapa mereka harus menulis.

Kembali ke pembahasan judul, saya menuliskan judul tersebut bukanlah tanpa alasan. Jikalau menulis sebuah buku terdengar berat, setidaknya kita bisa membuat sebuah blog (blogspot, wordpress, dsb), menulis di blog media sosial (contohnya facebook), dan tentunya di Kompasiana; sebuah situs yang memiliki banyak sekali pembaca, termasuk para Kompasianer. Untuk saat ini, hampir tidak ada alasan mengapa kita tidak menulis. Dengan kecanggihan teknologi yang ada, kita mampu membuat tulisan dan mengunggahnya ke media dengan satu klik dari ponsel kita. Yang kita perlukan hanya tekad dan niatkan kegiatan menulis ini demi kebaikan. Akan lebih baik jika hal-hal yang kita tulis bermanfaat bagi masyarakat luas. Karena, bisa jadi itulah aksi kita untuk Indonesia.

Guru-guru, dengan kepandaian mereka menyampaikan bahan-bahan pelajaran kepada para muridnya, dapat saya katakan memiliki satu kelebihan dibanding profesi-profesi lainnya. Mereka hanya perlu mengubah suara menjadi coretan atau tulisan. Kata-kata yang selama ini mereka keluarkan secara lisan bisa mereka ubah menjadi bentuk tulisan. Dengan demikian, apa yang mereka sampaikan bisa lebih 'tersimpan' karena ada bentuk tertulisnya. Mereka hanya perlu meluangkan waktu setidaknya satu kali dalam seminggu, paling tidak selama satu jam, untuk duduk dan membuat jari-jari mereka menari di atas keyboard komputer. Satu kali seminggu dan minimal satu jam. Dengan komitmen, insya Allah satu tulisan akan terwujud dari seorang guru setiap minggunya. Jikalau rutin, dalam satu tahun seorang guru bisa menghasilkan setidaknya 48 buah tulisan di media sosial.

Mengapa kita perlu menulis? Jawabannya bisa beragam, tapi yang pasti, dengan menulis, kita pun membaca. Sebaliknya, untuk bisa menulis, kita juga harus membaca. Memang, menulis bukanlah hal yang mudah. Penulis terkenal yang sudah menghasilkan banyak buku pun saya yakin perlu banyak berpikir dalam menuangkan ide-idenya. Akan tetapi, di situlah seninya; memilah-milah ide yang akan ditulis, menyusun kerangka, mengembangkannya, sampai kepada pemilihan diksi, itu semua seni dalam menulis. Di sini, saya sependapat dengan pepatah yang mengatakan alah bisa karena biasa. Kalau kita sering menulis, berikutnya menulis akan menjadi suatu kebiasaan yang kalau kita tinggalkan rasanya seperti ada yang kurang. Nah, kita hanya perlu memulainya saja.

Kembali lagi ke para guru, menulis memang penting dilakukan oleh mereka. Berikut ini beberapa bentuk tulisan yang bisa mereka buat:


  1. Status yang baik dan mendidik di media sosial. Sebagai panutan, guru sebaiknya tidak membuat status yang tidak mendidik, misalnya keluhan yang terlalu banyak tentang ini dan itu, umpatan atau sindiran kepada orang lain, kalimat-kalimat provokatif, dan berita bohong. Tulisan yang sederhana ini (status di media sosial) bisa menjadi sarana efektif bagi guru dalam mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
  2. Artikel di blog. Isinya bisa pengetahuan sederhana atau sehari-hari yang mungkin terlewatkan begitu saja oleh kita. Misalnya, artikel tentang pentingnya mencuci tangan. Benar, artikel yang guru tuliskan di blog tidak melulu harus tentang pelajaran di sekolah. Justru, melalui media inilah guru bisa berbagi ilmunya yang lain di luar materi pelajaran. Dengan pemikiran bahwa pembaca blog itu bisa dari berbagai kalangan, maka jika guru menuliskan satu artikel saja tentang sesuatu hal, secara tidak langsung ia sudah menularkan gagasannya kepada khalayak ramai.
  3. Cerita pendek. Selain artikel, guru juga bisa 'memasukkan' pelajaran terutama sesuatu yang lebih bersifat motivasional melalui cerita pendek (cerpen). Cerpen ini bisa dituliskan di blog pribadinya atau di sini, di Kompasiana, yang memiliki rubrik fiksi misalnya. Ingat, misinya adalah memberi pembelajaran secara tersirat melalui sebuah cerita.
  4. Publikasi hasil penelitian atau karya ilmiah. Publikasi ini bisa ditulis secara singkat dan sederhana agar bisa mudah diterima oleh banyak pihak. Jika memang ada pihak yang tertarik lebih jauh, persilakan mereka untuk menghubungi Anda, para guru, secara pribadi.
  5. Reportase tentang kegiatan-kegiatan tertentu. Bisa kegiatan di sekolah ataupun kegiatan di luar sekolah. Ditambah dengan foto-foto, biasanya sebuah reportase menjadi lebih menarik dan bukan tidak mungkin akan menstimulasi berbagai pendapat, komentar, atau pertanyaan. Nah, dengan menjawab pendapat, komentar, atau pertanyaan tersebut secara tidak langsung guru pun meningkatkan keterampilannya menyampaikan pikirannya melalui tulisan.


Jika itu semua sudah dilakukan dan menjadi kebiasaan, saya yakin, lama-lama sebuah buku pun akan terwujud dari tangan seorang guru. Terkadang kita hanya perlu menyederhanakan pikiran kita saja karena sesuatu yang sederhana bisa menjadi luar biasa jika kita serius menekuninya. Percaya deh!

Bagi para guru, saya ucapkan selamat menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun