Mohon tunggu...
Rifka
Rifka Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

berjalan dengan pikiran, berbicara dengan hati, dan bersyukur dengan segenap jiwa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keluar dari Zona Nyaman demi Kecintaannya pada Desa; Sebuah Resensi atas Buku Karya Dr. Yansen TP., M.Si yang Berjudul "Revolusi dari Desa"

24 November 2014   17:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:00 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416797531102221931

Identitas Buku:

Judul                     : Revolusi dari Desa; Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat

ISBN                       : 978-602-02-5099-1

Pengarang            : Dr. Yansen TP., M.Si

Editor                     : Dodi Mawardi

Penerbit                 : PT. Elex Media Komputindo

Cetakan                   : I, tahun 2014

Jumlah Halaman : 224

Dimensi (cm)        : 23 x 15 x 1

Harga                       : Rp 54.800 - 15% = Rp 46.580

[caption id="attachment_337294" align="alignnone" width="600" caption="Buku Revolusi dari Desa karya Dr. Yansen TP., M.Si"][/caption]

Awalnya, buku ini menarik bagi saya karena penggunaan kata revolusi pada bagian judul. Revolusi yang secara umum dapat  berarti perubahan cepat dan mendasar pada aspek sosial, budaya, dan/ atau pemerintahan bisa dilakukan dengan kekerasan ataupun tanpa kekerasan, melalui buku ini digambarkan sebagai sesuatu yang tidak mustahil dicapai oleh kita tanpa kekerasan. Dengan komitmen, konsisten, dan kontinu, Dr. Yansen TP., M. Si, selaku Bupati Malinau - Kalimantan Utara periode 2011 - 2016 sekaligus penulis buku ini, berhasil membawa perubahan di 109 desa yang berada dalam naungannya. Setelah lebih jauh membaca dan memahami keseluruhan isi, ternyata buku ini memiliki daya tarik lain bagi orang awam seperti saya; buku ini berbeda dengan buku lain yang juga membahas permasalahan pemerintahan, perbedaannya yaitu pembahasan pada buku initidak penuh dengan Undang-Undang seperti tipikal buku pemerintahan yang biasa saya bayangkan. Kajian teoritis berupa pemaparan Undang-Undang maupun teori-teori manajemen pemerintahan disajikan dengan proporsi yang pas dengan bahasan tentang gagasan pikirannya yang bermuara pada Konsep Gerdema atau Gerakan Desa Membangun.

Buku ini ditulis dengan penjabaran yang sistematis, efisien, dan mudah dipahami. Hal ini saya simpulkan setelah mencermati susunan bab-babnya yang mengikuti runtutan tertentu; mulai dari hal umum tentang pemerintahan, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai desa, penjabaran tentang GERDEMA sebagai inti buku, kondisi daerah yang dipimpin oleh Dr. Yansen sendiri, serta indikator keberhasilan dalam penerapan GERDEMA di bumi Malinau.  Pemaparan gagasan dengan cara tersebut menggambarkan pula  pola pikir Dr. Yansen yang sistematis, efektif, dan efisien. Tiga hal yang diperlukan seorang pemimpin untuk dapat membenahi kondisi masyarakat yang plural dan perlu banyak bantuan baik konseptual maupun teknis.

Setelah dibuka dengan bab pendahuluan (Bab I) yang mengangkat tema "Menggugat Konsep Pembangunan", Dr. Yansen membahas tentang kondisi awal Kabupaten Malinau ditinjau dari aspek visi, misi, pilar, dan komitmen daerah, pada Bab II. Selanjutnya, pembahasan mengerucut pada perkenalan lebih jauh dengan Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) pada Bab III. Bab-bab berikutnya mengulas tentang "Kepemimpinan dalam GERDEMA" pada Bab IV, "Profil Desa dan Hubungan Antar Lembaga" pada Bab V, "Mekanisme Keberhasilan GERDEMA" pada Bab VI, serta terakhir "Rekam Jejak Sebelum dan Setelah GERDEMA" pada Bab VII.

Pada Bab III (Gerakan Desa Membangun (GERDEMA); Sebuah Revolusi dari Desa) yang secara khusus mengupas konsep GERDEMA, Dr. Yansen mengatakan bahwa "Inti pembangunan adalah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada rakyat; dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Karena semua masalah pembangunan terletak di desa, maka fokus pembangunan harus dimulai dari desa. Diawalai dengan pemaparan tentang alasan digunakannya kata 'revolusi' pada bab ini, pembahasan selanjutnya bergulir pada penjelasan tentang aplikasi GERDEMA di Kabupaten Malinau. Menurut Dr. Yansen, perwujudan dari revolusi yang dimaksudkan pada bab ini dapat dijelaskan dengan penjabaran konsep Gerakan Desa Membangun (GERDEMA), kinerja dan strategi pencapaiannya, fenomena kemiskinan dan pengangguran di Malinau, peran utama dalam menyukseskan GERDEMA, serta fungsi-fungsi utama yang merepresentasikan gerakan ini.

Suatu konsep pergerakan, sehebat apapun itu, tidak akan berhasil jika tidak diaplikasikan. Ia hanya anak menjadi konsep tanpa pernah teralisasi dan membuahkan hasil. GERDEMA sebagai sebuah konsep gerakan memandang penting peran seorang pemimpin. Itu sebabnya, kepemimpinan menjadi pembahasan tersendiri pada buku ini yaitu lebih tepatnya pada Bab IV. Pada Bab V, kita dapat merasakan betapa desa seharusnya menjadi perhatian penuh para pemimpin negeri. Ada banyak permasalahan yang terdapat di desa, dua di antaranya adalah kemiskinan dan pengangguran. Untuk dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran, butuh kerja keras dan kerja cerdas berbagai pihak. Bab ini mengantarkan kita pada persepsi bahwa aparat desa dan masyarakat desa sendirilah yang benar-benar mengetahui permasalahan mereka, sehingga peran aktif orang-orang di pedesaan sangatlah penting. Aparat dan masyarakat desa seharusnya dilibatkan dalam proyek pembangunan yang ditujukan bagi mereka. Dua bab terakhir dari buku ini mengulas tentang keberhasilan GERDEMA. Bab VI mendeskripsikan konsep keberhasilan GERDEMA secara teoritis dan menyeluruh, sedangkan Bab VII lebih menyajikan data berupa angka-angka yang merepresentasikan kesuksesan penerapan GERDEMA di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Satu hal yang patut kita acungi jempol dari konsep GERDEMA adalah sikap Dr. Yansen yang menganggap dan memperlakukan masyarakat desa sebagai masyarakat yang dewasa dan bijak. Beliau pun berhasil membuat masyarakat desa berperan aktif dalam pembangunan desa mereka. Bukan suatu keputusan yang mudah karena untuk dapat sampai kepada sikap itu, Dr. Yansen melakukan perenungan yang mendalam dan menganalisa masalah tentang desa ini sampai ke akarnya hingga memunculkan buah pemikiran yang sedikit banyak nantinya dapat direplikasi oleh para pemimpin daerah lainnya. Berbagai sudut pandang diintegrasikan demi menemukan solusi yang bersifat holistik. Tentunya tidak mudah untuk mencapai kondisi Malinau setelah penerapan GERDEMA seperti yang digambarkan di buku, akan tetapi Dr. Yansen berani keluar dari zona nyaman, mengambil keputusan, dan memimpin masyarakat yang berada di bawah naungannya untuk bersama-sama membangun daerah mereka. Dr. Yansen bukan hanya bicara dan memerintah, namun beliau pun melebur secara psikologis bersama rakyat. Beliau seperti mampu masuk ke dalam kondisi psikologis masyarakat desa baik itu dari sisi kognisi, afeksi, maupun konasi mereka, sehingga gagasan yang muncul adalah gagasan yang merepresentasikan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan aparat. GERDEMA muncul sebagai hasil pemikiran ilmiah, moderen, namun tetap mempertahankan budaya dan kearifan lokal. Semoga hal serupa dapat diterapkan di tempat lain terutama dengan karakteristik desa yang hampir sama.

Secara umum, dari buku ini pembaca akan mendapatkan gambaran tentang pembangunan daerah khususnya di pedesaan baik sebelum era reformasi maupun era setelah reformasi. Lebih khusus, pembaca akan mengetahui bagaimana pembangunan di Kabupaten Malinau sebelum diterapkan dan setelah diterapkannya GERDEMA. Pembaca juga akan terinspirasi oleh gagasan inovatif seorang pemimpin yang ingin memajukan daerah dan masyarakat yang dipimpinnya, dalam hal ini masyarakat desa beserta pihak-pihak terkait. Hal lain yang didapatkan setelah membaca buku ini adalah gambaran tentang sosok pemimpin yang terlibat sepenuhnya baik dipandang dari sisi waktu, tenaga, pikiran, dan jiwa, dalam proses pembangunan yang dipimpinnya. Melalui buku ini, Dr. Yansen seperti berpesan bahwa think out of the box dalam konteks pembangunan daerah itu diperlukan karena selama ini daerah terjebak dengan pola berpikir dan bertindak yang sama selama bertahun-tahun lamanya. Dengan cara seperti itu tentu saja hasil yang keluar pun sudah dapat diterka, yaitu sama.

Sedikit kritik bagi buku ini adalah kurangnya data statistik mengenai kondisi desa pra-GERDEMA dan pasca-GERDEMA. Bab VI memang memaparkan "Mekanisme dan Keberhasilan GERDEMA", akan tetapi hal-hal yang disajikan di sini lebih bersifat kualitatif. Suatu kajian akan lebih kuat bila di dalamnya terdapat data-data empiris yang dapat menjadi referensi bagi pembaca. Andai saja sebelum diterapkannya GERDEMA diambil sampel aparat pemerintah desa untuk pengisian kuesioner untuk mengukur kondisi desa misalnya dalam hal fungsi manajemen dan proses penyelenggaraan masyarakat desa, kita akan mendapat gambaran lebih konkret tentang hal tersebut. Kemudian, data serupa diambil lagi setelah GERDEMA diterapkan di desa-desa di Malinau. Sehingga, hasilnya akan dapat kita bandingkan dan kesimpulan yang diambil pun lebih tajam.

Pada Bab VII, yaitu bab terakhir dalam buku ini, Dr. Yansen menyajikan sejumlah tabel yang menunjukkan persentase dan pemahaman dari aparatur desa mengenai GERDEMA dipandang dari banyak sisi. Sayangnya, data ini baru berupa sesuatu yang merepresentaikan aspek kognisi dari para aparat tersebut, belum merepresentasikan dua aspek lainnya yaitu aspek afeksi dan konasi. Jika dua aspek ini turut diukur, maka kita akan mendapatkan gambaran mengenai perasaan para aparat desa tentang GERDEMA (aspek afeksi) dan keinginan para aparat tersebut bertindak sesuai konsep GERDEMA (aspek konasi). Dengan demikian pembahasannya akan lebih tuntas. Selain itu, Tabel 1 (hal 165 -169) yang menggambarkan kondisi desa sebelum dan setelah GERDEMA akan lebih dapat dipertimbangkan jika di dalamnya terdapat data yang sifatnya kuantitatif, tidak hanya kualitatif.

Akhirnya, secara keseluruhan dapat saya katakan bahwa buku ini inspiratif, dapat menjadi referensi bagi para pemimpin khususnya kepala daerah yang memiliki permasalahan dan karakter desa serupa dengan Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Melalui "Revolusi dari Desa" Dr. Yansen sudah memberikan contoh teladan bagi para pemimpin khususnya pemimpin daerah, semoga akan banyak bermunculan gagasan-gagasan lain dari para pemimpin yang bermanfaat bagi rakyatnya. Amiin.

____________________________________________________________________________________

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba resensi buku yang diadakan Kompasiana seperti yang tercantum dalam link ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun