Mohon tunggu...
Rifkal ArthaYuda
Rifkal ArthaYuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 keperawatan universitas muhammadiyah kalimantan timur

Aku ingin menulis di kanvas hatimu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kombinasi Filsafat Stoikisme dan Teori Katarsis sebagai Bentuk Implementasi Self Healing

28 Januari 2022   18:05 Diperbarui: 28 Januari 2022   18:08 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Contoh sederhana dari filsafat stoikisme yaitu ketika seorang mahasiswa ingin mendapatkan IPK tinggi, yang dapat dikendalikan yaitu kualitas dan kuanitas belajar meliputi waktu dan usaha yang dikerahkan untuk mencapai hasil yang harapannya maksimal.

Sebaliknya, yang tidak dapat dikendalikan yaitu apakah dosen akan memberikan nilai yang diharapkan, dan banyak sekali faktor yang dapat menentukan ini, dan sedikit banyaknya dalam kondisi di luar kendali kita. Semakin manusia mencoba mengendalikan apa yang di luar kendali diri, maka semakin kecewa dan frustasi ketika apa yang diharapkan dari eksternal tersebut tidak didapati. Maka dari itu intinya fokus apa yang bisa dikerjakan dan maksimalah untuk menggapainya.

Ketika seseorang berekspektasi lebih, maka akan muncul rasa kekecewaan dan inilah yang membuat kelelahan emosional sehingga seseorang membutuhkan self healing, sehingga filsafat stoikisme merupakan salah satu rekomendasi agar kita dapat menngoptimalisasikan potensi, pikiran dan juga tindakan yang dapat kita kendalikan dan meminimalisir kejadian yang tidak dapat dikendalikan.

2. Katarsis

Secara etimologi, katarsis berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu kathoros, yang berarti 'untuk menyucikan' atau 'untuk membersihkan'. Istilah ini menjadi substansi pembahasan di bidang psikologis yang di mana berdasarkan teori Sigmund Freud, ketika seseorang mampu melepaskan ikatan emosional diri engan cara mengartikulasikan segala ketegangan tersebut dengan jelas dan menyeluruh. Kataris dapat dimaknai sebagai upaya untuk membebaskan ataupun membersihkan jiwa dari ketegangan emosional.

Dalam sejarah, katarsis merupakan intervensi terapeutik untuk mengobati gangguan hiteria, yaitu merupakan kondisi emosional yang berlebihan dan dapat membuat seseorang mengalami halusinasi, kecemasan, dan emosi yang meledak-ledak. Jika memaknai secara substansial, penulis dapat menarik sebuah konklusi inti dari teori katarsis yaitu suatu upaya untuk pembersihan dan pemurnian diri dari ketegangan emosional. Hal ini dapat direlevansikan dengan keadaan yang sedang ramai yaitu tentang self healing

Orang yang sedang merasaakan ketegangan emosional karena pelbagai faktor-faktor pemicu, perlu melakukan self healing agar semua perasaan tersebut dapat pulih kembali dan kesehatan mental pun akan membaik. Jika dilihat secara definitif dari teori katarsis ini, sebenarnya aktivitas-aktivitas sederhana pun dapat menjadi sebuah implementasi yang baik untuk menunjang kegiatan katarsis, contohnya saja seperti curhat dengan teman atau keluarga ketika sedang mengalami masalah, lalu melakukan hal-hal yang disukai, berolahraga, dan jika perlu berteriaklah, yang terpenting jiwa kita merasa nyaman dan lega karena melakukan aktivitas tersebut.
 
3. Kombinasi filsafat stoikisme dan katarsis

Melihat fenomena healing, perlu adanya implementasi yang baik agar kesehatan jiwa pun semakin membaik, dan di sini, penulis mencoba mengombinasikan antara filsafat stoikisme dan teori katarsis sebagai upaya implementasi untuk mengatasi kejenuhan emosional. Contoh yang dapat di lakukan adalah dengan cara menyadari bahwa segala sesuatu yang ada dalam diri kita merupakan tanggung jawab kita sepenuhnya, maka dari itu perlunya mengaktulisasikan potensi diri dan menjauh dari yang tidak bisa kita kendalikan.

Lalu selanjutnya setelah melakukan ajaran filsafat stoikisme, kita perlu melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyegarkan otak dan tubuh kita dengan cara beraktivitas sesuai kesukaan kita, tidak usah muluk-muluk seperti liburan ke kapadokia untuk melakukan self healing, menurut penulis mempunyai waktu bersantai sambil menonton film yang disukai, hal tersebut sudah cukup untuk menyenangkan lini psikologis kita.

Ketika kita sudah meoptimalisasikan ajaran dari filsafat stoikisme dan mengimplementasikan teori katarsis melalui kegiatan-kegaiatan yang kita senangi, maka kecil kemungkinan kita akan merasakan kejenuhan, dan hal tersebut bisa menjadi rekomendasi self healing yang ideal. Maka dari itu perlunya upaya preventif agar kita dapat memahami diri sendiri terlebih dahulu, agar kedepannya bisa hidup lebih sehat, bahagia dan bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun