Mohon tunggu...
Rifkal ArthaYuda
Rifkal ArthaYuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 keperawatan universitas muhammadiyah kalimantan timur

Aku ingin menulis di kanvas hatimu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Burnout Syndrome pada Mahasiswa akibat Skripsi di Masa Pandemi Covid-19

30 September 2021   20:13 Diperbarui: 30 September 2021   20:21 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara terkait pandemi Covid-19 mungkin sudah sangat bosan sekali kita mendengarnya. 

Permasalahan ini telah merubah banyak sekali tatanan kehidupan manusia, mulai dari bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, bagaimana kita berbelanja ke pasar ataupun toko-toko, hingga dalam hal beraktivitas seperti belajar, bekerja,hingga kegiatan seperti seminar pun sekarang sudah menggunakan alternatif sistem daring. Semua perubahan ini sudah terbentuk sistematis dalam tatanan kehidupan umat manusia. 

Perubahan yang telah menjadi kebiasaan ini juga telah di atur dan disarankan oleh pemerintah Indonesia, contohnya seperti kebijakan PPKM serta propaganda untuk selalu terapkan 5M, dan hal ini diberlakukan tidak lain dan tidak bukan adalah bentuk upaya untuk mencegah serta memutuskan rantai penyebaran Covid-19.

Kasus Covid-19 di Indonesia akhir-akhir ini semakin hari semakin melandai turun. Di lansir dari akun instagram @satuantugascovid19 bahwa kasus Covid-19 per 26 September 2021 terkonfirmasi berjumlah 1.760 jiwa, lalu dibarengi dengan jumlah pasien yang sembuh sebanyak 2976 jiwa, dan kasus meninggal dunia sebanyak 86 jiwa. 

Data penurunan presentase jumlah kasus tersebut menunjukan bahwa permasalahan Covid-19 di Indonesia semakin membaik dan ini menjadi angin segar untuk kita semua bahwa inilah hasil dari usaha gotong royong masyarakat Indonesia dalam menurunkan kasus Covid-19. 

Tetapi jangan sampai dengan adanya penurun kasus ini lantas membuat kita euforia berlebihan, kita harus tetap waspada dan menjaga diri dengan selau menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar nantinya benar-benar terbebas dari permasalahan pandemi Covid-19.

Upaya pemutusan rantai Covid-19 yang paling gencar-gencarnya di masifkan oleh pemerintah adalah vaksinasi. Vaksinasi adalah sebuah bentuk usaha preventif yang prioritas saat ini, karena vaksin dapat memberikan kekebalan dari dalam tubuh manusia sehingga ketika ada orang yang terkena Covid-19 pun akan terminimalisir dampak buruk yang akan di timbulkan oleh virus corona.

Dilansir dari media berita ANTARANEWS bahwa Indonesia masuk dalam daftar 10 negara dengan suntikan vaksin terbanyak di dunia, dan ini menjadi pencapaian terbaik bahwa pemerintah sudah sangat serius sekali dalam penangan Covid-19 ini.

Target vaksinasi di Indonesia per tanggal 26 september 2021 sudah sebanyak 86.460.685 orang yang sudah menerima vaksin dosis pertama, dilanjut suntikan vaksin dosis kedua berjumlah 48.526.648, serta 905.366 orang untuk suntikan vaksin dosis ketiga. 

Berdasarkan  presentase penerima vaksin dosis pertama di Indonesia sudah mencapai 40 persen dari target sasaran yaitu 208.265.720 orang, dan semua kerja keras ini tidak terlepas dari berbagai elemen, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, aparat negara, organisasi masyarakat, organisasi profesi, hingga masyarakat sekalipun.

Percepatan vaksinasi juga di upayakan untuk mempercepat pembelajaran tatap muka, sudah banyak sekali pelaksanaan vaksinasi di tingkat pelajar hingga mahasiswa, yang jelas pendidikan memang harus menjadi salah satu sorotan utama di masa pandemi Covid-19 ini, karena sudah terlalu lama proses belajar mengajar ini dilakukan secara daring. 

Dampak pembelajaran daring yang terlalu lama ini pun menimbulkan gangguan psikologis pada mahasiswa, terkhusus mahasiswa tingkat akhir, yang dimana pandemi Covid-19 ini membuat mahasiswa tingkat akhir turun motivasinya dalam belajar, terlebih lagi dalam menyelesaikan tugas skripsi, dan dari turunnya motivasi itu akhirnya menimbulkan burnout syndrome pada Mahasiswa.

Definisi burnout syndrome banyak sekali pakar yang membuat pengertian. Tetapi disini dapat penulis simpulkan bahwa burnout syndrome adalah kondisi di mana seseorang mengalami stres berat sehingga berdampak buruk yang membuat kejenuhan serta penurunan motivasi dalam bekerja ataupun beraktifitas. 

Burnout syndrome bisa di rasakan oleh siapapun mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan yang kemungkinan besar terkena burnout syndrome adalah orang yang sangat full jadwal pekerjaannya. Gejala yang ditimbulkan akibat burnout syndrome pun bermacam-macam seperti perubahan kondisi fisik, perubahan emosional, dan perubahan perilaku yang biasanya periang bisa menjadi tempramen ataupun menarik diri dari lingkungan.

Pandemi Covid-19 sekarang ini dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya burnout syndrome. 

Terkhusus mahasiswa,  selama pandemi Covid-19 ini mahasiswa harus bisa menyesuaikan serta bertahan dengan metode pembelaran daring, dan akibat pembelajaran daring yang terlalu lama akan menimbulkan burnout syndrome pada mahasiswa. 

Seperti salah satu penelitian di IAIN Jember, didapatkan hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa mengalami burnout syndrome dalam proses belajar mengajar daring.

Mahasiswa tingkat akhir pun tidak terlepas dari burnout syndrome ini. Mahasiswa tingkat akhir yang sedang berproses mengerjakan skripsi pastinya akan lebih kesusahan dalam penyelesaian skripsinya. 

Mengapa demikian, menurut penulis, mahasiswa tingkat akhir yang sudah mendapatkan skripsi akan lebih kesusahan dalam pengerjaannya, karena selama pandemi Covid-19 ini mahasiswa belajar jarak jauh dan juga banyak mahasiswa yang merantau untuk berkuliah, sehingga untuk bimbingan pun pasti kebanyakan mahasiswa melaksanakannya secara online, bimbingan online pun pastinya tidak akan maksimal karena keterbatasan sinyal, keterbatasan ruang untuk berekspresi, sehingga membuat mahasiswa pun akan sulit memahami skripsinya. 

Pandemi Covid-19 juga membuat mahasiswa jarang bertemu dengan kawan seangkatannya, yang di mana peningkatan motivasi mengerjakan tugas biasanya bisa didapatkan ketika kita bercerita, ataupun berdiskusi dengan kawan sejawat, sehingga menurut penulis, semua variabel permasalahan tadi dapat menimbulkan burnout syndrome pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas skripsi di masa pandemi Covid-19.

Maka dari itu, penulis menyarankan kepada mahasiswa yang sedang berproses dalam menyelesaikan skripsi bahwa selalu waspada dengan gangguan psikologis ini. Mahasiswa harus bisa menemukan koping terbaiknya agar dapat terhindar dari burnout syndrome. Ketika merasa jenuh saat mengerjakan skripsi maka jangan dipaksa untuk terus mengerjakannya. 

Kalian para Mahasiswa bisa rileks terlebih dahulu, gunakan waktu senggang untuk olahraga, mendengarkan musik, menonton film yang disuka, dan juga berceritalah pada keluarga ataupun teman dekat ketika ada permasalahan yang membuat kejenuhan dalam beraktivitas. 

Pandemi Covid-19 ini memang membuat semuanya menjadi berubah, maka dari itu harapannya semoga mahasiswa dapat menyelesaikan skripsinya dengan tepat waktu, serta dapat di kuatkan pundaknya, dan bersyukurlah ketika merasa lelah, karena tidak semua orang bisa sekuat kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun