Pandemi Covid-19 masih menjadi permasalahan yang aktual di Indonesia. Permasalahan ini tetap berdiri kokoh menjadi topik pembahasan utama di kalangan masyarakat. Â Banyak masyarakat yang masih ketimpangan akan permasalahan pandemi Covid-19 ini.
Akhir-akhir ini sedang ramai di dunia maya terkhusus lingkup perpolitikan karena banyaknya politisi yang memasang baliho dengan ukuran yang besar dan bertebaran di mana mana.Â
Dalam baliho tersebut tertulis redaksi seperti bentuk semangat dari para politisi untuk masyarakat Indonesia. Menurut penulis redaksi yang dituliskan di baliho tersebut tidak sama sekali melihatkan bentuk simpati dan empati terhadap masyarakat indonesia yang terdampak pandemi Covid-19, contohnya saja baliho yang paling banyak terpasang di Indonesia yaitu Puan Maharani selaku ketua DPR RI.Â
Dalam baliho tersebut tertuliskan narasi kepak sayap kebhinekaan, lalu juga baliho dari salah satu politisi partai golkar yang juga tersebar di mana- mana yaitu dengan narasi kerja untuk Indonesia.Â
Menurut penulis jika dilihat dari 2 narasi yang terpajang di baliho tersebut tidak ada relevansinya dengan kondisi yang dialami oleh masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.
melansir dari KOMPAS.com, dikatakan oleh pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio, ia menilai bahwa pemasangan baliho dengan asosiasi Pemilu 2024 oleh sejumlah politisi di masa pandemi Covid-19 menunjukkan kurangnya empat.Â
Sebab di tengah gonjang-ganjing permasalahan Pandemi Covid-19 seperti ini, pemasangan baliho tersebut seolah tak peka terhadap masyarakat yang terdampak dan kesulitan ekonomi.
Seniman yang dulu sering muncul di acara Indonesia Lawyers Club pun ikut menyoroti maraknya pemasangan baliho para politisi tersebut. Ia mengatakan minta TNI turunkan baliho-baliho politisi yang tak sesuai rasa senasib pandemi.Â
Bahkan setelah diturunkan, baliho tersebut diberikan ke tukang soto dan lain-lain agar bisa cepat-cepat dimanfaatkan oleh rakyat untuk tenda kaki lima UMKM.
Sebenarnya jika dilihat benar atau salahnya memang sah-sah saja para politisi tersebut memasang baliho dengan bentuk, gaya dan ukuran sebesar apapun.Â
Tetapi jika dilihat dari sisi etis, menurut penulis tidak bijak sekali para politis tersebut memanfaatkan kondisi pandemi Covid-19 ini untuk start duluan dalam menarik perhatian warga di ajang pemilihan presiden 2024 mendatang.Â
Menurut penulis alangkah baiknya para politisi tersebut lebih bisa berempati kepada masyarakat yang terdampak dengan memberi bantuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.Â
Sebaiknya energi politik nasional diarahkan untuk membantu mengatasi permasalahan pandmei Covid-19 ini dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Narasi manis yang terdapat dalam Baliho-baliho tersebut tidak akan membuat perut rakyat Indonesia menjadi kenyang, tidak akan membuat permasalahan pandemi Covid-19 ini akan cepat selesai karena rakyat lebih membutuhkan makan dari pada kata-kata manis.Â
Bahkan bukannya menarik perhatian rakyat, justru baliho-baliho tersebut ramai menjadi topik perbincangan lelucon oleh netizan Indonesia dan juga beberapa kali di jadikan meme.Â
Seperti salah satu meme yang memerlihatkan baliho Puan Maharani terpasang di Abbey Road, ruas jalan di London yang menjadi mahsyur karena pernah menjadi latar sampul album The Beatles dan juga satu lagi meme soal perbedaan anak SD zaman dulu dan sekarang dalam menggambar pemandangan, di mana gambar dulu di penuhi dengan pepohonan sedangkan gambar sekarang dipenuhi dengan baliho.
Melihat dari fenomena ini, Menurut penulis alangkah baiknya dana baliho tersebut digunakan untuk membantu masyarakat, karena jika di lihat, tidak cukup dana yang sedikit untuk membuat baliho dengan ukuran yang sangat besar dan jumlah yang sangat banyak tersebut. Dan jika memang para politisi ini sudah ingin memulai dinamika menuju pilpres 2024 dari sekarang, gunakanlah cara yang ideal dan sedikit etis.Â
Misalnya memberikan bantuan berupa sembako dan di dalam sembako tersebut di sisipkan kalender ataupun poster dalam bentuk kampanye tersebut atau para politisi membuat pelatihan yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia dan di dalam pelatihan tersebut di sisipkan kampanye untuk memikat hati rakyat.Â
Menurut penulis dengan contoh cara-cara tersebut, para politisi akan lebih mengadirkan kebermanfaatan untuk rakyat, ya walaupun tetap saja tujuannya untuk menarik perhatian masyarakat jelang pilpres 2024.
Di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, memang segala hal menjadi sangat sensitif. Para politisi yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi seharusnya bisa lebih bijaksana dalam bersikap. Sekarang ini empati harus lebih di prioritaskan bukan kepentingan pribadi yang tak menghadirkan kebermanfaatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H