Jasminum sambac L. (Oleaceae) umumnya dikenal sebagai melati arab sebagai lambang dari kesucian. Tanaman ini tumbuh merambat, memiliki bau yang harum, dan bayak dimanfaatkan sebagai bahan masakan serta obat-obatan. Ekstrak dari melati arab ini memiliki banyak manfaat dalam pengobatan, salah satu fungsinya yang dikenal adalah sebagai antibakteri, antijamur, antioksidan, antiperadangan, dan anti diabetes.
Ekstrak  minyak atsiri dari bunga melati arab sangat efektif digunakan sebagai antijamur, salah satunya sebagai antijamur Malassezia. Malassezia merupakan flora normal di kulit manusia, namun ia juga bisa menimbulkan penyakit pada kulit, seperti panu, folikulitis, dan eksim. Sebuah percobaan dilakukan dengan menguji ekstrak daun dan bunga minyak atsiri bunga melati arab, seperti -farnesene, benzyl acetate, dan linalool yang diperoleh dengan menggunakan distilasi air.Â
Hasilnya, didapatkan aktifitas antijamur yang sangat baik dari ekstrak minyak atsiri bunga melati arab. Konsentrasi minimal hambatan jamur yang dimiliki oleh ekstrak ini berkisar 50%-70%. Artinya, dari 100% jamur isolat, 50%-70% mati ketika uji dengan menggunakan ekstrak bunga melati arab.
Selain antijamur, ekstrak bunga melati arab juga memiliki efek sebagai antibakteri, seperti Candida spp.. Streptococcus mutans, Lactobacillus casei dan Escerichia coli. Sebuah percobaan dilakukan pada beberapa bakteri dan minyak atsiri bunga melati arab memiliki terbukti paling efektif untuk membunuh bakteri Candida spp. Mekanisme aksi antimikroba minyak melati arab kemungkinan disebabkan oleh gangguan sintesis protein membran sel, khususnya protein membran. Hal ini menyebabkan kerusakan pada protein membran sel bakteri, sehingga sel bakteri mengalami kebocoran dan mati.
Selain bunganya yang bermanfaat sebagai antimikroba, daun melati arab juga memiliki manfaat sebagai antioksidan. Suatu percobaan yang dilakukan dengan menggunakan DPPH dan beta karoten-linoleat menunjukkan bahwa ekstrak minyak atsiri dari daun melati arab memiliki potensi sebagai antioksidan yang sangat baik. Jika dibandingkan dengan BHT, Â ekstrak daun minyak atsiri dan metanol pada melati arab memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang lebih baik.
Ekstrak minyak atsiri melati arab juga memiliki manfaat sebagai antiinflamasi. Sebuah uji dengan metode hypotonicity-induced HRBC membrane stabilization uji aktivitas hemolisis dengan metode spektrofotometer dilakukan untuk membuktikan hal ini. Hasilnya, hipotonisistas yang dihasilkan dari ekstrak minyak atsiri melati arab menyebabkan hemolisis pada sel berkurang,Â
hal ini berarti bahwa efek antiinflamasi yang dihasilkan cukup poten dan efektif. Pada konsentrasi yang tinggi minyak atsiri melati arab, efek antiinflamasi yang dihasilkan sebanding dengan obat antiinflamasi, diklofenak, pada konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan minyak atsiri melati arab menstabilkan membran sel darah merah dan membran lisosom didalamnya, sehingga enzim protease dan zat bakterisida yang ada didalamnya tidak keluar dan tidak menyebabkan hemolisis serta peradangan.
Ekstrak minyak atsiri pada melati arab juga memiliki manfaat sebagai antidiabetes. Sebuah percobaan dilakukan dengan metode uji hambat enzim amilase, suatu enzim berfungsi untuk memecah gula kompleks menjadi gula sederhana, dan uji penyerapan glukosa. Uji ini dilakukan untuk membuktikan seberapa baik ekstrak minyak atsiri melati arab mengendalikan kadar gula dalam darah.Â
Jika dibandingkan dengan metformin, efek hipoglikemik yang ditimbulkan oleh ekstrak minyak atsiri melati arab cukup ringan, selain itu ekstrak ini mengurangi penyerapan gula dari usus dan kadar gula darah. Sehingga, hal ini memberikan efek yang menguntungkan pada kondisi resistensi hormon insulin pasien diabetes mellitus.Â
Selain itu, ekstrak minyak atsiri pada melati arab juga meningkatkan penyerapan glukosa pada sel otot, hal ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah normal karena sensitivitas hormon insulin yang baik. Maka dari itu, ekstrak minyak atsiri pda melati arab secara tidak langsung membantu pasien DM untuk menghindari komplikasi seperti kerusakan mata, jantung, daraf, dan pembuluh darah, serta menghindari serangan jantung dan stroke.