Mohon tunggu...
rifkaathifahhaerunissa
rifkaathifahhaerunissa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lucid Dreaming

25 November 2024   12:38 Diperbarui: 25 November 2024   12:48 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkenalkan namaku Stella, pada suatu pagi aku terbangun dari tidurku. Dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti ku, aku pun turun ke bawah dan aku melihat semua keluarga ku sedang sibuk dengan koper mereka masing-masing. Aku pun bertanya, "mmm kalian mau pergi kemana?" lalu ayahku menjawab "kita akan liburan ke Jepang". Aku yang mendengar hal itu merasa senang bukan main, akhirnya kita liburan. Namun seseorang disana mematahkan kesenangan ku, dia berkata "kamu jangan ikut Stella, diam dirumah. Ini liburan khusus merayakan Geisha karena dia sudah memenangkan olimpiade matematika tingkat nasional", itu adalah suara Nenekku, dan Geisha adalah saudara tiri ku, ia selalu dibanggakan oleh keluarga ku karena dia sangat jago dalam bidang akademis. Aku yang mendengar hal itu pun merasa marah, "Apa?! Jadi kalian mau meninggalkan aku sendirian dirumah? Oh ayolah ini sungguh tidak adil, nek, yah". Namun mereka seakan tidak peduli dengan ku dan pergi begitu saja meninggalkan aku sendirian dirumah. 

  Aku akan memberi tahu sebuah rahasia ku kepada kalian, rahasia apakah itu? Sssttt aku bisa pergi ke Jepang sendiri dan lebih bersenang-senang, wah bagaimana bisa? Kalian pasti bertanya-tanya kan? Ini disebut Lucid Dreaming. Lucid dreaming adalah fenomena di mana seseorang menyadari bahwa mereka sedang bermimpi saat masih berada dalam mimpi. Dalam keadaan ini, seseorang dapat memiliki kendali atas mimpi mereka, seperti mengubah alur cerita, lingkungan, atau bahkan kemampuan mereka sendiri dalam mimpi. Fenomena ini biasanya terjadi selama fase tidur REM (Rapid Eye Movement). Dan aku sadar, aku mengalami hal itu. Sejak itu aku menjadi ahli dalam hal ini. Jadi sebelum pergi tidur aku hanya perlu menulis skenario dimana aku ingin pergi, dengan siapa aku ingin pergi, dan apa yang ingin aku lakukan. Saat aku tertidur, skenario yang aku tulis itu betul-betul terjadi. Nyatanya, bisa dibilang kalau mimpi indah rancangan sendiri ini seperti healing bagiku. Karena kehidupan nyata ku terasa sangat membosankan. Tak peduli bagaimana beratnya aku berusaha, aku bukan tandingan bagi saudara tiriku, Geisha. Dimata Ayah dan Nenek anak dari seorang dokter dan juga cucu dari profesor Sejarah secara otomatis harusnya menjadi ensiklopedia berjalan atau semacamnya, tapi sayangnya aku tak unggul dalam bidang akademis. Aku lebih unggul dalam bidang seni rupa, itulah kenapa aku suka kehidupan lucid dreaming karena aku bisa bebas menggambar sesuatu yang aku suka dan terjadi di mimpiku. Tiap minggu biasanya dia mendapat nilai sempurna atau mendapatkan penghargaan, lalu semua keluargaku menghujani nya dengan hadiah dan pujian. Sementara Aku diperlakukan seperti orang asing di keluarga ku sendiri, memikirkan nya saja membuatku ingin berteriak. Mereka bersenang-senang liburan ke Jepang dan meninggalkan aku sendiri agar aku bisa konsentrasi untuk ujian besok? Huh? Tidak, silahkan berharap. Ku ambil pena ku dan aku akan menulis naskah mimpi malam ini. 

"Stella, bangun, waktu ujian hampir habis". Itu suara Arumika, sahabatku. Dia menendang belakang kursi ku agar aku terbangun dari tidurku dan aku tersentak kaget. Oh tidak ini sedang ujian dan aku bisa-bisanya tertidur saat ujian. Dengan panik aku centang jawaban soal-soal itu secara asal-asalan dan segera aku berikan kepada guru lembar soal-soal itu. "Kamu ini ga tidur atau gimana sih?" Ucap Arumika dan kujawab "ah iya, aku semalaman menulis skenario untuk mimpi ku". Arumika bertanya lagi "orang gila, gimana kalo nilaimu jelek?" Aku dengan entengnya menjawab "ga masalah, aku tinggal nulis skenario kalo aku mendapat nilai A+, dan semua masalah selesai" Arumika yang mendengar ucapan ku hanya bisa geleng-geleng kepala. Nyatanya, dengan menulis skenario mimpi tidak akan menyelesaikan semua masalah. 

  Sore itu, saat aku sampai dirumah, aku hendak pergi ke kamar ku dan akan menulis naskah hebat untuk malam ini. Namun, tiba-tiba ada yang menarik tas ku dari belakang. Itu Ayah dan Nenek, mereka berdua terlihat marah, "mau sampai kapan kamu hidup seperti ini, pendidikan itu penting Stella di keluarga kita, tapi Ayah lihat kamu sepertinya tidak peduli dengan itu semua ya", Ayah mengatakan itu sambil menahan amarah, "tapi ayah, aku gak suka dengan pelajaran membosankan itu. Aku cuman suka-", saat aku membela diri Nenek tiba-tiba menyela ucapanku "Tak ada lagi menggambar dan menulis ceritamu yang konyol itu, kau perlu fokus pada pelajaran mu atau kau akan berakhir menjadi orang yang tak berguna seperti-" Nenek tiba-tiba berhenti dan membuatku penasaran "seperti siapa?" tapi tak satupun dari Nenek atau Ayah yang berkata sesuatu, mereka langsung beranjak pergi dan meninggalkan ku sendiri. Jujur, aku tak pernah ingin mengecewakan mereka seperti itu, jadi kali ini akan kucoba yang terbaik supaya aku tak mengecewakan mereka. 

  Keesokan harinya, aku pulang dari sekolah dan berlari menuju ke dalam rumah ku sambil berteriak "Ayah! Nenek! Aku mendapatkan nilai B+ di ujian matematika ku", namun tidak ada yang peduli dengan ku. Ibu tiri ku memeluk Geisha melihatnya dengan mata berbinar sambil berkata "Putriku yang luar biasa, aku tahu penghargaan murid teladan mudah sekali bagimu tidak seperti orang lain" Kemudian ia menoleh kepadaku dan bergumam "Stella, ayolah. Kau sedang mempermalukan dirimu sendiri". Aku menahan tangis dan berkata "Tapi aku berusaha sangat keras untuk mendapatkan nilai ini" lalu Ayah yang sedang membaca koran pun menjawab "Satu nilai B+ itu bukan hal yang bisa dibanggakan". Ku buang lembar ujianku ke tempat sampah lalu bergegas pergi ke kamar. Tak peduli apa yang kulakukan atau seberapa keras usahaku, di rumah ini aku selalu diperlakukan seperti pecundang.

  Bermimpi saja Stella, kembali ke dunia mu yang menyenangkan. Di dalam mimpiku, terdapat langit senja yang sangat indah. Aku sudah lama menunggu momen ini, bersantai di taman sambil menikmati senja dan tidak ada satupun orang yang mengganggu ku. Tapi tiba-tiba langit yang indah berubah menjadi langit yang gelap, dan awan tebal itu tampaknya akan memakan ku, ada apa ini, ini bukan bagian dari naskah. Aku ketakutan dan aku berlari ke hutan, namun sangat gelap dan seram disini. Aku tersandung akar pohon dan aku terjatuh. saat ku bersihkan pergelangan tanganku dan mulai menangis tiba-tiba seorang wanita asing pun muncul, dia membawaku ke rumah kayu di ujung hutan dan dengan lembut membantuku membalut luka ku. Wanita ini, dia tak membuatku takut sama sekali, aku merasa hangat saat berada di dekatnya. Aku pun penasaran dan kucoba mendekat melihat wajahnya tapi kemudian tiba-tiba aku terbangun dan menyadari air mata mengalir di pipiku. Sungguh mimpi yang aneh, aku segera menggambar semua yang kulihat, hutan itu, rumah itu tapi anehnya aku tak bisa mengingat wajah wanita itu. "Kenapa kau menggambar semua omong kosong ini" Ayah merebut sketsa dari tanganku dan melihatnya dengan cemberut, "Itu, muncul di mimpiku dan-" Ayah menyela ucapanku "Buang itu semua, mulai sekarang jika kulihat kau membuang-buang waktumu dengan gambar bodoh ini lagi akan ada konsekuensinya" ucap Ayah dengan sangat marah. Ini sangat berlebihan, aku tak bisa hidup tanpa menggambar ini

satu-satunya yang membuatku tetap waras. Aku harus pergi dari sini, hidup dengan caraku, lupakan mereka dan standar bodoh mereka akan kuciptakan duniaku sendiri.

  Disinilah aku berada, di apartemen yang ku sewa dengan uang yang aku dapat dari ayah ku dan ku tabung selama ini. Aku sudah disini hampir seminggu, sedangkan keluargaku mereka tidak mengirimiku pesan sekali pun. Dan ya, mimpi terus berlanjut, tapi sekarang aku masih takut tidur karena mimpiku yang jelas itu masih kacau. Terkadang indah, terkadang buruk, dan sebagian besar hasilnya tak lagi seperti yang ku harapkan. Hingga suatu hari, hutan menyeramkan itu muncul lagi. Aku panik dan terus berlari dan kulihat wanita itu lagi menolongku dan mengulurkan tanganku, kali ini tak akan ku lewatkan kesempatan ku. Ku lihat baik-baik wajahnya, setiap detailnya dan segera saat ku bangun aku menggambarnya. 

  2 minggu kemudian, aku masih tetap di apartemen ku dan hari ini aku akan pergi ke supermarket aku ingin membeli sesuatu yang aku butuhkan. Saat aku memasuki supermarket itu, aku bertubrukan dengan seorang wanita dan barang-barang dia terjatuh karena bertubrukan dengan ku. Aku pun segera membantu mengambil barang-barang nya yang jatuh sambil meminta maaf karena merasa bersalah. "Maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja menubruk mu". Lalu wanita itu dengan lembut berkata "tidak apa-apa nak" saat kulihat wajahnya aku pun terkejut, wanita itu adalah wanita yang ada di mimpiku selama ini, yang selalu memelukku saat aku terjatuh di hutan. Lalu wanita itu melihat wajahku, dia pun sama terkejutnya dan air mata nya mulai turun sambil berkata "apa benar ini kamu Stella, aku tidak mimpi kan?" Dia bicara sambil sesenggukan lalu memelukku. Aku terdiam dan berfikir kenapa dia memelukku padahal kami tak saling kenal, yang janggal adalah pelukan ini tak terasa asing sama sekali. Aku merasa hangat sama seperti dia memelukku saat di mimpiku. Ia melepaskan pelukannya dan menatap wajahku dengan berseri-seri dan aku berkata "mmm kamu siapa?" Wanita itu pun menjawab "sayang, ini aku, ibumu". Itulah saat ku sadar sesuatu, tentu saja dia itu ibuku karena aku baru menyadari ternyata kami mempunyai warna mata yang sama. Kemudian kami berpelukkan dan menangis, ibu membawa ku ke mobilnya dan membawa ku ke rumahnya dan menceritakan semuanya. 

  Jadi setelah aku lahir, ibu pernah tertangkap skandal perselingkuhan Ayah marah dan mengusir ibu dan dia tidak memberikan izin untuk melihat ku. Setelah sekian lamanya, ibu menemukan fakta bahwa itu semua adalah ulah Nenek, hanya karena ia tak menyetujui pernikahan ini jadi ia menyusun ide itu. Ibu selalu menjagamu dari jauh, karena Ayahku orang berpengaruh, ia bisa saja menghancurkan hidup ibu. "Tapi semuanya sudah berubah sekarang, ibu tidak akan meninggalkan ku sendirian lagi".

  Ibu membawa ku pergi dari rumah ayah dan nenek, dan aku tinggal bersama ibuku. Sekarang aku bisa menggambar sebanyak yang aku mau. Malah ibu membiarkan ku membuat mural di dinding rumah. Oh dan tentang Lucid Dream itu, aku tak lagi menulis naskah dan kusadari bahwa seharusnya aku lebih baik fokus pada kehidupan realita ku dan menjadikan diriku versi terbaik dari diri sendiri semampuku. Lagipula sehebat apapun dunia mimpi, tak akan seindah seperti menjalani kehidupan secara nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun