Mohon tunggu...
Rifka Noer Atmandita
Rifka Noer Atmandita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Farmasi di Universitas Sebelas Maret

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

My Body My Rules, Sebuah Kontroversi di Masyarakat

9 Oktober 2023   05:24 Diperbarui: 9 Oktober 2023   05:24 2717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"My body my rules", pasti sebuah slogan yang tak terdengar asing di telinga. Yup, Sejak awal slogan tersebut dikampanyekan, slogan tersebut sudah menjadi kontroversi di masyarakat karena dinilai poin-poin yang disuarakan melanggar norma dan agama. Selain itu, sering kali ditemukan slogan tersebut digunakan untuk menjustifikasi tindakan yang tidak seharusnya dilakukan, seperti menormalisasi kegemukan atas dasar tubuhku urusanku. Namun sebenarnya, perlu ditelusuri lebih jauh lagi mengenai tujuan dan maksud kampanye ini karena ada beberapa hal yang tidak bisa dipahami secara sekilas saja.

"My body my rules" merupakan slogan yang kebanyakan diaspirasikan oleh wanita berkaitan dengan pilihan hidup atas tubuh mereka sendiri. Kampanye tersebut lahir dari problematika yang terjadi di masyarakat, dimana perempuan sering kali dihakimi dan dirampas haknya atas tubuhnya sendiri contohnya perempuan diwajibkan untuk menikah, korban kekerasan seksual dipaksa untuk menikah dengan pemerkosa, seorang istri tidak bisa menggunakan kontrasepsi karena tidak diberi izin oleh suami, banyak perempuan di Irlandia meninggal karena peraturan larangan aborsi, dan masih banyak lainnya.

Pelegalan aborsi merupakan salah satu tuntutan yang sering keluar dari kampanye ini. Hal inilah yang menjadi perdebatan di masyarakat. Masyarakat menilai Pelegalan aborsi dapat menumbuhkan rasa pembenaran dari tindakan aborsi yang dimana hal tersebut sangat bertentangan dengan agama. 

Padahal, Kampanye ini tidak menitikberatkan pada pelegalan aborsi sebagai pembenaran tindakan tersebut, namun pada masalah aborsi yang dilarang sehingga seseorang 'diharuskan' merelakan nyawanya pada saat kehamilannya sudah ditahap membahayakan bagi ibu dan bayinya karena larangan pemerintah. Jadi, tuntutan pelegalan aborsi bukan untuk mewajarkan tindakan aborsi, namun bagi pemerintah yang menerbitkan peraturan larangan aborsi total, padahal ada alasan medis yang dapat dipertimbangkan.  

Selain itu, kontroversi dari slogan tersebut muncul karena slogan tersebut tumbuh menjadi bola liar di masyarakat karena beberapa orang memilih untuk memiliki definisi masing-masing tentang slogan sehingga batasan batasannya menjadi kabur dan akhirnya slogan tersebut dijadikan senjata untuk pembenaran dari suatu tindakan yang melanggar norma. Dari permasalahan tersebut, slogan "my body my rules" sendiri seperti menjadi pedang bermata dua. Namun, selama kampanye dari slogan"My Body My Rules" memiliki batas-batas yang jelas dengan tetap memperhatikan norma yang berlaku, slogan tersebut dirasa sah sah saja untuk diaspirasikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun