Seiring pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menuai beragam impact yang diterima oleh masyarakat.
Siapa sangka jika di balik membludaknya prestasi-prestasi yang diraih oleh para pelajar Indonesia, ternyata sampai saat ini narkoba tetap menjadi momok terbesar yang urgen untuk diperangi. Karena perumusan regulasi tentang pelarangan pemakaian narkoba tidak memberikan efek jera pada pelaku.
Terbukti semakin membludaknya jumlah pengguna narkoba yang dikabarkan Budi Waseso, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI mencapai 6,4 juta orang dalam 17 provinsi.
"Ini yang disurvei baru 17 provinsi dan jumlahnya sangat mengkhawatirkan. Padahal peredaran narkoba saat ini sudah masuk ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Bahkan sudah sampai ke kabupaten, kecamatan, dan pelosok kampung". Ungkap Budi Waseso (26/02/2018).
Miris bukan kepalang, dalam situasi yang genting ini pemuda sebagai entitas sosial harus dilindungi agar tidak menjadi sasaran perbuatan amoral.
Apalagi pada puncak Bonus Demografi pada tahun 2028-2030, pemuda tergolong pada tataran level produktif yang diharapkan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Sebenarnya selama ini berbagai pihak sudah berperan aktif dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba, akan tetapi upaya ini dinilai belum efektif. Sebagaimana yang dikatakan Heru Winarko pengganti Budi Waseso, bahwa Napi yang divonis mati belum dieksekusi, ironisnya namanya semakin harum di dunia peredaran gelap narkoba. Hal ini menunjukkan bahwa para korban sangat potensial untuk kambuh lagi. (27/04/2018)
Sebagai upaya inovasi dalam memerangi narkoba, Martina Jessica seorang Staff Bidang Kesehatan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YBAN) mengadakan Pelatihan Pendidik Sebaya Bagi Remaja SMA untuk Menanggulangi Bahaya Narkoba dengan membentuk koalisi baru bagi remaja pada 30 Juli lalu.
"Bila narkoba dapat bersumber dari teman sepergaulan, maka kita dapat mencegahnya dengan metode yang sama, oleh sebab itu kami melakukan pelatihan pendidik sebaya bagi 95 siswa yang berasal dari sejumlah sekolah menengah tingkat atas yang berada di Kabupaten Tabalong dan Balangan, agar nantinya mereka dapat memberikan pemahaman kepada teman sebayanya untuk menghindari narkoba dan perilaku berpotensi terjangkit HIV/AIDS". Ungkap Martina Jessica.
Nampaknya, kegiatan ini cukup solutif untuk dilakukan diseantero dunia sebagai upaya preventif penyalahgunaan narkoba sejak dini.
Akan tetapi menurut saya, upaya mendasar yang perlu dipahami untuk memerangi narkoba adalah dengan mempelajari Neurosains sebagai pendekatan untuk melihat perangkat-perangkat yang dapat mengendalikan hidup manusia.
Neurosains adalah studi tentang sistem saraf, termasuk penglihatan, pendengaran, penciuman, dan kontrol gerakan dan perilaku lainnya. Memahami neurosains dan mengamalkannya dalam kehidupan akan membantu anak berperilaku baik.
Untuk menumbuh kembangkan rasa acuh orangtua/wali terhadap pola dasar perawatan anak, maka harus ada aktualisasi di satuan pendidikan dengan membangun sinergitas antara orangtua/wali dengan lembaga pendidikan.
Keduanya bisa membentuk Neurosains Class sebagai forum pembekalan pendidikan anak dalam hal  merawat kesehatan otak dengan mengatur nutrisi, latihan dan olahraga, pasokan oksigen, hingga mengatur jam istrahat otak.
Apabila perangkat-perangkat dalam otak seperti sistem limbik, ganglia basal, sistem singulat, dan lainnya berhasil dirawat dengan baik, maka akan membantu menjadikan anak menjadi manusia unggul dengan kestabilan intelektual dan emosionalnya. Akan jauh lebih baik jika hasil pembekalan dalam Neurosains Class juga bisa diajarkan pada anak.
Sehingga akan menjadi self control saat ia menyadari bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik. Terutama penyalahgunaan narkoba yang tidak jarang disebabkan putusnya sebuah ikatan, kematian, broken home yang menyebabkan ketidakmampuan dirinya dalam mengendalikan diri sehingga stres berkepanjangan.
Salah satu faktor penyebabnya adalah aktifnya sistem limbik yang mengalami gangguan. Oleh karena itu, Neurosains Class harus didesain semenarik mungkin agar pembekalan tidak monoton dan menjadi efektif.
Seperti pengamatan yang pernah dilakukan oleh Dr. Nusa Putra, S. Fil, M. Pd terhadap beberapa penelitian psikolog bahwa Neurosains sangat berguna bagi pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H