Mohon tunggu...
Rifka Aulia
Rifka Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta

Jurusan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dagang AS-Cina Memanas, Bagaimana Respon ASEAN?

9 Oktober 2022   22:14 Diperbarui: 9 Oktober 2022   22:17 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertumbuhan Ekonomi. Sumber: Databoks

Amerika Serikat dan Cina sampai saat ini terus berada di tengah-tengah persaingan dalam hal ekonomi. Persaingan tersebut muncul karena keinginan yang sama dari kedua negara untuk menjadi penguasa di perekonomian dunia.

Salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu melalui perdagangan internasional. Namun, sengitnya perdagangan yang dilakukan antar negara dapat memicu konflik yang kemudian menjadi perang dagang. Amerika Serikat dan Cina menggunakan mekanisme proteksionisme untuk menekan perdagangan internasional satu sama lain.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Goncalves et al dan Jain et al, keduanya membuat kronologi dari perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Cina sepanjang tahun 2018 sebagai berikut.

Pertama, pada bulan Januari 2018, Amerika Serikat memberikan penambahan tarif impor Cina untuk produk panel surya dan mesin cuci serta mengecam untuk memberikan sanksi kepada Cina akibat adanya dugaan pencurian HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)

Kedua, pada bulan Maret 2018, berlanjut Amerika Serikat menaikkan tarif impor untuk produk alumnium dan baja. Di bulan April 2018, terdapat respon balasan dari Cina dengan memberikan tambahan tarif untuk 128 produk asal Amerika Serikat. Kemudian dibalas kembali oleh Amerika Serikat melalui penaikan tarif untuk teknologi tingkat tinggi milik Cina.

Ketiga, pada bulan Juli 2018, Cina membuat serangan balik dengan mengumumkan kenaikan tarif impor untuk Amerika Serikat sebesar 34 miliar US dollar. Serangan tersebut dibalas Amerika Serikat dengan mengubah tarif hingga 25% untuk produk impor milik Cina.

Perang dagang Amerika Serikat dengan Cina membawa pengaruh yang signifikan terhadap dinamika hubungan internasional di kawasan ASEAN, terutama stabilitas ekonomi. Selain itu, perang dagang ini juga berdampak kepada terhambatnya proses menujuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025, pasalnya Cina dan Amerika Serikat merupakan mitra dagang terbesar negara-negara anggota ASEAN. Produk dari kedua negara tersebut memberikan sumbangan 20% dari ekspor negara-negara ASEAN.

Pertumbuhan Ekonomi. Sumber: Databoks
Pertumbuhan Ekonomi. Sumber: Databoks

Dampak perang dagang tersebut juga nyata dirasakan oleh negara-negara yang menggantungkan perekonomiannya dalam kegiatan ekspor impor dari Amerika Serikat dan Cina. Contohnya dalah negara Singapura, Thailand dan Indonesia. Dampak paling signifikan dirasakan oleh Singapura dan Thailand karena kegiatan ekspor mereka bergantung pada kedua negara tersebut. Selain itu, negara Vietnam, Thailand dan Malaysia juga berimbas terhambatnya sektor produksi dimana berkaitan dengan jaringan internasional yang melambat akibat perang dagang. Hasil penelitian dari Teimouri at al bahkan mengatakan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina berimbas negatif terhadap purtumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN.

Dalam menanggulangi dampak tersebut, ASEAN mengambil sikap dengan memperkuat kerjasama dengan enam negara lain di dalam Regional Comprehensive Economic Forum (RCEP). RCEP merupakan kerjasama yang bergerak dalam bidang perdagangan dan investasi dengan maksud meningkatkan perekonomian negara anggotanya. ASEAN melihat kerjasama menjadi upaya yang paling efektif dalam menanggulangi dampak buruk akibat perang dagang. Apalagi seperti yang diketahui perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina sudah menjadi isu internasional yang berdampak bagi banyak negara.

Meskipun awal terbentuknya RCEP sebenarnya jauh sebelum perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina terjadi dan sebagai kerjasama untuk pembebasan tarif serta bertujuan saling menjaga akses pasar bagi negara anggotanya (ASEAN, 2018). Namun, adanya fenomena perang dagang ini, ASEAN sebagai organisasi regional mengambil sikap yang paling efektif dengan memanfaatkan kerjasama RCEP ini untuk menciptakan sebuah perundingan dan menanggulangi dampak nyata akibat perang dagang. Terbukti, pada tahun 2018, RCEP telah melakukan perundingan yang intensif sebanyak tiga kali dari yang biasanya hanya diadakan sekali dalam satu tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun