Mohon tunggu...
Rifi Hadju
Rifi Hadju Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Buku Min Turobil Aqdam (2018), Tadabbur Cinta (2019), Gadis Pattani Dalam Hati (2019)

Rifi Hadju adalah nama panggung saya. Aslinya, saya Ade Rifi. Lahir di Surabaya, 21 Februari, dua puluh sekian tahun yang lalu. Saat ini sedang berkuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, menempuh prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Baru sejak tahunan lalu memiliki ketertarikan di dunia kepenulisan, terutama pada irisan sastra. Sekarang disibukkan bertengkar dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Kesunyian Itu bersama Cak Gombloh

9 Januari 2020   20:17 Diperbarui: 11 Januari 2020   03:36 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapapun ditakdirkan mati, tapi karya sama dengan prasasti abadi, begitu ujar pepatah. Kalau menukil syair Arab, innamannasu hadistun ba'dahu Fakun hadistan hasanan liman wa'a. 

Yang kurang lebih bermakna; Sejatinya nilai dari manusia adalah ketika manusia tersebut telah tiada. Maka, ciptakanlah cerita-cerita indah kehidupan yang dipersembahkan untuk manusia setelahnya. Dan Cak Gombloh, dalam keheningan telah rapi melaksanakannya.

Oh, Cak Gombloh. Andai saja "Indonesia Kami" diberi kesempatan untuk menyaksikanmu lebih lama. Tak mungkin "Kugadaikan Cintaku" pada harapan-harapan palsu. 

"Kami Anak Negeri Ini" yang awalnya "Setengah Gila", menjadi "Semakin Gila" oleh perhitungan hidup yang kerap salah. "Apa Itu Tidak Edan", Cak?

Yang "Diangan-angan", hidup adalah mengejar "Uang Dan Cinta". Kesunyian lakumu tegas menjawabnya tak selalu begitu. Sebab, jawab lakumu bahwa hidup adalah tentang bagaimana menjadi manusia yang semanusia-manusianya. 

"Doa Seorang Pelacur" pun tak mesti tak dikabulkan. Sebab, munajat adalah ihwal sambung ketulusan. Sama dengan kasih sayangmu kepada WTS-WTS itu yang terbengkalai perhatian hatinya.

38 kali 9 Januari kau telah meninggalkan "Indonesiamu" yang kau harap "Kebyar-Kebyar". Semoga "Tangis Kerinduan" akanmu yang membawa kesejatian, berakhir dengan "Kedamaian" yang tiada taranya. 

Istirahatlah dengan khidmat, Cak. Biar karyamu yang berdendang setia menemani "Kadar Bangsaku" yang seiring waktu makin berlari kencang menuju temaram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun