Meskipun ia harus bekerja dan belajar, tak ada kata menyerah di dalam kamusnya, seperti yang ia yakini ketika turut memperjuangkan Persebaya hingga kini bisa kembali lagi berlaga.Â
"Aku yakin Tuhan mengantarkanku sejauh ini, bukan untuk meninggalkanku. Orang tua pun selalu mendukung dan mendoakan hingga aku bisa berjalan sejauh ini. Taka da usaha yang pernah mengkhianati hasil. Di musim panas 2017 ini, aku terpilih oleh kampus untuk menjadi tutor summer school di Hangzhou, China selama 2 minggu untuk dipercaya membimbing mahasiswa dari China sebagai bekal mereka yang kuliah di Jerman (double degree program)."Â
"Sekarang pun aku juga tak harus lebih disibukkan bekerja, karena aku mendapatkan beasiswa dari pemerintah Jerman selama perkuliahanku. Tak hanya itu, di tahun depan aku juga mendapatkan beasiswa dari PROMOS DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst) untuk program abroad semester selama kurang lebih 3 bulan di Swinburne University. Semua ini berkat dukungan dan restu dari orang tua dan Sebastian yang selalu ada mulai dari nol sampai sekarang."
Sebuah tamparan
Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Iya, tak ada yang dinamakan kesuksesan ataupun kebahagiaan jika tanpa tempaan keras ataupun penderitaan bergelombang sebagai ujian merengkuh semua apa yang diinginkan. Apa yang Thalia jalani ialah satu judul dari sekian judul dan bab-bab dari tumpukan-tumpukan buku akan perjuangan hidup.Â
Sebagai wanita, ia membuktikan betapa tangguhnya ia mengejar apa yang didamba-dambakannya, sebuah proses yang tak linear, dengan lebih banyak cerita yang tidak mungkin saya tuangkan seluruhnya di essay yang terbatas ini. Sadar atau tidak sadar, Thalia adalah seorang Bonek wanita yang sudah mengimplementasikan esensi dari Bonek itu sendiri, bondo nekat berjuang tanpa mengenal apa itu menyerah. Wani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H