Sampai di sini seorang pegiat blogging keluar dari batas-batas dirinya. Di wilayah ini dia terkoneksi dengan orang lain. Rasa terkoneksi ini melahirkan perhatian. Para pegiat blogging biasanya memperhatikan aktualitas isu yang mungkin menarik para pembaca. Atau memperhitungkan jalan keluar apa yang mungkin dibutuhkan oleh pembaca. Kita akan menemukan bahwa pegiat blogging yang terhubung baik dengan pembaca biasanya adalah yang selalu mempertimbangkan latar belakang pembacanya.
Lebih jauh lagi, ada dimensi lain di sini. Hingga sebelum satu dekade yang lalu, reaksi kita sebagai individu terhadap berbagai isu begitu terbatas. Robohnya Tembok Berlin mungkin kita saksikan lewat televisi. Tapi refleksi diri kita atas kejadian itu tak mendapatkan tempatnya. Apa yang kita rasakan dan pikirkan mengenai konflik Poso atau gerakan OPM atau RMS dengan keterbatasan ruang untuk berefleksi, membuat kita menyerahkan kepada media kesempatan untuk mengartikulasikan sesuatu, yang bisa jadi kurang dari atau lebih dari atau bahkan bukan sama sekali apa yang ada dalam benak kita . Ini bukan untuk menunjukan ketidakcukupan dan ketidakcakapan media berita konvensional. Tapi karena kita sebagai individu memiliki warna, sisi yang hanya kita yang bisa membahasakannya secara tepat.
Masuknya internet tidak juga menghilangkan keterbatasan kita untuk berekspresi. Sebaliknya, internet mendorong lahirnya dan populernya gadget yang mendorong kita menjadi individualis. Tapi kehadiran aktivitas blogging di mana seseorang dapat terhubung dengan orang lain menutupi kekurangan itu. Dengan blogging orang di Sabang dapat bereaksi secara langung mengenai langka dan tingginya BBM di Papua seperti yang belum lama ini diberitakan. Blogging memungkinkan kita mengungkapkan secara langsung duka yang kita rasakan pada korban dan keluarga korban pada musibah gempa di Pidie, musibah pemboman gereja di Samarinda, musibah kecelakaan KM Zahro. Lewat blogging kita dapat bersuara sama lantangnya dengan pemerintah terkait kependudukan Israel atas Palestina. Bahkan blogging memungkinkan kita memberi masukan kepada pemerintah dalam wilayah yang lembaga perwakilan serta LSM tak dapat atau belum masuk ke dalamnya.
Dua motif blogging di atas menjadi sangat penting. Secara individu, aktivitas blogging mewakili nilai demokrasi di mana kebebasan berpendapat adalah salah satu pilarnya. Tulisan seseorang sebagai ekspresi diri dapat menginspirasi lahirnya tulisan lain atau juga mengundang reaksi dalam bentuk tulisan tandingan. Ketika proses ini terus berlanjut, iklim menyuarakan pendapat terjaga. Kita menjadi sedapat mungkin terhindar dari atmosfer rasa takut menyuarakan perasaan, kemarahan, kekecewaan, keluhan seperti yang pernah kita rasakan selama orde baru.
Adapun pada dimensi konektifitas antara satu orang dengan yang lain, blogging adalah salah satu medium untuk menjaga keutuhan kita sebagai suatu bangsa. Baik itu dari sisi identitas maupun kesatuan.
Hari ini kita dikepung ragam budaya yang mengikis tidak saja identitas tapi kultur kita sebagai bangsa. Maka mereka yang mengulas kebudayaan lokal, tempat wisata di daerahnya, jenis kuliner nusantara dapat menjadi garda terdepan pertahanan identitas menghadapi kebudayaan yang ditawarkan oleh barat dan k-pop. Ini sekaligus bisa menjadi wadah untuk menyadari kemajemukan kita.
Peran Blogging
Sejak kemunculannya kira–kira pada 1994, aktivitas blogging terus bertambah. Seiring waktu, blogging tidak hanya sebagai pelengkap tapi juga sebagai alternatif dan bahkan rujukan utama, sejajar dengan media konvensional lainnya.
Donald Trump sebentar lagi akan dilantik sebagai Presiden AS. Salah satu sosok yang berperan dalam kampanyenya adalah Tront Lett. Pada tahun 2002 Tront Lett membuat komentar yang mendukung seorang senator Amerika tahun 1948 yang terkenal dengan ide pemisahan ras. Dia mengundurkan diri setelah komentarnya itu tersebar. Alih–alih oleh koran-koran besar semisal New York Times, seorang pegiat blogginglah yang mengungkap komentarnya itu ke publik.
Dengan blogging sebuah topik juga tak pernah kadaluarsa. Biasanya setiap post sejak mulai dimuat hanya akan bertahan untuk beberapa lama saja. Misalnya, sejak kita menekan tayang tulisan di Kompasiana pada pagi hari, maka paling lama tulisan itu akan bertahan hingga tengah hari. Jumlah viewnya pun paling tinggi hanya akan mencapai ratusan. Menjelang malam, post itu tak terlihat lagi. Bila si penulis mencarinya dengan masuk melalui halaman depan kompasiana, perlu waktu yang lama untuk menemukannya. Tapi post itu tidaklah hilang. Dia ada di sana. Mulai dan terus terekam dalam daftar mesin pencari. Menanti dibuka oleh siapa saja yang mengetikan keyword yang terkait dengan post itu.
Belum lama ini saya mencari penjelasan mengenai bentuk 4 dimensi. Mesin pencari kemudian menampilkan salah satunya adalah sebuah post di Kompasiana yang diunggah empat tahun lalu. Artinya empat tahun lalu ketika belum terbetik dalam diri saya pertanyaan tentang bentuk 4 dimensi, seseorang lewat tulisannya sudah menawarkan jawaban. Ini mengirim pesan kepada para pegiat blogging dan pengelola blogging bahwa yang mereka lakukan tidak pernah sekedar blogging. Aktivitas blogging kita bisa menjadi upaya menjaga informasi sekaligus membangun hubungan dengan orang lain tidak hanya pada hari ini melainkan juga masa depan dan masa lalu.