Mohon tunggu...
Rifda Aghisna Aulia
Rifda Aghisna Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Semarang yaitu UIN Walisongo Semarang

tetap semangat, jadi diri sendiri, selalu bersyukur dan jangan lupa bahagia :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jatuh Tak Selamanya Indah

26 Mei 2020   22:30 Diperbarui: 26 Mei 2020   22:31 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aduh” sahutku.

Aku terjatuh dan tergeletak di tengah jalan raya. Semua badan terasa ngilu karena terbentur jalan. Tanpa sadar kejadian itu telah menimpa diriku. Aku tidak sadar akan keberadaan temanku. Ku cari ia dan kupandangi seluruh sisi jalan. Dan akhirnya ku temukan ia yang ku cari. Dia terlihat sedang berusaha bangkit, aku pun membantunya untuk berdiri.

Kejadian itu bermula ketika kami dalam perjalanan menuju sekolah. Kami berbincang-bincang seperti biasanya. Tak ada perasaan tidak enak atau perasaan akan terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Setiap saat aku selalu memberi nasihat agar selalu berhati - hati ketika mengendarai sepeda motor.

“Tolong jangan terlalu kencang, bahaya! Jalannya tidak terlalu baik” kataku sedikit menasihati.

“Iya, kamu tenang saja. Aku sudah terbiasa” sahutnya.

Aku hanya terdiam mendengar perkataannya. Sepanjang jalan aku berdoa agar diberi keselamatan sampai tujuan. Kami melaju dengan kecepatan sedang. Tiba – tiba di depan kami terdapat sepeda motor yang melaju sangat kencang, temanku pun ikut – ikutan untuk melaju dengan kencang tanpa disadari.

“Bruk” suara tabrakan sepeda motor.

Sepeda motor kami menabrak sepeda motor lain. Sepeda motor yang ada di depan kami memberhentikan lajunya secara tiba-tiba, kami terkejut dan merasa syok atas apa yang kami alami. Sehingga tanpa sengaja kami menabraknya. Kami terjatuh dengan rasa sakit yang tidak dapat kami tahan. Aku berusaha bangun dari kejadian itu dan menolong temanku yang sama-sama terjatuh. Kami pun ditolong pengendara lain.

“Ada yang sakit nggak dik?” ujar pengendara itu.

“Nggak kok, terima kasih sudah membantu kami” sahutku.

“Iya sama-sama, maaf ya dik?”

“Iya, nggak apa- apa kok pak” sahut temanku.

Kami pun melanjutkan pejalanan menuju sekolah. Walaupun rasa sakit itu tidak dapat ditahan lagi. Akan tetapi, kewajiban kami adalah belajar dan juga kami takut jika orang tua kami tau jika kami baru saja terjatuh hehehehe, Aku merasa kasihan melihat temanku, rok yang dipakainya sobek terkena aspal jalanan.

“Kamu beneran tidak apa – apa?” tanyaku.

“Aku tidak apa – apa kok, cuma lecet sedikit. Kalau kamu gimana?” jawabnya.

“Aku nggak apa – apa kok, kamu tenang saja”.

Dengan jalan yang perlahan dan hati – hati, kami pun sampai di sekolah. Aku sesegera mungkin masuk ke kelas.

“Aku duluan ya? Makasih atas tumpangannya” ujarku sambil melambaikan tangan tanda perpisahan.

“Iya sama – sama” jawabnya, dengan senyuman terbaik yang ia berikan. Tidak akan pernah terlupakan kisah unik itu, kisah bersama sahabat terbaikku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun