Samarinda – Pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kominfo Kota Samarinda membuka sebuah kawasan food truck di Perumahan Bumi Sempaja Jalan PM. Noor Samarinda 29 april 2016 lalu.
Konsep bisnis dengan cara penjualan menggunakan sebuah truk sebagai wadah menjajakan produk ini sudah dua tahun ini nge-trenddi Kota Samarinda. Konsep ini merupakan sebuah pengadopsian inovasi yang berasal dari Amerika. Awalnya pengelola food truck Samarinda hanya menggunakan sebuah mobil pribadi untuk menjalankan konsep bisnis ini, namun seiring dengan berjalannya waktu para pengelola mulai mengadopsi konsep bisnis food truck ini secara utuh yakni menggunakan sebuah truk yang dimodifikasi agar menjadi sebuah dapur berjalan di Kota Samarinda.
Semakin bermunculannya para pebisnis yang menggunakan food truck di Samarinda membuat pemerintah Kota Samarinda ikut turun tangan untuk menata dan mengatur aktivitas bisnis ini. Melalui Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kominfo Kota Samarinda, pemerintah Kota Samarinda membuat sebuah kawasan kuliner baru bernama "Samarinda Food Truck City". Kawasan ini merupakan sebuah kawasan perdagangan kuliner di salah satu wilayah kota Samarinda tepatnya di Perumahan Bumi Sempaja Jalan PM. Noor.
Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kominfo Kota Samarinda melalui kepala dinasnya Muhammad Faisal mengungkapkan “Samarinda Food Truck City” ini merupakan langkah pemerintah kota Samarinda untuk menata aktivitas bisnis food truck agar dapat terkoordinir dan tidak menimbulkan masalah kemacetan di Kota Samarinda.
“Ya kita jadikan sebuah tempat di Perumahan Bumi Sempaja agar mereka tidak pindah-pindah tempat, karena ukuran truk yang besar kalau tidak ditata nanti malah bikin macet. Selain itu kawasan ini juga bisa jadi cluster bagi kota Samarinda untuk tempat makan berkonsep food truck” ungkapnya.
Pembuatan kawasan kuliner “Samarinda Food Truck City” adalah sebuah pembangunan bagi kota Samarinda melalui pengembangan masyarakat dan menjadi sebuah penggerak ekonomi bagi masyarakat kota Samarinda melalui industri kuliner kreatif. Kuliner kreatif merupakan salah satu program pembangunan yang termasuk dalam pengembangan ekonomi kreatif yang dicanangkan oleh presiden Joko Widodo yang pada masa jabatannya membentuk sebuah badan yang memiliki kedudukan hampir setingkat dengan menteri yaitu Badan Ekonomi Kreatif yang diketuai oleh Triawan Munaf (dilantik 26 januari 2015 lalu).
“Pembangunan itu kan ada pembangunan fisik dan non fisik, pembuatan kawasan ini adalah tindak lanjut dari instruksi presiden mengenai pembangunan melalui pengembangan ekonomi kreatif yang kemaren itu presiden membentuk Badan Ekonomi Kreatif yang hampir setara menteri. Ekonomi kreatif itu ada 16 sub-sistem, salah satunya adalah kuliner kreatif dan konsep food truck inikan kreatif makanya kita kelola agar bisa menjadi sebuah pembangunan” pungkas pria yang juga merupakan dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman ini.
Dijelaskan Muhammad Faisal pemerintah tidak medapat keuntungan secara langsung dari pembangunan kawasan food truck di Perumahan Bumi Sempaja ini, melainkan keuntungan yang diperoleh melalui proses tidak langsung.
“Pemerintah tidak dapat keuntungan langsung dari kegiatan ini, pemerintah hanya menggerakkan agar perekonomian masyarakat menjadi lebih baik. Kalau mereka punya uang jadi bisa lebih mudah keluar uang, buat bayar sekolah anak tidak perlu pakai subsidi pemerintah, kalau punya uang mereka juga bisa belanja di mall, nonton film dibioskop nah di situkan ada pajaknya tu, dari situ pemerintah dapat uang. Jadi keuntungan bagi pemerintah itu didapat secara tidak langsung” jelasnya.
Ketika ditanya apakah keberadaan food truck ini nantinya akan memudarkan kebudayaan Nusantara karena banyak dari pebisnis food truck ini yang menjual makanan-makanan dari Negara luar, dengan tegas kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kominfo Kota Samarinda ini mengungkapkan bahwa konsep dari ekonomi kreatif adalah keterkinian dan beda dari yang lain bukannya melunturkan budaya Nusantara.
“Konsep food truck ini keterkinian atau lain dari yang lain, kan repot nantinya kalau semua pedagang menjual gado-gado atau sate. Para pedagang mencoba membuat spesifikasi mereka masing-masing dan tidak banyak yang sama. Karena disana saya liat sudah ada beberapa foodtruck yang menjual soto, sate, dan makanan Indonesia lainnya”.
Muahammad Faisal melanjutkan penegasannya bahwa 80% bahan baku yang diperlukan oleh pedagang didapat dari pasar-pasar di Samarinda, seperti pasar pagi dan pasar segiri, hal itu juga membuat adanya keuntungan layaknya efek domino dari satu sistem ke sistem lainnya. Karena pemerintah juga menyarankan para pedagang untuk menggunakan produk dalam negeri.
“Selain itu 80% bahan baku yang di pakai pedagang kan dapatnya dari pasar pagi sama pasar segiri tuh, jadi banyak yang untuk dari pembuatan kawasan food truck ini mulai dari pebisnis food truck, masyarakat yang mencari kuliner, pedagang dipasar, dan bahkan pemerintah juga untung nantinya” lanjut Faisal.
Tantangan yang hadir dari adanya kawasan food truck di Samarinda adalah pedagang dituntut untuk lebih kreatif dalam menemukan makanan yang baru karena orang-orang yang ada di dalam industri kreatif seperti ini memiliki tuntutan untuk menemukan hal-hal baru sehingga para pelanggan tidak bosan dengan produk yang telah ada. Selain itu tantangan lainnya kawasan food truck ini memakan lahan yang cukup besar sejalan dengan pemakaian sebuah truk yang dipakai dalam konsep bisnis ini memiliki ukuran yang cukup besar.
Faisal berharap pengadopsian inovasi dari luar ini dapat menjadi contoh untuk pedagang-pedagang reguler agar dapat berdagang dengan rapi, bagus, memperhatikan sampah, higenis, dan tidak terlihat kumuh. Selain itu agar pedagang lebih termotivasi untuk membuat Samarinda lebih rapi dan bersih. Ia juga berharap agar adanya food truck ini juga menjadi sarana mempromosikan kota Samarinda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H