Seringkali ketika malam
atau langit mematung diri
aku menjamah menulis puisi
pada selembar kertas
berbentuk satu halaman
yang senantiasa mengukir satu kenangan
Aku berbisik padanya
seperti memanggil nama
dan mengetuk hati
menunggu ada gerak tangan
atau bahana menggubris  derita kepergian
Ke puisi
imajinasiku sering membeku
Menjelma batu
Melukiskan sejarah masa lalu
Yang senantiasa mengantarkan arah pulangku.
Annuqayah, 14-11-2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!