Horornya adalah perusahaan-perusahaan besar tersebut terutama Facebook dan Google selalu hadir dalam hari-hari kita satu sampai dua dekade belakangan ini.
Walaupun Facebook juaranya Mark Zuckerberg tidak seperti Google dan Amazon yang sangat dingin dan menutup diri terkait masalah privasi dan koleksi data pribadi pengguna. Mark Zuckerberg berani unjuk diri dan bersuara kalau yang dilakukannya tersebut adalah untuk kebaikan bersama yaitu untuk menjadikan masyarakat dunia yang lebih guyub dan terkoneksi secara efektif.
Hal tersebut bisa dilihat ketika Mark Zuckerberg mengundang Yuval Noah Harari ke kantor pusat Facebook untuk berdiskusi terkait privasi/data pribadi dan kecerdasan buatan.
Apa yang dilakukan Mark Zuckerberg ini ibarat Jokowi yang mengundang Habib Rizieq ke Istana Merdeka untuk diskusi tentang Pancasila dan Agama secara empat mata yang disiarkan secara langsung.
Dalam diskusi yang rekamannya bisa dilihat di akun Facebook Mark Zuckerberg dan akun Youtube Yuval Noah Harari tersebut Yuval mengatakan kalau pengumpulan data pribadi secara massal dan massive akan berakibat buruk karena data pribadi tersebut memiliki kekuatan luar biasa dan akan ada pihak tertentu yang bisa mengontrol hal tersebut untuk kepentingan sendiri.
Sedangkan Mark Zuckerberg mengatakan hal yang sebaliknya kalau pengumpulan data pribadi itu akan berdampak baik karena akan membuat masyarakat dunia lebih guyub dan terkoneksi secara efektif satu sama lain. Keduanya tetap teguh pada persepsi masing-masing sampai diskusi selesai.
Persepsi Mark Zuckerberg tentang data pribadi inilah yang sering kita baca dalam kesepakatan privasi di aplikasi-aplikasinya. Dengan persepsi tersebut Mark Zuckerberg menjalankan perusahaan yang dimilikinya dan terus menerus mencoba menyedot data pribadi pengguna lebih banyak lagi. Ini terlihat dari notifikasi pembaruan kebijakan privasi Whatsapp baru-baru ini.
Di samping itu sebenarnya Mark Zuckerberg ini juga keras kepala karena persepsinya ternyata tidaklah benar bahkan berbeda 180 derajat dengan fakta lapangan. Fakta lapangan lebih dekat kepada apa yang dikatakan oleh Yuval Noah Harari yaitu adanya aktivitas pengumpulan data pribadi secara massal dan massive untuk kepentingan pihak tertentu yang akibatnya sangat buruk, yang paling terlihat dan terasa adalah polarisasi yang terjadi hampir diseluruh belahan dunia.
Terkait fenomena tersebut hampir semuanya sepakat bahwa Facebook khususnya dan umumnya semua medsos pengumpul data pribadi seperti Youtube, Twitter, dan Instagram bertanggung jawab atas setiap pertajaman polarisasi karena berbagai sosial media tersebut malakukan targeting ads yang satu paket dengan personalisasi konten.
Targeting ads dan personalisasi konten ini menyebabkan "buble world" atau "simulacra" bagi pengguna medsos yang dampaknya di real life/lapangan adalah polarisasi juga hoax. Masyarakat dunia tidak lebih guyub seperti yang dikatakan Mark Zuckerberg tapi ternyata sebaliknya, masyarakat dunia jadi lebih saling membenci satu sama lain.