Mohon tunggu...
Rifan Abdul Azis
Rifan Abdul Azis Mohon Tunggu... Penulis - duduak samo randah tagak samo tinggi

duduk sama rendah berdiri sama tinggi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tahun 2018 Rezim Jokowi akan Semakin Radikal pada Umat Islam

1 Januari 2018   20:17 Diperbarui: 25 Maret 2018   08:24 16681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihat saja para pentolan MCA sering mengupdate status tentang postingan mereka yang dihapus paksa. Bahkan postingan seorang Profesor dan Guru Besar Undip bernama Suteki terkait LGBT dihapus. Bukannya LGBT itu yang harusnya dihapus karena porno dan negatif? Kok yang kampanye nolak LGBT yang kontennya dihapus? lalu juga akun dakwah yang bisa mencegah maraknya judi, kekerasan, dan pornografi kok dihapus?

Video ceramah ulama ternama juga suka hilang tiba-tiba, akun-akun youtube Islami banyak yang dibunuh. Apa yang negatif dari mereka? Apa karena mereka mendakwahkan Islam yang hakiki sampai mereka diperlakukan tidak adil seperti itu? apa rezim jokowi ini tak suka dakwah Islam? apa dakwah Islam ini sesat?

Hal-hal diatas terjadi sebelum ada mesin AIS tersebut, bisa kita bayangkan apa yang terjadi pada pergerakan umat Islam di sosmed bila mesin radikal tersebut aktif dan dikendalikan rezim jokowi. Kenapa mesin ini radikal? Karena mesin ini mampu melacak lebih cepat dan mengakar bahkan sampai mendeteksi pengaruh dari yang dilacak pada masyarakat seperti like dan viral.

Dengan mesin radikal ini rezim jokowi akan lebih radikal lagi pada umat Islam untuk menghadang pergerakannya. Pembunuhan akun di sosmed dan penghapusan konten sepihak akan semakin massive dan terus menerus karena mesin AIS ini dioperasikan 24 jam dengan tim berjumlah 58 orang 3 shift.

Tentu umat Islam khususnya MCA perlu strategi baru dan jitu menghadapi gempuran ini. Salah satu strateginya adalah dengan lebih memproduksi konten-konten argumentatif dan intelek. Umat yang belum terlalu sadar akan sadar bila akun yang sering memproduksi konten-konten argumentatif tiba-tiba ditutup. Hal ini akan menjadi blunder bagi rezim jokowi.

Salah satu blunder rezim jokowi adalan penutupan akun resmi FPI dan HRS. Ini sebenarnya adalah blunder rezim jokowi. Akun itu dihapus padahal akun itu adalah akun yang sering memproduksi konten-konten argumentatif walaupun pedas. Akun tersebut juga pengaruhnya besar sehingga penutupan akun menjadi berita trending.

Selain itu para Ustadz kita juga sering mengingatkan agar kita tidak terpancing untuk saling mencela di sosmed. Kita tahu ulah orang yang sering nyinyir, mencela, memfitnah, menyebar hoax adalah dari pihak pendukung setia rezim jokowi seperti abu janda, deny siregar, ade armado, fp katakita, makle*betur*h, dan guntur romli.

Barisan pendukung setia rezim jokowi tersebut akun-akunnya dan konten-kontennya tidak akan pernah dibunuh dan dihapus oleh rezim jokowi sebanyak apapun mereka memproduksi konten negatif. Standar ganda ini sangat nyata dan jangan terlalu heran karena memang itulah kelakuan mereka.

Ini juga sebenarnya blunder rezim jokowi dan pendukung setianya. Umat ini punya akal yang bisa membedakan mana baik dan buruk, contoh sederhananya adalah ketika abu janda dan deny siregar tampil di ILC.

Secara sederhana kita tahu mana yang benar  dan mana yang sesat dengan melihat penampilan mereka saat di ILC. Disosmed juga sama saja face to face mereka selalu kalah bila dengan argumen. Jadi tetaplah berargumen karena rezim jokowi dan pendukung setianya sering kalah argumen maka dari itu mereka sering main paksa dan menjadi radikal sering nyinyir dan fitnah.

Selebihnya tetaplah pada garis pergerakan dan perjuangan yaitu mendakwahkan Islam dan teruslah memproduksi konten sekalipun rezim jokowi dan pendukung setianya terus menghapus konten tersebut, menyakiti, dan menghalangi pergerakan umat Islam juga para ulamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun