Mohon tunggu...
Rifan Oktafianto
Rifan Oktafianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya penulis biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hassan-E Sabbah, Sang Pendiri Hashshashin

11 Mei 2022   21:47 Diperbarui: 11 Mei 2022   21:54 2734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "assassin" Sebenarnya bukanlah berasal dari kata Inggris, melainkan dari berasal dari bahasa arab "Hashshashin" Yang merupakan sebuah organisasi rahasia. Saya yakin banyak dari kalian yang tidak mengetahui siapa sih pendiri dari organisasi Hashshashin. Yang mau tau, yuk baca kisahnya.

Hassan-e Sabbh (bahasa Arab: asan a-abb) merupakan seorang misionaris beraliran Nizr Ism'lary. Pada abad ke 11 ia mendirikan sebuah kelompok yang anggotanya sering disebut sebagai Hashshashin, atau "Assassins" Yang berbasis di sebuah benteng gunung yang disebut Alamut disekitar pegunungan Alborz, Persia Utara.

Semasa hidupnya Hassan dianggap telah menulis sebuah otobiografi yang berjudul Sargozasht-e Seyyedn, Hassan juga telah menulis sebuah risalah berbahasa Persia yang berisi doktrin ta'lm "Fusul al-arba'a". Informasi yan didapatkan dari otobiografi "Sargozasht-i Seyyedn" adalah latar belakang dan kehidupan awal Hassan sebelum mendirikan organisasi Hashshashin.

Menurut otobiografi "Sargozasht-i Seyyedn", Hassan-e Sabbh lahir pada tahun 1050 di kota Qom (Iran), dan berasal dari keluarga Twelver Sh'ah. Kemudian ia dan keluarganya sempat pindah ke kota Rayy. Rayy sendiri merupakan sebuah kota yang memiliki sejarah tentang pemikiran Islam yang radikal sejak abad ke-9.
Di kota inilah Hassan mulai mengembangkan ketertarikan pada masalah metafisik, serta mempelajari dan menguasai ilmu ramal tapak tangan, bahasa, filsafat, astronomi dan matematika (terutama geometri).

Kota Rayy juga merupakan rumah para misionaris Ism'laries. Pada saat itu, Isma'ilisme adalah gerakan yang cukup berkembang di Persia dan sekitarnya. Isma'ilis Persia mendukung dakwah ("misi") yang diarahkan oleh khilafah Fatimiyah di Kairo. Misi Ism'l terdiri dari 3 lapisan, yakni fid'/tentara, rafk/"kawan", dan D'/"misionaris".

Selama Hassan tinggal di kota Rayy, ia memiliki seorang teman yang bernama Amira Darrab, ia juga yang telah mengenalkan ajaran Isma'l pada Hassan. awalnya ia tidak terkesan sama sekali, tapi ketertarikannya berkembang setelah Amira menjelaskan manfaat Isma'il kepada Hassan terus menerus. Setelah mendengar ocehan Amira terus menerus, akhirnya Hassan mulai menyelidiki ajaran Ism'l lebih dalam, yang pada akhirnya meyakinkannya untuk beralih ke iman Isma'i.

Pada usia ke 17, Hassan pindah agama dan bersumpah setia kepada khalifah Fatimiyah di Kairo. Komitmen Hassan yang tegas dan setia untuk menyalurkan dakwah tersebut membuat misionaris 'Abdu l-Malik ibn Attash dan Ibnu Attash terkesan, dan mereka berdua menjadikan Hassan sebagai Wakil Misionaris dan menyuruhnya untuk pergi ke Kairo untuk mecari ilmu lebih dalam.

Pada tahun 1076 Hassan memulai perjalanannya menuju Kairo. Kota Isfahan adalah kota pertama yang dia kunjungi. Disana ia bertemu dengan guru lamanya yang bernama Resi Abufasl. Dari kota Isfahan ia pergi ke Albania Kaukasia (sekarang Azerbaijan), lalu ia menjelajahi ratusan mil ke utara dan sampai ke Armenia. Dikarenakan sebab yang tidak diketahui Hassan diusir dari sana. Dia kemudian berbalik ke arah selatan dan melakukan perjalanan melalui Irak, Damaskus, Suriah dan palestina. Dari Palestina lah ia langsung berangkat ke Mesir. Menurut catatan biografi yang ditulis oleh Rashid-al-Din Hamadani (1310), dikatakan Hassan tiba di Mesir pada tanggal 30 Agustus 1078.

Tidak jelas berapa lama Hassan tinggal di Mesir. Yang jelas dia melanjutkan studinya dan menjadi seorang misionaris penuh. Dikatakan saat itu Hassan harus meninggalkan Kairo, karena dia sempat menimbulkan kegaduhan dan menyebabkan ketidaksenangan dari Kepala prajurit Angkatan Darat, Badr al-Jamal. Akhirnya dia melakukan perjalanan ke Syria melalui Aleppo dan Baghdad, dia mengakhiri perjalanannya di kota Isfahan pada tahun 1081.

Kehidupan Hassan sekarang benar-benar dikhususkan untuk berdakwah. Hassan mulai berkeliling secara rutin ke seluruh Persia. Mulai dari Persia utara, menyusuri pantai selatan Laut Kaspia, dan juga pegunungan Alborz. Di pegunungan ini orang-orang menolak sentuhan orang-orang Arab maupun penaklukan Turki. Berita tentang kegiatan berdakwah Hassan sampai ke telinga penguasa setempat Nizam al-Mulk, yang kemudian mengirim tentaranya untuk menangkap Hassan. Hassan pun berhasil menghindari dan pergi lebih dalam ke area pegunungan.

Pada tahun 1088 ia akhirnya menemukan tempat yang ideal untk dijadikan tempat peristirahatan, tempat tersebut adalah benteng Alamut di daerah Rudbar, Iran. Benteng ini dibangun sekitar tahun 865. Legenda mengatakan benteng itu dibangun oleh seorang raja saat melihat elangnya terbang dan bertengger di atas batu karang, dan memanggilnya benteng Aluh Amu (kh) ("Eagles' Teaching").

Pengambilalihan benteng Alamut oleh dilakukannya selama 2 tahun, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pertempuran. Pertama, dia mengirim seorang Da'iyyn dan Rafia untuk memenangkan hati orang-orang di desa-desasekitar disekitar lembah. 

Selanjutnya, ia mengajak orang-orang tersebut untuk pindah agama, dan akhirnya, pada tahun 1090, Hassan mengambil alih benteng tersebut dengan menginfilusinya dengan orang-orang yang baru pindah agama.

Setelah menguasai benteng Alamut, Hassan kemudian mengurung diri untuk belajar selama hampir 35 tahun. Hassan berpendidikan tinggi dan dikenal karena kecermatan, ilmu, kemampuan menerjemahkan, doa, puasa, dan sering mengarahkan aktivitas dakwah. Dia paham Al-Qur'an sampai ke hati, bisa mengutip secara ekstensif teks-teks di sana, dan dia juga sangat mahir dalam ilmu filsafat, matematika, astronomi, alkimia, kedokteran, dan arsitektur.

Dari titik ini, komunitas dan cabang-cabangnya tersebar di seluruh Iran dan Syria, dan kemudian ia dan para pengikut sering disebut dengan nama Hashshashin/Assassins, atau the Fedayin (Berarti 'The Martyrs', atau 'Men Who Accept Death')

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun