Berharap kepadamu, Bu. Menjadi tanah tempat tumpah darah. Begitu bimbang membaca tetesan air mata. Pada saat kering. Dia tiada. Aku kehilangan tempat tumbuh. Sebelum tunas. Aku hanya biji tanpa kuasa apa-apa. Sebelum air mata kasih sayang. Mengajariku bagaimana menjadi pohon. Pada rindangku. Kau tanah yang lembab.
Kenangan tumbuh dari jutaan doa. Aku akan ingat di selarik jalan ini. Menjadi puisi yang mengalir di alir bayu. Sebelum membadai. Aku lupa tanah tumpah darah itu, Bu.
Merdeka dari apa, Bung. Dari keterjagaan tidur panjang? Merdeka dari bebal kebodohan sebelum kekal.
Kenangan itu, dari air mata aku tumbuh. Syair itu tetap melodi yang tetap dirawat. Musik itu tak akan sumbang.
Ujung Kata, 1019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H