kopi malam yang terpapar debu jalan, ide-ide berlompatan tanpa sanggup dijaga, sebagian dilindas truck, ada juga hinggap di kuali nasi goreng, kunikmati nasi goreng yang larut dalam kopi manis si mbak, gadget muntab, nyala tiarap, senyum manis si mbak liar mengepung ide.
aku cuma penyair jalanan menjadi cair di selokan, wangi kopi tumbuh di petromak, aroma tuak menjalar di pintu terbuka, warna tuak dimuntahkan, bau minuman stamina, tapi aku masih menumbuk ide di sesendok kopi.
campur sebatang kretek, mengajariku menuang didih dalam piring kecil, mengadon nikotin-kafein, terlahap ide dari asap, aku tak dapat menyimpannya, setelah gadget minta ampun pada listrik yang semaput.
kopi manis si mbak manis, merawat pulang sebagai kenang, bingung mijah senyum si mbak dan nener ide, tetap kurindukan ide dalam secangkir kopi, ini yang dapat terselamatkan, syair ide mencari ide mencair, sruput.
Ujung Kopi, 1019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H