Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebelum Syair Jadi Genap

2 Oktober 2019   15:50 Diperbarui: 2 Oktober 2019   16:09 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku selalu berharap senja berlabuh
ole-ole  kekanak mengayuh tabuh
di pucuk buih aku mengeluh
spiritku luruh
dalam sebotol sprite nyalaku dasar spirtus
masihkah nyala itu seperti petromax
laron-laron berkata tak ada senja gratis
terlalu cengeng orang-orang melihat senja
gairah itu tumbuh di angka-angka
angkat koktail malam ini kita mabuk makna
di seborol sprita aku masih jelas melihat nurani
tapi aku  lemah tak menikmati senja
di kecipak matamu  mengayuh tabuh

tabuh perang
kota-kota kita bakar
negara kita makar
segenap luruh pada peluh
ketika keringnya tak dapat dibeli
apakah nikmat senja masih terukir di mata?

orang-orang lupa melankolis
setiap hari aku melahap serenada magis
pada sudut pupil turun ritmis
air mata  melabuhkan senja melankolis
aku rindu itu sebelum kelu menghantar gelap
pada syair penantian  menunggu genap

Ujung Kata, 1019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun