aku selalu berharap senja berlabuh
ole-ole  kekanak mengayuh tabuh
di pucuk buih aku mengeluh
spiritku luruh
dalam sebotol sprite nyalaku dasar spirtus
masihkah nyala itu seperti petromax
laron-laron berkata tak ada senja gratis
terlalu cengeng orang-orang melihat senja
gairah itu tumbuh di angka-angka
angkat koktail malam ini kita mabuk makna
di seborol sprita aku masih jelas melihat nurani
tapi aku  lemah tak menikmati senja
di kecipak matamu  mengayuh tabuh
tabuh perang
kota-kota kita bakar
negara kita makar
segenap luruh pada peluh
ketika keringnya tak dapat dibeli
apakah nikmat senja masih terukir di mata?
orang-orang lupa melankolis
setiap hari aku melahap serenada magis
pada sudut pupil turun ritmis
air mata  melabuhkan senja melankolis
aku rindu itu sebelum kelu menghantar gelap
pada syair penantian  menunggu genap
Ujung Kata, 1019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H