Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anak-anak Bangsa Bertekuk Lutut

25 September 2019   16:50 Diperbarui: 25 September 2019   16:57 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: sumatra.bisnis.com

anak-anak bangsa bertekuk lutut atas nama pelindung
seperti inang yang membelit pertumbuhan tunas muda
ketika kehilangan kata karena suara politik adalah senjata
popor air tak lagi kenal kebakaran kabut asap
otak kuasa tersaput kebodohan dari nafsu kedodoran

berapakah berat hartamu sekarang?
apakah sudah obesitas?

semua perbincangan terhenti
kemarin anak-anak bangsa sedang mencari jati diri
ketika bersuara biarkan parang menebas cita-cita

bangku kuliah menjelma batu nisan
kau membunuh anak susumu
yang sedang mencari protein agar berkembang

anak-anak bangsa terkubur
cita-citanya kabur
aku tak tersesat dalam kabut harap
marwah senjata ternyata membuat mereka banyak yang lamur
pada makna estafet para pendahulu
setelah ego menguasai mata hatinya

Ujung Harap, 919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun